javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Jumat, 13 November 2015

Tujuh Hasil Rapat BI, Pemerintah dan Pemda Yogyakarta



Ilustrasi: Shutterstock


JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melakukan rapat koordinasi (rakor) dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Rakor ini dilakukan sebagai upaya mempercepat peningkatan daya saing sektor industri dan pariwisata.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, rapat koordinasi menghasilkan sejumlah kesepakatan penting yang akan diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang konsisten serta bersinergi dengan implementasi yang tepat waktu dan terukur.

Berikut adalah tujuh kesepakatan yang diperoleh:

1. Mendorong pengembangan industri yang terintegrasi dalam rantai pasok domestik dan global disertai penataan strategi pengembangan daya saing industri. Fokus pengembangan adalah pada peningkatan efisiensi dan produktivitas a.l. melalui percepatan pembangunan infrastruktur logistik dan energi, fasilitasi fiskal, iklim investasi dan akses pembiayaan untuk penguatan struktur industri, pengembangan kawasan industri, penyiapan rencana akses offensive dan defensive untuk produk-produk unggulan, serta penyiapan tenaga kerja industri yang kompeten.

2. Terkait dengan percepatan pembangunan logistik, pemerintah berkomitmen untuk menuntaskan penyelesaian pembangunan akses jalan tol Semarang – Solo, pengaktifkan kembali jalur kereta api menuju Pelabuhan Tanjung Mas, dan mempercepat penyelesaian pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto. Pemerintah akan menyempurnakan regulasi terkait pemanfaatan lahan yang dimiliki instansi pemerintah untuk kepentingan pembangunan infrastruktur.

3. Untuk pengembangan kawasan industri, pemerintah akan mengoptimalkan pengembangan kawasan industri di Jawa Tengah yakni di Kendal, Demak, Boyolali, Sukoharjo, dan Karang Anyar. Khusus di wilayah DKI Jakarta, Pemerintah Daerah akan menata kembali pengembangan industri dengan mengalihkan industri berat ke luar daerah Jakarta guna mendorong pusat pertumbuhan ekonomi baru. Sementara itu, Jakarta akan fokus pada pengembangan industri kreatif dan jasa.

4. Mempercepat pengembangan pariwisata yang diprioritaskan pada 10 destinasi prioritas, termasuk pengembangan wisata “Great Jawa” yang terdiri dari “Great Jakarta”, “Great Bandung”, “Great Yogyakarta-Jateng”, dan “Great Surabaya”. Berbagai program akan dilaksanakan untuk pengembangan destinasi pariwisata, peningkatan wisatawan nusantara dan mancanegara, serta kelembagaan.

5. Mempercepat pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing industri dan akses terhadap destinasi pariwisata, terutama jalan, pelabuhan dan bandara. Dalam hal ini, prioritas diberikan pada pengembangan infrastruktur untuk mendukung kawasan industri dan destinasi pariwisata strategis, termasuk peningkatan kapasitas bandara dan/atau pembangunan bandara baru yang saat ini sudah tidak lagi memadai sebagai pintu masuk atau hub pariwisata nasional.

6. Pemerintah memberikan perhatian khusus pada langkah-langkah yang diperlukan untuk mempercepat pembangunan Bandara Kulonprogo dan akses transportasi pendukungnya. Transportasi pendukung tersebut meliputi akses jalan dan kereta api dari Yogyakarta ke Kulonprogo. Selain itu, pemerintah akan mempercepat proses pembebasan lahan untuk pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah Daerah berkomitmen untuk mendukung proses penyediaan lahan dan kemudahan perizinan, serta memperkuat sinergi antara pusat-daerah maupun antar daerah.

7. Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Selain itu, untuk mendukung agenda prioritas pengembangan industri dan pariwisata nasional Bank Indonesia akan mendorong pengembangan pemanfaatan transaksi nontunai guna mendukung peningkatan efisiensi transaksi, pengembangan klaster industri UMKM melalui penguatan kapasitas terhadap akses pembiayaan, serta penyediaan berbagai kajian, informasi, dan data. 
 
sumber :

Kementerian PU Tolak Usulan Rest Area Tol Semarang – Solo


Foto: Istimewa
SEMARANG, suaramerdeka.com - Keinginan Pemprov Jateng untuk membangun rest area jalan tol Semarang-Solo tepatnya di titik di KM 20 (Tembalang-Ungaran) ditolak Kementerian PU. Alasannya, sudah akan dibangun rest area di KM 22.

Sesuai peraturan, jarak antara satu rest area dengan rest area lainnya di Jalan tol minimal 15 Km. Padahal, sesuai grand desain dari Pemprov Jateng, keberadaan rest area di KM 20 akan terintegrasi dengan pembangunan Jateng Parkdi kawasan Wana Wisata Penggaron Kabupaten Semarang. Rest area ini sekaligus jadi pintu masuk lokasi wisata yang diharapkan menyedot pengunjung dari luar kota.

“Rest area (KM 20) tak memenuhi aturan karena hanya berjarak 2-3 Km saja (dari rest area lainnya). Rencananya dirubah, tidak lagi rest area tapi interchange (simpang susun),” kata Kepala Biro Bina Produksi Setda Provinsi Jateng, Peni Rahayu, Jumat (13/11).

Menurut Peni, rencana titik pembangunan simpang susun sama di lokasi rest area. Untuk itu, Pemprov akan melayangkan surat lagi ke Menteri PU terkait perubahan rencana ini. “Informasi yang saya dapat, Menteri setuju dengan interchange ini. Tapi secara administrasi, kami perlu mengajukan surat lagi,” lanjutnya. Sejauh ini, masih katanya, ada beberapa investor yang mengajukan diri ke pemkab Semarang maupun Gubernur. Namun ia memastikan, nantinya semua investor akan satu pintu melalui gubernur. Pihaknya belum tahu berapa anggaran yang akan dikucurkan. Namun dia berahrap pembangunan sudah mulai terlaksana pada tahun 2016.
 
sumber :

Kamis, 12 November 2015

Astra Siapkan Belanja Modal untuk Sektor Infrastruktur


Sektor pertambahan ke anak usahanya yang bergerak di infrastruktur.

Kantor Astra Internasional (Astra.co.id)

VIVA.co.id - PT Astra International Tbk (ASII) menyatakan, tahun depan mereka akan mengalihkan sebagian besar dana belanja modal (capital expenditure/capex) ke anak usahanya yang bergerak di sektor infrastruktur.

Presiden Direktur Astra International, Priyono menjelaskan, dana tersebut akan dianggarkan perseroan ke anak usaha Astra yang bergerak dalam bidang infrastruktur (PT Astratel Nusantara/AN) dan perusahaan patungan dengan Hongkong Land yakni PT Brahmayasa Sejahtera.

"Komposisinya akan berbeda untuk capex tahun depan, dulu ke UNTR (PT United Tractors Tbk), sekarang beda untuk penyelesaian jalan tol dan akuisisi dari Transmar Jateng jadi sebagian masuk ke sana," ujarnya di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, 12 November 2015.

Astra International melalui AN telah menyelesaikan akuisisi 25 persen saham milik PT Trans Marga Jateng (TMJJ) yang mengelola ruas tol Semarang-Solo sepanjang 72,64 km. Ruas tol Semarang-Solo terdiri dari 5 seksi dan saat ini seksi 1 Semarang-Ungaran sepanjang 10,8 km dan seksi 2 Ungaran-Bawen sepanjang 11,9 km sudah beroperasi.

Sementara, seksi 3, ruas Bawen-Salatiga sepanjang 17,3 km masih dalam proses konstruksi, seksi 4 dan 5 Salatiga-Boyolali sepanjang 24,1 km dan Boyolali-Kartosuro sepanjang 8,41 km masih dalam tahap pembebasan lahan.

Perseroan juga tengah menjalankan bisnis properti dengan membangun apartemen mewah di kawasan Sudirman, Jakarta bernama Anandamaya Residences dan Menara Astra. Untuk proyek ini perseroan menganggarkan dana Rp 7 triliun.

"Properti, kita baru belajar. Tahun lalu kita itu memperkenalkan Anandamaya dan Menara Astra capex Rp7 triliun untuk itu. Dari 590 unit sudah terjual 90 persen. Kemarin saya masuk sudah dalam tahap penyelesaian dalam 2 tahun ke depan," katanya menambahkan.

Namun, Priyono enggan menyebutkan, berapa dana yang akan dialokasikan perseroan untuk tahun depan. "Kita masih rencanakan. Kami belum berhitung," ucapnya.

Sementara, untuk capex tahun ini Priyono menyebutkan, dari keseluruhan dana yang dianggarkan perseroan tahun ini Rp13 triliun, perseroan hingga saat ini telah menggunakan sebesar 80 persen. Artinya, perseroan telah menyerap dana capex sebesar Rp10,4 triliun.

"Tahun ini tidak berbeda jauh dengan tahun lalu Rp13 triliun. Kami yakin pasar akan rebound jadi capex tetap tinggi. Dari Rp13 triliun sudah 80 persen terserap."
 
sumber :
viva 

Tol Solo - Kertosono Ditargetkan Selesai Tahun 2018


ilustrasi

Jatim Newsroom-Pembangunan jalan tol ruas Solo-Kertosono (Soker) sepanjang 180 km ditargetkan selesai lebih cepat. Semula pemerintah mentargetkan ruas tol tersebut akan selesai pada Juli 2018, kini target tersebut dievaluasi menjadi awal tahun 2018.

Kepala Satuan Kerja Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Solo-Kertosono (Soker), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Aidil Fiqri, Kamis (12/11) mengatakan, target penyelesaian pembangunan ruas tol lebih cepat karena Menteri PUPR ingin jalan tol dengan investasi sekitar Rp 16 triliun dipercepat penyelesaiannya akhir 2017 atau awal 2018.

Tentang pembebasan lahan, hingga saat ini pada seksi Tol Solo-Ngawi rata-rata sudah 98 persen dan diharapkan pada akhir tahun ini sudah tuntas 100 persen.

Sementara untuk kemajuan fisik konstruksi, seksi yang menjadi kewenangan pemerintah sudah 52 persen selesai sedangkan investor baru selesai 6,15 persen.

Target tersebut sesuai dengan keinginan pemerintah agar Tol Trans Jawa pada akhir 2018 dapat terealisasi. Jalan Tol Soker terdiri dari dua seksi yakni Tol Solo-Ngawi dan Tol Ngawi-Kertosono. Pada dua seksi ini ada porsi yang dikerjakan oleh pemerintah yakni 20,9 km di ruas Solo-Ngawi dan 38,8 km di ruas Ngawi-Kertosono.

Untuk seksi Tol Ngawi-Kertosono, pembebasan lahan ditargetkan tuntas Desember tahun ini, sedangkan kemajuan fisik konstruksi untuk porsi pemerintah dengan APBN 2015 sudah mencapai 85 persen. Sedangkan porsi investor yang dikerjakan PT Waskita Karya dan Jasa Marga sepanjang 49,51 km ruas Ngawi-Kertosono baru 1,65 persen ruas ini ditargetkan tuntas awal 2018.

Dikatakannya, pada beberapa titik yang lahannya belum bebas, saat ini sedang dilakukan appraisal oleh lembaga independen dan diharapkan dicapai mufakat sehingga tidak perlu sampai konsinyasi (pengadilan).

Direktur Teknik Trans Marga Jawa Tengah, Arie Arianto, mengatakan untuk proyek jalan Tol Semarang-Solo yakni seksi 3 Bawen-Salatiga sepanjang 17,59 km diharapkan secara fungsional satu arah bisa digunakan pada angkutan lebaran Tahun 2016.

Sesuai kontrak ruas tersebut harusnya selesai akhir Agustus 2016, tetapi kontraktor menargetkan, pada 1 Juli 2016 guna menyambut arus mudik dan balik lebaran, bisa dipakai secara fungsional. Hingga November, ruas tol Bawen-Salatiga dengan investasi sekitar Rp 1,155 triliun ini kemajuan fisik konstruksinya mencapai 8,9 persen atau lebih tinggi dari dari rencana 8 persen.

Jalan Tol Semarang-Solo sendiri memiliki total panjang 72,6 Km yang terdiri dari lima yakni seksi 1 Semarang-Ungaran sepanjang 10,85 km, (sudah operasi), Seksi 2 Ungaran-Bawen sepanjang 11,99 km (sudah operasi), Seksi 3 Bawen-Salatiga sepanjang 17,59 km, (belum operasi), Seksi 4 Salatiga-Boyolali sepanjang 24,46 km (belum operasi) dan Seksi 5 Boyolali-Solo sepanjang 7,73 km (belum operasi).

Jalan Tol Trans Jawa telah menjadi prioritas utama pemerintah dalam program pembangunan jalan tol, tepatnya pada tahun 1987 sudah dilakukan studi tentang kelaikan dan kelayakan Tol Trans Jawa. Sejalan dengan pembangunan infrastruktur yang merupakan program unggulan Presiden Jokowi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, percepatan penyelesaian pembangunan jalan Tol Trans Jawa kian mendapat tempatnya.

Jalan Tol Trans Jawa merupakan jaringan jalan tol antar kota-kota di Pulau Jawa dengan tujuan utama menghubungkan dua kota terbesar di Indonesia, Jakarta dan Surabaya melalui jalan tol. Semua jalan tol di Pulau Jawa merupakan bagian dari Trans- Jawa, namun pemerintah memprioritaskan 9 (sembilan) ruas jalan tol Cikampek – Surabaya sepanjang 617 KM. (jal)
 
sumber :

Rabu, 04 November 2015

Jalan Rusak, Warga di Salatiga Tutup Akses


Akses jalan keluar masuk kendaraan proyek pembangunan jalan tol 
di Dusun Rembes, Desa Watuagung yang ditutup warga. 
(HES/RAKYAT JATENG)
SEMARANG – Rusaknya jalan desa di wilayah Dusun Rembes dan Dusun Nalen, Desa Watuagung, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang yang diakibatkan dilewati kendaraan angkutan berat proyek pembangunan jalan tol Semarang-Solo, membuat warga berang. Warga dari dua dusun tersebut akhirnya menutup jalan dusun tersebut dengan memasang besi di tengah jalan di wilayah Dusun Rembes dan Dusun Nalen.

Kepala Dusun (Kadus) Nalen, Sugiyarto mengatakan, bahwa ditutupnya jalan untuk akses kendaraan proyek pembangunan jalan tol tersebut, karena telah rusak. Selain itu, warga juga menuntut akan kompensasi perbaikan jalan yang telah rusak tersebut.

“Yang jelas, jalan di dusun kami ini menjadi rusak parah setelah kendaraan berat proyek pembangunan jalan tol Semarang-Solo melakukan pekerjaan di wilayah Desa Watuagung. Karena, kompensasi perbaikan jalan sampai sekarang tidak jelas, akhirnya warga dua dusun itu menutup akses masuk kendaraan proyek tersebut,” jelas Sugiyarto kepada Rakyat Jateng (Grup Fajar), Rabu (4/11).
Suwadi, salah seorang warga Dusun Rembes, Desa Watuagung menyatakan, warga menutup jalan desa ini karena sejak kendaraan berat keluar masuk wilayahnya, jalan menjadi rusak parah bahkan polusi debu mengganggu kesehatan warga.

“Pada intinya, kami warga di Dusun Rembes ini menunggu jawaban yang pasti dari pihak PT PP selaku kontraktor yang mengerjakan pembangunan jalan tol tersebut. Jawaban yang kami maksudkan, adalah secara tertulis dan di dalamnya ada kesanggupan untuk melalukan perbaikan jalan. Surat tuntutan dari warga sudah kami berikan kepada pihak PT PP (Pembangunan Perumahan), namun sampai sekarang tidak ada jawaban pasti,” jelas Suwadi.

Sementara, Adi Indra, Site Operation Manager PT PP menjelaskan, bahwa pihaknya akan secepatnya menjawab tuntutan warga Rembes dan Nalen itu. Pada intinya, pihaknya akan memberikan jawaban yang pasti setelah ada jawaban yang pasti pula dari pihak PT Trans Marga Jateng (TMJ). Pasalnya, PT PP sendiri juga bekerja dan pemiliknya adalah PT TMJ.

“Kami akan secepatnya memberikan jawaban secara tertulis. Namun, terkait dengan perbaikan jalan kampung yang rusak, pihaknya masih menunggu dari pemilik proyek yaitu PT Trans Marga Jateng (TMJ). Kami tidak akan memutuskan secara sepihak karena kami ini juga kerja,” tandas Adi Indra kepada Rakyat Jateng, di rumah Kades Watuagung Heryu Cahyono, Rabu (4/11). (hes)
sumber :

Kawasan Industri Yogyakarta Menanti Rampungnya Tol Solo-Semarang


Ilustrasi: Kawasan industri
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Jalan Tol Solo-Semarang dinilai akan berdampak positif terhadap perkembangan kawasan industri di Yogyakarta.

Terlebih Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mendukungnya dengan rencana pengembangan kawasan industri melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang meliputi Nanggulan, Sentolo, Lendah, dan Temon.

"Akses Tol Solo-Semarang memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan kawasan industri di Yogyakarta," ujar CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, kepada Kompas.com, Senin (2/11/2015).

Pasokan lahan kawasan industri Yogyakarta, diakui Hendra, memang masih sangat minim. Namun, pembangunan Jalan Tol Solo-Semarang yang ditargetkan selesai pada 2017 dan lebih rendahnya harga lahan industri dibandingkan Semarang, dapat menarik minat investor masuk ke Yogyakarta.

Hendra menjelaskan, khusus Kawasan Industri Sentolo yang terletak di Kecamatan Sentolo dan Lendah, dirancang seluas 4.796 hektar. Hingga saat ini, sudah terdapat dua pengembang kawasan industri yang akan mengelola 170 hektar.

Di sisi lain, Kawasan Industri Temon di kecamatan Temon dan kawasan peruntukan industri di Kecamatan Nanggulan juga memiliki rencana pengembangan seluas 500 hektar dan 700 hektar.

Namun perkembangan kawasan industri tersebut masih terkendala permasalahan infrastruktur listrik dan air, karena minimnya calon investor listrik dan air yang ingin membangun jaringan di kawasan industri tersebut.

Dengan demikian, simpul Hendra, hanya terdapat dua kawasan industri yang sudah beroperasi yakni Kawasan Industri Piyungan dan Kawasan Industri Sedayu-Pajangan.

Kawasan Industri Piyungan didesain seluas 335 hektar. Dari total luas lahan, baru sekitar 20 hektar yang sudah beroperasi dengan mayoritas penyewa merupakan perusahaan yang bergerak di sektor tekstil, mainan anak-anak, dan kosmetik.

"Diharapkan pada tahun 2016, kawasan industri tersebut mampu memasok 100 hektar lahan siap bangun," imbuh Hendra.

Demikian halnya dengan Kawasan Industri Sedayu-Pajangan yang memiliki rencana area lahan industri seluas 270 hektar, baru mengoperasikan beberapa bagian lahannya.

Adapun harga lahan kawasan industri di Yogyakarta berkisar antara Rp 400.000 hingga Rp Rp 750.000 per meter persegi. Harga tersebut masih relatif lebih murah dibandingkan dengan harga lahan industri di Semarang dan Surabaya.

"Ini karena akses yang lebih jauh dari pelabuhan dan kondisi infrastruktur yang masih belum memadai," pungkas Hendra.
 
sumber :

Selasa, 03 November 2015

Petani keluhkan irigasi akibat proyek tol Solo

ilustrasi
BOYOLALI. Masyarakat yang tergabung Paguyuban Petani Irigasi Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengeluhkan matinya saluran irigasi ke sawahnya dampak proyek jalan Tol Solo-Kertosono (Soker).

Ketua Paguyuban Petani Irigasi Waduk Cengklik Samidi di Boyolali, mengatakan dampak pembangunan jalan tol Soker pada 2012 hingga 2013 menyebabkan air irigasi dari Cengklik ke sawah di Desa Sawahan, Pandean, Donohudan, Sindo dan Ngresep mati total.

Menurut Samidi sawah petani dari lima desa di Ngemplak tersebut seluas sekitar 100 hektare tidak tealiri air yang bersumber dari Waduk Cengklik itu. Sehingga, petani terpaksa membiarkan sawahnya mengering tanpa ditanami akibat proyek tol sepanjang sekitar 10 kilometer itu.

Bahkan, kata dia, pihaknya hasil pertemuan rapat dengan pihak satuan kerja proyek Tol, jalur irigasi dalam desain tidak diakui atau dianggap tidak ada.

"Kami sudah menyampaikan keluhan para petani ini, jika tidak ada respon atau jalan keluarnya perwakilan petani akan ke Istana Presiden menemui Bapak Joko Widodo (Jokowi) untuk silaturahmi," kata Samidi, Selasa (3/11).

Menurut dia, para petani berharap jalur irigasi harus difungsikan kembali sehingga mereka bisa mengerjakan sawahnya pada musim tanam akhir tahun ini.

Suwono salah satu petani asal Desa Ngesrep Ngemplak mengatakan sebelum proyek tol tersebut dikerjakan ada saluran air untuk irigasi sawah di Desa Ngesrep ini.

Namun, kata Suwono irigasi tersebut saat ini telah tertutup jalan tol yang mengarah dari utara Pasar Mangu ke Dibal.

Oleh karena itu, para petani di Desa Ngesrep terancam kekurangan pasokan air dari Waduk Cengklik akibat banyak saluran yang rusak. Sebelum pengerjaan proyek ada salurannya, tetapi sekarang menjadi tidak ada karena tertutup beton cor jalan tol.

"Adanya tol saluran irigasi sawah pasokan air dari Waduk Cengklik sebelumnya lancar, kini mati," katanya.

Menurut Ketua Komisi Pendayagunaan Sumberdaya Air (KPSA) di Boyolali Harun Basuki saat dikonfirmasi membenarkan banyaknya saluran irigasi rusak akibat proyek tol Soker.

"Kami memantau ada sekitar 500 meter hingga 1.000 meter saluran irigasi areal sawah di Ngemplak rusak," katanya.

Pihaknya berharap Panitia Pembuat Kebijakan (PPK) Satker Tol untuk segera memperbaiki saluran tersebut agar para petani bisa kembali mengerjakan sawahnya pada musim tanam tahun ini. 
 
sumber :

Senin, 02 November 2015

Hindari Jadi Kota Mati, Salatiga Akan Punya Dua Pintu Tol


Ervan Hardoko/Kompas.com Gerbang Kota Salatiga, Jawa Tengah.

SALATIGA, KOMPAS.com — Upaya Pemkot Salatiga agar pengembang tol Semarang-Solo, PT Trans Marga Jawa Tengah (TMJ), menambah satu lagi pintu tol di Kota Salatiga membuahkan hasil.

Rencananya, pintu keluar tol Salatiga akan dikerjakan pada 2016. Alhasil, dalam proyek pembangunan ruas tol seksi III Bawen–Salatiga sepanjang 17,3 kilometer tersebut, Salatiga akan memiliki dua pintu tol, yakni di Kecamatan Tingkir dan Sidorejo.

"Bahkan dalam perkembangannya kami tidak dikenai biaya. Semua ditanggung oleh pemerintah pusat dan akan dikerjakan pada 2016 atau paling lambat 2017," kata Wali Kota Salatiga Yuliyanto kepada Kompas.com, Senin (2/11/2015).

Informasi tersebut, ungkapnya, disampaikan pimpinan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) ketika meninjau persiapan proyek di Salatiga beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, Pemkot Salatiga mengusulkan penambahan pintu tol di tengah kota agar Salatiga tidak menjadi kota mati.

Bahkan, pemkot saat itu siap mencari dana untuk merealisasikan keinginan tersebut. Kini pemerintah pusat sedang menyiapkan tenaga konsultan untuk penyusunan detail engineering design (DED).

"Konsep pintu tol dalam kota itu berupa pintu tol simpang susun atau istilah lain adalah interchange dan ditempatkan di sekitar Jalan Patimura, Kelurahan Bugel, Kecamatan Sidorejo, Salatiga," kata Wali Kota.

Yulianto menambahkan, dengan disetujuinya usulan tersebut, diharapkan menepis kekhawatiran sebagian pihak bahwa Salatiga akan menjadi kota mati pasca-beroperasinya jalan tol Semarang–Solo.

"Dengan beroperasinya pintu itu, semoga bermanfaat bagi warga kami dan warga wilayah sekitar Salatiga," ungkapnya. 
 
sumber :