Tajuk Rencana
Jalan tol Semarang-Ungaran akhirnya bisa dilewati juga. Setelah lama terhadang beberapa masalah akhirnya klar juga. Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo menegaskan, di sekitar lebaran nanti jalan tol sudah bisa dilewati, meski pun kendaraan besar belum diperbolehkan. Jadi, masih kendaraan pribadi dengan ukuran kecil yang diperbolehkan menikmati fasilitas itu. Alasannya, pintu jalan keluar Ungaran masih sempit sehingga bisa memunculkan kemacetan. Apalagi lalu lintas menjelang dan sesudah lebaran sangat ramai, dan hal ini harus diantisipasi.
Tentu saja muncul kelegaan atas terbukanya jalan tol Seksi I tersebut. Kenapa ? Dalam pengamatan sehari-hari, kondisi mutakhir lalu lintas Semarang - Solo sudah sedemikian padat. Jarak yang sebenarnya tidak terlalu jauh harus ditempuh dalam waktu yang sering kali tidak pasti. Hanya untuk jarak sependek itu para pengendara menghabiskan waktu antara 3-4 jam. Dari sisi ekonomi, jam tempuh seperti itu tentu tidak efisien karena aktivitas lebih banyak disedot di jalan. Menyedot waktu dan bahan bakar sehingga ongkos produksi menjadi lebih mahal.
Dari aspek psikologi sosial, jalan panjang padat merayap tentu memunculkan kesumpekan. Perasaan geregetan yang berlangsung selama perjalanan sangat berpengaruh terhadap emosi pengendara. Sementara pada saat yang sama, sedemikian banyak orang yang berada dalam situasi seperti itu. Tidak mengherankan manakala sangat mudah ditemukan sumpah serapah di jalanan yang sering diakibatkan oleh soal-soal sepele. Kondisi jalan yang ruwet dengan mudah memicu kemarahan, dan ini tentu berbahaya bagi lalu lintas secara keseluruhan.
Dengan terbukanya lebih lebar jalan Semarang-Solo meski baru sepenggal sampai Ungaran cukup bisa membuka kran kemacetan selama ini. Tetapi ada kebiasaan buruk para pengguna jalan di negeri ini. Jika jalan rusak, mereka mengomel dan selalu mencaci pemerintah. Sebaliknya, di saat jalan mulus mereka sering berkendara dengan kecepatan tinggi dan ngawur. Kecelakaan lebih mudah terjadi di tangan para sopir yang seperti itu. Maka, pengetatan pengawasan kecepatan di jalan juga perlu ditingkatkan. Hal yang sama juga berlaku di jalan bebas hambatan.
Jalan tol Seksi I Semarang-Ungaran juga memberikan banyak pelajaran penting. Ada banyak sekali persoalan yang melilit di sini, mulai dari rencana yang selalu berubah, pembebasan lahan yang bermasalah, penggunaan yang selalu mundur, sampai pada belum terbayarnya para subkontraktor. Bagaimana pula nanti manajemen pengelolannya ?Kesan yang muncul, jalan tol ini sarat dengan masalah. Menengok kebiasaan yang selama ini berlangsung di negeri ini, jika sesuatu proyek banyak masalah, maka seringkali diragukan kualitasnya.
Sedemikian banyak persoalan itu seharusnya bisa menjadi pelajaran penting untuk kelanjutan proyek besar ini. Janganlah selalu mengulang kesalahan yang sama, apalagi untuk proyek yang sama pula. Pengulangan kesalahan, selain satu tanda kesembronoan juga kebodohan. Para pengendali proyek baik di tataran perencanaan sampai di lapangan benar-benar terkoordinasi dengan baik. Gubernur Bibit Waluyo berulang kali gemas atas lemotnya proyek ini. Maka, sangat diharapkan bahwa proyek lanjutan akan berjalan lebih baik, lebih lancar, terkoordinasi dan selesai tepat waktu.
sumber :
suaramerdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar