ilustrasi : akses 1 (bukit ceper) akses keluar ungaran |
Djoko Murjanto, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, menjelaskan sejak amblas ruas jalan di STA Km 5500-5700 Gedawang, pada April lalu, sejumlah pekerjaan konstruksi sudah dilakukan untuk mengatasi patahan dan longsoran, seperti pemasangan borepile.
“Persoalan longsor dan patahan sudah dideteksi oleh Direktorat Bina Tekni Kementerian Pekerjaan Umum. Pekerjaan konstruksi untuk mengatasi itu juga sudah dilakukan dengan pemasangan borepile. Sehingga ruas sudah memungkinkan untuk dilewati, walaupun baru kendaraan kecil,” ujar Djoko, di Jakarta, Kamis.
Meskipun sudah ada alternatif jalan tol tersebut, Djoko pengguna jalan masih akan menemui kemacetan ketika keluar di pintu tol Ungaran yang langsung mengarah ke jalan nasional.
Ruas Tol Semarang-Ungaran adalah seksi pertama dari rencana pembangunan tol Semarang-Solo yang terdiri dari lima seksi. Panjang keseluruhan ruas tol mencapai 75,7 kilometer dengan nilai investasi Rp8 triliun.
Adityawarman, Direktur Operasi PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mengakui seksi pertama dari proyek jalan tol Semarang-Solo itu memiliki medan yang paling berat jika dibandingkan dengan keempat seksi lainnya. Pasalnya, lokasi ruas tersebut memiliki medan yang berbukit-bukit dengan lembah curam di kedalaman sekitar 50 meter dan rawan longsor.
Jalur tol Semarang-Ungaran sendiri diperkirakan dapat menampung kapasitas sebanyak 23 ribu-27 ribu kendaraan setiap harinya. Sementara ruas Semarang-Solo sekitar 32 ribu kendaraan setiap hari. Dengan adanya ruas tersebut, rute Semarang-Solo dapat ditempuh hanya dengan satu jam perjalanan.
“Kalau melalui jalan nasional butuh waktu tiga jam. Belum lagi ditambah kepadatan lalu lintas. Jalan tol ini dapat mempercepat waktu perjalanan hingga satu jam. Sehingga distribusi barang, terutama kebutuhan pokok sehari-hari bisa dipercepat,” imbuh Adityawarman.
Pembangunan ruas tol yang dimulai sejak 2009 lalu itu juga dinilai memiliki fungsi strategis sebagai penghubung Semarang dengan kawasan industri Ungaran, Jawa Tengah, serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut dan daerah sekitarnya.
Ruas tol Semarang-Ungaran sebelumnya ditargetkan selesai pada April 2011 dan dapat mulai dioperasikan setelah Badan Pengatur Jalan Tol menuntaskan uji kelaikan terhadap ruas itu.
“Namun hingga kini belum dihitung tarif untuk ruas tersebut,” kata Ahmad Ghani Gazali, Ketua Badan Pengatur Jalan Tol.
Djoko menambahkan, jalur mudik Lebaran dari Sumatera hingga Jawa sudah fungsional 100% walaupun jalan belum sepenuhnya dalam kondisi mantap. Panjang ruas utama yang dilalui pemudik sekitar 13 ribu kilometer dan sekitar lima ribu kilometer masih dilakukan pekerjaan perbaikan. “Jalur Lebaran bisa dilalui dengan aman dan nyaman,” katanya.
Menurut dia, tujuan utama pemudik yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Banten, Jawa Barat dan Jakarta adalah ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk wilayah Jawa, paling krusial adalah dari Jakarta, Cirebon sampai Semarang. Setelah semarang arus lalu lintas pemudik akan terpecah.
“Kepadatan juga terjadi di pintu keluar Tol Kanci. Untuk menangani kepadatan, kami berkoordinasi dengan kepolisian.”(*)
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar