javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Senin, 25 April 2016

TOL SOLO-KERTOSONO : Didemo Ratusan Warga, Sewa Lapangan Dihentikan


Warga Canden, Kecamatan Sambi, menggelar demo di lapangan 
desa yg disewa untuk pengolahan material beton, Senin (25/4/2016). 
(Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

"Tol Solo-Kertosono rencananya akan memanfaatkan lapangan di Canden, namun diprotes warga."


Solopos.com, BOYOLALI — Pemerintah Desa (Pemdes) Canden, Kecamatan Sambi dan penyewa akhirnya sepakat menghentikan aktivitas pengolahan material beton di lapangan desa setempat setelah ratusan warga menggelar demo di Balai Desa Canden, Senin (25/4/2016) pagi.

Tidak hanya berdemo, beberapa warga yang merupakan perwakilan masing-masing dukuh juga menggelar audiensi dengan pemdes, camat, dan penyewa. Warga menyampaikan pernyataan sikap dan sejumlah tuntutan. Tuntutan utama mereka adalah menolak kegiatan proyek di fasilitas umum dan mengembalikan fungsi lapangan seperti semula.

Koordinator warga dari Dukuh Winong, Mahmudi, menyampaikan alih fungsi lapangan menjadi tempat olah material untuk proyek tol tidak disosialisasikan terlebih dahulu kepada warga. Kontrak sewa menyewa lapangan antara pemdes dengan penyewa juga belum mendapat persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Dalam demo kemarin warga membentangkan beberapa spanduk berisi protes di antaranya “Apa kurang duite kanggo riko”, “Ada dosa di kelurahan”, “Meleko kui lapangan”, Pak Jokowi lapanganku digadaikan”, “kembalikan lapangan kami bukan Rp120 juta”, “Singkirkan tikus canden”dan tulisan bernada protes lainnya.

Penyewa lapangan, Handono, menjelaskan sewa lapangan bermula saat dirinya diminta mencari lahan untuk batching plan proyek jalan tol. Dia mendapat tawaran dari Kades Canden, Joko Mulyono, untuk menyewa lapangan.

Tak berselang lama, kata Handono, kades menyampaikan kabar jika sudah ada rapat dengan perangkat dan menyatakan lapangan bisa disewa. Bahkan, dia mengaku sudah bertanya kepada Camat Sambi, Irianto. “Katanya boleh. Akhirnya ada kontrak sewa-menyewa dengan pihak desa.”

Luasan lahan lapangan yang disewa yakni 4.000 meter persegi dari total luas lapangan 12.000 meter persegi. Sewa dilakukan selama tiga tahun dengan besaran sewa senilai Rp. 120 juta dan sudah dibayar Kamis (21/4/2016) pekan kemarin.

“Kami ini hanya penyewa. Kalau sekarang muncul penolakan dari warga semestinya yang disalahkan adalah pemdes. Itu urusan desa dengan warga, bukan domain kami. Kalau pun akhirnya putus kontrak, pasti ada konsekuensi pembatalan,” jelas dia.

Saat audiensi kemarin, awalnya Kades Joko Mulyono berkeras tetap melanjutkan kontrak sewa lapangan itu dengan berbagai argumentasi.

“Yang disewakan kan hanya seperempat dari luas lapangan. Meskipun disewa selama tiga tahun, namuan kontraktor tidak akan melakukan pekerjaan setiap hari. Dalam setahun, efektif pekerjaan hanya sekitar 2 bulan,” kata Joko.

Tokoh warga Dusun Saminan, Wiyadi, menyayangkan sikap pemdes yang begitu mudahnya memutuskan kontrak sewa lapangan tanpa berembug dengan warga dan BPD. “Sikap warga ini menunjukan bahwa warga sayang dengan kepala desa, jangan sampai salah melangkah.”

Komisi III DPRD Boyolali, Eka Wardaya, meminta Pemdes Canden berkomunikasi dengan penyewa dan menyampaikan bahwa dalam proses kontrak sebelumnya ada hal-hal yang tidak prosedural.

“Saat ini warga menyampaikan aspirasi agar kegiatan pengolahan material beton di lapangan itu dihentikan. Ya dengaran dan realisasikan. Konsekuensinya, pemdes harus mencarikan tempat lain,” kata Yoyok, sapaannya.

Dia khawatir jika pemdes tidak mendengar aspirasi warga akan terjadi gejolak yang lebih besar lagi.

sumber :

Minggu, 24 April 2016

25.000 Kendaraan Lintasi Tol Semarang-Bawen per Hari


ilustrasi

SEMARANG, suaramerdeka.com – Memasuki tahun 2016, volume kendaraan yang melintas di jalan tol Semarang-Ungaran Bawen mencapai 25.000 mobil per hari. Jumlah itu meningkat pesat jika dibandingkan saat hanya satu seksi tol yang beroperasi, Semarang-Ungaran, yakni 9.000 kendaraan per harinya.

Direktur Teknik dan Operasi Trans Marga Jateng (TMJ) Arie Irianto mengatakan jumlah 25.000 itu bisa berlipat saat musim libur sekolah, hari raya dan natal. Ia mengklaim pertumbuhan jumlah volume kendaraan yang melintas menunjukkan jalan tol sebagai pilihan utama pengguna jalan untuk menyingkat durasi perjalanan. Terutama bagi pelaku ekonomi dengan tujuan mempercepat proses distribusi barang.

“Pertumbuhan kendaraan 7 persen per tahun sementara pertubuhan jalan baru tol 0,02 persen. Masih timpang. Pembangunan jalan tol harus terus dikebut karena memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi,” ujar Arie, Minggu (24/4).

Tol Semarang-Solo terbagi menjadi lima seksi. Seksi I Tembalang-Ungaran sepanjang 11 KM dan Seksi II Ungaran-Bawen sepanjang 12 KM sudah beroperasi. Seksi III Bawen-Salatiga sepanjang 17,5 KM, Seksi IV Salatiga–Boyolali sepanjang 24 KM, dan Seksi V Boyolali–Kartasura sepanjang 8 KM masih proses pembangunan dan pembebasan lahan. Untuk pembangunannya dibutuhkan investasi Rp 10,3 triliun, dengan perincian Rp 7,3 triliun untuk Semarang-Salatiga dan Rp 3 triliun untuk Salatiga-Solo.

Sementara itu untuk penyesuaian dampak inflasi, tarif jalan tol Seksi I dan II naik per 16 April 2016. Hal itu diatur dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat no 191/KPTS/M/2016 Tahun 2016 tentang Penyesuaian Tarif Pada Jalan Tol. Untuk kendaraan golongan I naik Rp 500, kendaraan golongan II-V antara Rp 1.000 – Rp 2.000.

“Kanaikan sebagai konsekuensi dampak inflasi yang terjadi tiap dua tahunan. Ini diatur dalam PP no 15 Tahun 2005 yang diubah menjadi PP no 43 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas PP no 15 Tahun 2005. Kami sudah menyosialisasikannya,” jelasnya.

Sebagai pengelola, lanjut Arie, kenaikan itu akan diimbangi dengan peningkatan pelayanan bagi pengguna tol. PT TMJ berusaha memberikan pelayanan untuk mendukung kenyamanan dan keselatan.

Di antaranya fasilitas layanan derek, penyediaan layanan untuk isi air radiator, dan informasi gangguan dan pengaduan. Saat ini di Seksi Ungaran-Bawen tengah dilakukan pembangunan rest area yang akan di lengkapi masjid, restoran dan tempat pengisian bahan bakar.
(Hanung Soekendro/CN19/SMNetwork)

sumber :

Sabtu, 23 April 2016

Bagaimana Perkembangan Terbaru Tol Pertama di Kalimantan?


Foto: Dikhy Sasra
Jakarta -Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini, Kamis (24/3/2016) lalu meninjau proyek pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99,2 kilometer (km) di Desa Karangjoang, Balikpapan Utara, Kalimantan Timur. Bagaimana perkembangannya?

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Hery Trisautra Zuna mengatakan, saat ini pihaknya tengah menyelesaikan tahap akhir proses lelang investasi Jalan Tol Pertama di Pulau Kalimantan tersebut.

"Sekarang sudah tahap pemasukan dokumen lelang. Dokumen penawaran dari pihak-pihak yang sudah lolos prakualifikasi. Nanti dokumennya sedang kita pelajari siapa yang memberikan penawaran lebih baik. Hasilnya akan kita umumkan," kata dia dihubungi detikFinance, Sabtu (23/4/2016).

Berdasarkan jadwal, pengumuman pemenang lelang akan dilakukan pada 2 Mei 2016.

Dari catatan BPJT, ada dua konsorsium atau gabungan perusahaan yang dinyatakan lolos tahap prakualifikasi dan boleh ikut dalam proses lelang tahap selanjutnya.

Pertama adalah Konsorsium PT Jasa Marga (Persero), PT Wijaya Karya (Persero), PT Pembangunan Perumahan (Persero), PT Bangun Tjipta Sarana.

Konsorsium kedua adalah Konsorsium PT Citra Marga Nusaphala Persada, PT Kaltim Bina Sarana Konstruksi, PT Brantas Abipraya, PT Istaka Karya.

Tahap selanjutnya adalah penetapan pemenang lelang oleh Menteri PUPR dan penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT).

Sembari menyelesaikan proses lelang, tim di lapangan saat ini juga tengah giat bergerak menyelesaikan proses pembebasan lahan.

Perkembangan terbarunya pun cukup menggembirakan. Seksi I sepanjang 22,03 km dari Balikpapan Km 13-Samboja telah bebas tanahnya sebesar 90%.

Seksi II 30,98 Km dari Samboja-Muara Jawa pembebasan lahannya sudah mencapai 98,3%, Seksi III 17,3 Km dari Muara Jawa-Plaran pembebasan lahannya sudah mencapai 85,85%.

Kemudian Seksi IV 17,95 Km dari Palaran-Samarinda pemebebasan lahannya sudah mencapai 62,72% dan terakhir Seksi V 11,09 Km saat ini pembebasan lahannya sudah mencapai 55,22%.

"Secara umu sudah oke lah. Nanti lelang selesai diharapkan bisa lanjut konstruksi segera," pungkas dia.

Para investor ini sendiri akan melakukan pembangunan untuk Seksi II, III dan IV. Sementara Seksi I dan V akan dikerjakan oleh Pemerintah.

Seksi I sepanjang 22,03 Km dibangun menggunakan dana patungan APBN dan APBD, sementara Seksi V sepanjang 11,09 Km dibangun dengan pinjaman dari China senilai Rp 848,55 miliar.

Dari total seksi pekerjaan yang menjadi dukungan Pemerintah tersebut, saat ini sudah terbangun 7,8 km.

sumber :

TOL SOLO-KERTOSONO : Warga Pertanyakan Kelanjutan Pemberian Kompensasi


Overpass tol Solo-Kertosono di Ngemplak Boyolali. 
(Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos/dok)

Tol Solo-Kertosono, warga di Ngemplak mempertanyakan kelanjutan kompensasi.

Solopos.com, BOYOLALI–Warga yang terdampak pembangunan jalan tol Solo-Kertosono (Soker) mempertanyakan kelanjutan pemberian kompensasi bagi warga yang tanahnya belum dibebaskan.

Salah seorang warga Desa Dibal, Ngemplak, Siti Marhamah, mengatakan pelaksana pembangunan tol Soker akhir tahun lalu datang menawarkan kompensasi tanah yang terkena dampak pembangunan tol Soker. Kompensasi yang ditawarkan pada saat itu Rp626.000/ meter persegi. Namun, ditolak karena dinilai terlalu rendah.

“Saya diminta datang ke PN [Pengadila Negeri] Boyolali untuk menyelesaikan permasalahan besaran kompensasi tetapi hasinya deadlock,” ujar Siti saat ditemui Solopos.com di sawah, Jumat (22/4/2016).

Siti mengatakan ada empat warga di Dibal yang tanahnya belum dibebaskan sampai sekarang. Dana kompensasi tanah yang bersumber dari APBN 2015 akhirnya dikembalikan ke kas negara setelah warga tidak mau menerima besaran kompensasi yang diberikan pelaksana pembangunan tol Soker.

“Kami mempertanyakan kelanjutan pemberian kompensasi tanah yang terkena dampak pembangunan tol Soker,” kata Siti.

Ia mengatakan sebagai warga sebenarnya tidak mempersulit dalam pembangunan tol Soker. Siti menyayangkan Penjabat Pembuat Komitmen (PPK) yang bertugas membebaskan tanah kurang transparan kepada warga soal besaran nilai kompensasi.

“Kami tidak ingin dijadikan tumbal pembangunan tol Soker. Kalau PPK mau terbuka soal nilai kompensasi saya pasti setuju melepaskan tanah seluas 1.109 meter persegi untuk dibangun tol Soker,” kata dia.

Menurut Siti, tanah miliknya sepanjang 40 meter yang dijadikan jalan untuk menyambungkan jalan tol Soker yang masih terputus akibat tanah miliknya belum dibebaskan, sampai sekarang masih difungsikan sebagai jalan meskipun sewanya sudah habis per Kamis (14/4/2016).

“Saya tidak menuntut pelaksanan tol Soker segera memperpanjang sewa tanah. Kalau tol dibuka untuk arus mudik lebaran sudah pasti tanah milik saya yang belum dibebaskan dijadikan jalan mobil,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Satuan Kerja (Satker) Tol Soker, Aidil Fiqri, mengatakan dana kompensasi bagi warga yang tanahnya belum dibebaskan sampai triwulan pertama tahun ini belum turun. Kalau dana itu sudah turun satker akan meminta PPK kembali bernegosiasi dengan warga.

“Kami belum tahu kapan dana kompensasi tol Soker tahun ini turun. Masih ada 37 bidang tanah di Kecamatan Banyudono dan Ngemplak yang belum dibebaskan,” kata dia.

sumber :

Rabu, 20 April 2016

JALAN TOL SOKER Perbaikan Drainase Jadi Prioritas


ilustrasi

SOLO—Penataan Solo Utara untuk menyambut pengoperasian jalan tol Solo-Kertosono (Soker) yang melintasi Boyolali, Solo, Karanganyar, dan Sragen, akan difokuskan ke drainase.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Solo, Endah Sitaresmi Suryandari, mengatakan ekses kendaraan dari pembukaan jalan tol lintas Soloraya dengan interchange (akses keluar masuk) Ngesrep, Ngemplak, Boyolali; Klodran, Colomadu, Karanganyar, serta Kemiri, Gondangrejo, Karanganyar, telah dibicarakan dengan pemerintah pusat.

”Jalan yang terdampak nanti kemungkinan Jl. Adi Sumarmo, Jl. Ki Mangun Sarkoro, dan Jl. Letjen Suprapto,” jelas dia saat ditemui Koran Solo di ruang kerjanya, Senin (18/4) siang.
Bersambung ke Hal. 6 Kol. 1

”Kalau dari infrastruktur saya kira tidak masalah karena statusnya sudah jalan nasional. Nanti solusinya dari pemerintah pusat.”

Sita, sapan akrabnya, menuturkan salah satu yang segera dibenahi untuk menyambut pembukaan tol Soker adalah Jl. Pakel yang masuk wilayah Solo. ”Jalan ini akses keluar-masuk warga ke Karanganyar maupun Boyolali. Perbaikan segera kami lakukan. Saat ini sudah masuk tahapan lelang. Kalau pelebaran jalan, harus koordinasi dulu dengan wilayah Karanganyar,” jelasnya.

Dia menyebutkan permasalahan yang harus segera dicarikan solusi di wilayah Solo Utara adalah genangan setiap musim penghujan. Untuk tahap awal, ia membeberkan salah satu targetnya adalah normalisasi drainase akan menyasar Jl. Adi Sumarmo hingga Jl. Letjen Suprapto.

Anggaran proyek drainase di Jl. Letjen Suprapto telah disiapkan Rp2,9 miliar. Untuk Jl. Adi Sumarmo anggarannya termasuk pembuatan patung loro blonyo senilai Rp1,3 miliar. ”Normalisasi saluran di sana merupakan bagian lanjutan setelah tahun sebelumnya proyek perbaikan jalan tahun ini make up drainasenya,” paparnya.

Selain penanganan genangan, imbuh Sita, tahun ini pemerintah juga bakal merealisasikan normalisasi Kali Pepe, restorasi bendung karet Tirtonadi, serta penataan kawasan bantaran di sepanjang bendung karet Tirtonadi.

Menurut Sita, potensi ekses kendaraan dari pembukaan jalan tol lintas Soloraya harus dihitung cermat oleh dinas terkait. ”Saya kira untuk kendaraan berat tidak terlalu banyak. Harus dihitung ulang kendaraan yang biasanya lewat Solo lebih banyak yang mengarah ke Wonogiri-Sukoharjo atau ke Sragen-Surabaya. Kalau kendaraan pribadi saya kira tidak mampir-mampir,” kata dia.

sumber :

Selasa, 19 April 2016

Pintu Tol Boyolali akan Dibuka, Dishub Antisipasi Macet di Kota Solo


ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Kota Solo (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Arus kendaraan yang masuk Kota Solo dari arah Barat diprakirakan bakal membludak. Hal tersebut merupakan imbas setelah jalan tol pintu keluar dari Kabupaten Boyolali dibuka. Menghadapi hal ini Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Solo tengah merencanakan antisipasi.

''Meningkatnya arus kendaraan akibat jalur keluar tol di Kabupaten Boyolali, tak menutup kemungkinan kendaraan yang keluar dari pintu tol akan membanjiri arus lalu lintas ke Kota Solo,'' kata Kasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Dishubkominfo Kota Solo, Ari Wibowo, Selasa (19/4).

Menghadapi hal ini, Ari mengungkapkan Dishubkominfo sudah menyiapkan langkah untuk mengantisipasi arus kendaraan yang keluar dari tol saat telah diresmikan nanti.

Sejumlah langkah yang akan diterapkan, diantaranya, dengan pemasangan Alat Pengatur Lalu Lintas (APIL) di perempatan batas kota. Tepatnya, pertemuan antara Jalan Pakel dan Jalan Adi Soemarmo Solo. 

Tak hanya itu, APIL yang dipasang juga dilengkapi dengan pengontrol CCTV, sekaligus alat pengatur rambu lalu lintas. Sehingga ketika arus lalu lintas di Kota Solo padat, maka dapat dilakukan manipulasi dari CC Room Dishubkominfo Kota Solo.

''Manipulasi lalu lintas akan diterapkan. Jika tidak dilakukan, dikhawatirkan terjadi penumpukan arus dari arah Timur Jalan Adi Soemarmo yang masuk ke Kota Solo," ujarnya.

Tak hanya itu, antisipasi lapis kedua, juga dilakukan dengan pemasangan APIL di pertigaan Masjid Mujahidin Banyuanyar. Seperti di perempatan batas kota, pemasangan APIL juga dilengkapi dengan CCTV dan dapat dikontrol melalui ruang CC Room Dishubkominfo.

Kalau untuk pemasangan APIL dikawasan pertigaan Masjid Mujahidin Banyuanyar sebagai antisipasi kedua. Namun, itu juga memiliki fungsi vital untuk mencegah kemacetan ketika arus kendaraan di Jalan Ki Mangun Sarkoro sangat padat.

Dishubkominfo berharap, dengan penerapan rekayasa lalu lintas tersebut masyarakat taat pada peraturan yang telah ditetapkan. Sehingga hal yang terjadi akibat kepadatan lalu lintas, seperti kecelakaan dapat dihindari.

sumber :

Senin, 18 April 2016

TOL SOLO-KERTOSONO DPU: Penanganan Jalur Interchange Tol Soker Kewenangan Pemerintah Pusat


Sejumlah warga melintas menggunakan sepeda motor di jalan tol Soker 
di Desa Jeruksawit, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar. Jalur tol 
di titik ini belum menyatu lantaran terdapat lahan pemakaman umum 
milik warga yang sedang proses pemindahan. Foto diambil awal pekan ini. 
(Kurniawan/JIBI/Solopos)

"Tol Solo-Kertosono, penanganan jalur interchange atau akses keluar masuk tol menjadi kewenangan pemerintah pusat."


Solopos.com, SOLO–Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Solo Endah Sitaresmi Suryandari mengatakan ekses kendaraan dari pembukaan jalan tol lintas Soloraya dengan interchange (akses keluar masuk) Ngesrep, Ngemplak, Boyolali; Klodran, Colomadu, Karanganyar; serta Kemiri, Gondangrejo, Karanganyar telah dibicarakan dengan pemerintah pusat.

“Kami sudah sampaikan sebelum pengoperasian. Jalan yang terdampak nanti kemungkinan Jl. Adi Sumarmo, Jl. Ki Mangun Sarkoro, dan Jl. Letjen Suprapto. Kalau dari infrastruktur saya kira tidak masalah karena statusnya sudah jalan nasional. Nanti solusinya dari pemerintah pusat,” terangnya saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Senin (18/4/2016).

Sita, sapan akrabnya, menuturkan salah satu yang segera dibenahi untuk menyambut pembukaan tol Soker adalah Jl. Pakel yang masuk wilayah Solo. “Jalan ini akses keluar masuk warga ke Karanganyar maupun Boyolali. Perbaikan segera kami lakukan. Saat ini sudah masuk tahapan lelang. Kalau pelebaran jalan, harus koordinasi dulu dengan wilayah Karanganyar,” jelasnya.

sumber :

Minggu, 17 April 2016

Pintu Tol dari Boyolali Dibuka, Ini Langkah Dishubkominfo Solo



Tol Solo-Kertosono (Soker) (dok.timlo.net/nanang rahadian)


Solo – Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Solo tengah merencanakan antisipasi dengan meningkatnya arus kendaraan akibat jalur keluar tol di kawasan Boyolali. Tak menutup kemungkinan, kendaraan yang keluar dari pintu tol tersebut akan membanjiri arus lalu lintas di Kota Solo.

“Kami sudah menyiapkan langkah, untuk mengantisipasi arus kendaraan yang keluar dari tol saat telah diresmikan nanti,” kata Kasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Dishubkominfo Solo, Ari Wibowo, Minggu (17/4).

Dikatakan, sejumlah langkah yang akan diterapkan yakni dengan pemasangan alat pengatur lalu lintas (apil) di perempatan batas kota. Tepatnya pertemuan antara Jalan Pakel dan Jalan Adi Soemarmo Solo. Tak hanya itu, apil yang dipasang juga dilengkapi dengan pengontrol CCTV sekaligus alat pengatur rambu lalu lintas. Sehingga, ketika arus lalu lintas di Kota Solo padat maka dapat dilakukan manipulasi dari CC Room Dishubkominfo Kota Solo.

“Manipulasi lalu lintas akan diterapkan. Jika tidak dilakukan, dikhawatirkan terjadi penumpukan arus dari arah timur Jalan Adi Soemarmo yang masuk ke Kota Solo,” terang Ari.

Tak hanya itu, antisipasi lapis kedua juga dilakukan dengan pemasangan apil di pertigaan Masjid Mujahidin Banyuanyar. Seperti di perempatan batas kota, pemasangan apil juga dilengkapi dengan CCTV dan dapat dikontrol melalui ruang CC Room Dishubkominfo.

“Kalau untuk pemasangan apil dikawasan pertigaan Masjid Mujahidin Banyuanyar sebagai antisipasi kedua. Namun, itu juga memiliki fungsi vital untuk mencegah kemacetan, ketika arus kendaraan di Jalan Ki Mangun Sarkoro sangat padat,” jelas Ari.

Pihaknya berharap, dengan penerapan rekayasa lalu lintas tersebut masyarakat taat pada peraturan yang telah ditetapkan. Sehingga, hal yang terjadi akibat kepadatan lalu lintas seperti kecelakaan dapat dihindari.

sumber :

Inflasi 10 Persen, TMJ Menaikkan Tarif Tol Semarang-Bawen


Inflasi 10 Persen, TMJ Menaikkan Tarif Tol Semarang-Bawen, 
mulai 16 April 2016. tribunjateng/dok 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Mulai Sabtu (16/4/2016) pukul 00.00 kemarin, PT Trans Marga Jateng (TMJ) selaku operator Ruas Tol Semarang-Ungaran-Bawen telah melakukan penyesuaian tarif. Adapun dasar pemberlakuan tarif tersebut yakni Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor 191/Kpts/MPUPR.2016 per tanggal 8 April 2016.

“Dalam keputusan tersebut disebutkan jika yang mengalami penyesuaian tarif adalah Ruas Tol Semarang-Solo Seksi I Semarang-Ungaran dan Seksi II Ungaran-Bawen. Dan telah disesuaikan dengan Pasal 68 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2015 tentang Jalan Tol Jo Nomor 43 Tahun 2013,” kata Manager Operasi PT TMJ Sabilillah kepada Tribun Jateng, Minggu (17/4/2016).

Menurutnya, sejak diberlakukannya penyesuaian tarif tersebut, sejauh ini tidak ada protes atau kendala. Hal itu diklaim karena tiga pekan sebelumnya, pihaknya telah menggelar berbagai sosialisasi kepada seluruh pengendara yang memanfaatkan ruas tol tersebut. Di antaranya melalui pemasangan spanduk di beberapa titik strategis, pembagian leaflet di tiap gerbang tol, hingga talkshow di beberapa radio.

“Kami rasa seluruh pengendara sudah dapat memahaminya. Terlebih ada dasar hukum yang jelas dan pasti dalam kami bertindak. Dasar utama kami menyesuaikan tarif yakni inflasi yang berjalan di dua tahun terakhir. Data di Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan inflasinya yakni 10,14 persen. Rumusnya adalah tarif baru sama dengan tarif lama dikali satu ditambah angka inflasi,” ucapnya.

Sebelumnya Direktur Operasi dan Teknik PT TMJ Arie Irianto mengutarakan, meskipun angka inflasi tersebut, ada beberapa pertimbangan dalam penerapannya yakni pembulatan tarif di setiap golongannya. Misal tarif baru yang semestinya Rp 7.700 menjadi Rp 7.500 bukan Rp 8.000 per kendaraan di Golongan I.

“Secara umum, dari acuan tersebut dan hasil evaluasi per semester oleh Badan Pemeriksa Jalan Tol (BPJT) kami lols dan sejauh ini di kedua seksi tersebut, telah memenuhi standar pelayanan minimum (SPM), sehingga dinyatakan layak untuk menyesuaikan tarif yang juga akan diikuti peningkatan layanannya,” jelasnya. (*)

sumber :

Sabtu, 16 April 2016

INFRASTRUKTUR BOYOLALI : Ini Lima Ruas Jalan Yang Diperbaiki di Kawasan Tol Soker


Infrastruktur Boyolali, Pemkab memperbaiki sejumlah 
jalan di sekitar pintu tol Solo-Kertosono (Soker).
Ilustrasi (JIBI/Antara/Fikri Yusuf)

Solopos.com, BOYOLALI–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali tahun ini akan memperbaiki lima ruas jalan di sekitar pintu masuk tol Solo-Kertosono (Soker). Perbaikan lima ruas jalan itu untuk mendukung dibukanya tol soker pada lebaran tahun ini dan sekaligus sebagai akses menuju ke Bandara Adi Soemarmo Solo.

Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga DPU ESDM Boyolali, Nyoto Widodo, mengatakan pemkab baru mengetahui jalan tol Soker akan difungsikan sebagai jalan alternatif lebaran tahun ini pada Selasa (12/4/2016) saat diundang rapat koordinasi oleh pelaksana pembangunan tol Soker. Dalam koordinasi tersebut wilayah Boyolali yang dijadikan sebagai akses masuk tol adalah di Desa Ngesrep, Ngemplak tepatnya di jalan raya Mangu-Sambi.

“Pintu masuk jalan tol nanti berada di sisi kiri underpass tol Soker yang ada di jalan raya Mangu-Ngemplak,” ujar Nyoto saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (16/4/2016).

Nyoto mengatakan untuk mendukung kelancaran arus mudik di jalan tol Soker, pemkab tahun ini akan memperbaiki lima ruas jalan yang berada di sekitar pintu masuk jalan tol. Kelima ruas jalan itu yakni jalan Mangu-Ngemplak dengan dana senilai Rp5,6 miliar, Mangu-Tanjungsari senilai Rp2,3 miliar, Tanjungsari-Sawahan senilai Rp3,4 miliar, Donohudan-Gagaksipat senilai Rp2,3 miliar, dan Asrama Haji Donohudan-Gorongan senilai Rp1,17 miliar.

“Total dana untuk memperbaiki lima ruas jalan untuk mendukung pengoperasian tol Soker dan bandara tahun ini senilai Rp15 miliar dari APBD Provinsi Jateng 2016,” kata dia.

Ia mengakui jalan di wilayah tersebut kondisinya banyak yang rusak parah akibat pembangunan jalan tol. Truk bermuatan berat membawa tanah urug keluar masuk setiap hari di lima ruas jalan tersebut mengakibatkan jalan menjadi rusak.

“Perbaikan jalan tersebut nantinya ada yang dibeton agar kondisi jalan tahan lama,” kata dia.

Selain memperbaiki jalan rusak, kata dia, pemkab tahun ini juga memperbaiki saluran air yang rusak akibat proyek tol di lima ruas jalan di dekat pintu masuk tol Soker. Perbaikan saluran air dilakukan agar ketika hujan jalan tidak tergenang.Untuk memperbaiki saluran air yang rusak pemkab akan koordinasi dengan pelaksana tol Soker.

“Pelaksanaan perbaikan lima ruas jalan itu saat ini baru masuk tahap lelang. Rencananya perbaikan mulai dikerjakan awal Mei,” kata dia.

Ia menargetkan perbaikan jalan rusak di lima lokasi itu selesai sebelum arus mudik. Perbaikan akan dilakukan secara bersamaan.

Sementara itu, Kepala DPU ESDM, M. Qodri, mengatakan pemkab hanya sebatas memiliki kewenangan memberbaiki jalan rusak yang ada disekitar bandara dan tol Soker untuk kelancaran mudik tahun ini. Soal masih adanya warga yang belum setuju besaran ganti rugi sudah ditangani tim khusus dari pusat.

sumber :

Berikut Tarif Tol Terbaru Semarang-Ungaran dan Semarang-Bawen


ilustrasi
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Berikut tarif tol di Ruas Tol Semarang Solo Seksi I Semarang-Ungaran dan Seksi II Ungaran-Bawen, sebelum dan sesudah penyesuaian tarif yang diberlakukan mulai Sabtu (16/4/2016) pukul 00.00

Sebelum penyesuaian tarif

A.  Seksi I Semarang-Ungaran
  • Golongan I Rp 6.500
  • Golongan II Rp 9.500
  • Golongan III Rp 12.500
  • Golongan IV Rp 15.500
  • Golongan V Rp 19.000

B.  Seksi II Ungaran-Bawen
  • Golongan I Rp 7.000
  • Golongan II Rp 10.000
  • Golongan III Rp 13.500
  • Golongan IV Rp 17.000
  • Golongan V Rp 21.500

Setelah penyesuaian tarif

A.  Seksi I Semarang-Ungaran
  • Golongan I Rp 7.000
  • Golongan II Rp 10.500
  • Golongan III Rp 14.000
  • Golongan IV Rp 17.500
  • Golongan V Rp 21.000

B.  Seksi II Ungaran-Bawen
  • Golongan I Rp 7.500
  • Golongan II Rp 11.500
  • Golongan III Rp 15.000
  • Golongan IV Rp 19.000
  • Golongan V Rp 22.500
sumber :

Jumat, 15 April 2016

TOL SOLO-KERTOSONO : Jalur Tol Solo-Mantingan Belum Bisa Digunakan untuk Mudik Lebaran, Ini Penyebabnya


Tol Solo-Kertosono, jalan tol ruas Solo-Mantingan belum bisa digunakan saat mudik Lebaran.

Solopos.com, SRAGEN–Lalu lintas di jalan Sragen-Ngawi tepatnya di kawasan Kebonromo, Ngrampal, cukup ramai, Jumat (15/4/2016). Tak jauh dari jalan nasional itu, sebuah ekskavator dikerahkan untuk membuat lubang di sebelah utara jalan. Di lubang itu, pekerja proyek akan menanam sejumlah pasak bumi sebagai penguat fondasi overpass jalan tol Solo-Mantingan.

Pembebasan lahan milik perorangan yang terkena proyek jalan tol Solo-Mantingan sudah selesai 99%. Hanya terdapat satu petak lahan seluas 798 meter2 di kawasan Singopadu yang belum dibebaskan. “Itu adalah lahan yang menjadi sengketa satu keluarga. Sengketa lahan itu sudah terjadi jauh sebelum ada rencana proyek pembangunan jalan tol,” kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembebasan Lahan Proyek Jalan Tol Solo-Mantingan II, Sihono, saat ditemui Solopos.com di kantornya.

Sebagian besar lahan milik perorangan sudah dibebaskan pada akhir 2015 lalu. Masih ada 17 petak tanah bengkok milik tujuh desa yang belum dibebaskan hingga kini. Pembebasan tanah kas desa itu menunggu turunnya rekomendasi tentang penghapusan status aset milik pemerintah desa dari Gubernur Jawa Tengah.

Proses pembebasan lahan yang belum kelar itu menentukan perkembangan pekerjaan fisik pembangunan jalan tol Solo-Mantingan di bawah tanggung jawab PT Solo Ngawi Jaya (SNJ). Berdasar pantauan Solopos.com, pembangunan jalan tol itu rata-rata baru mencapai tahap pengerasan lahan dan pembangunan overpass. Permukaan jalan tol itu masih berupa tanah. Setelah diguyur hujan, permukaan jalan itu cukup licin dan berlumpur.

“Belum ada permukaan jalan yang sudah dibeton. Namun, jalan itu sudah bisa digunakan dalam kondisi darurat. Syaratnya, jalan itu sebelumnya tidak diguyur hujan. Kami sendiri pernah melintasi permukaan jalan tol itu dari Karangmalang [Masaran] hingga Sidoharjo pada saat Presiden berkunjung ke Sragen,” jelas Sihono.

Pembangunan fisik jalan tol baru dimulai secara intensif pada awal Januari lalu. Lantaran baru mencapai tahap awal, jalan tol Solo-Mantingan kemungkinan besar belum bisa dipakai untuk mudik Lebaran tahun ini.

sumber :

Idul Fitri 2016, Tol Bawen-Salatiga Dibuka Sementara



PINDAHKAN BATU:Warga Desa Kandangan,Bawen, Kabupaten Semarang 
memindahkan batu pondasi rumah yang terkena proyek tol Semarang-Solo
seksi III Bawen-Salatiga untuk digunakan membangun rumah kembali, 
Jumat (15/4). (suaramerdeka.com/Ranin Agung)


UNGARAN, suaramerdeka.com - PT Trans Marga Jateng (TMJ) selaku operator dalam pembangunan megaproyek sekaligus pengelola Tol Semarang-Solo sampai pertengahan April 2016 masih berupaya menyelesaikan pembangunan tol seksi III Bawen-Salatiga.

Direktur Teknik dan Operasi PT TMJ, Arie Irianto memaparkan, kondisi pembebasan lahan di ruas Bawen-Salatiga masih sama dengan progres terakhir pada 31 Desember 2015. “Yakni 92,7 persen lahan yang sudah bebas. Sisanya ada sekitar 7,3 persen lahan yang belum bebas,” katanya, Jumat (15/4).

Ketika ditanya apakah memungkinkan digunakan untuk akses mudik-balik Idul Fitri 2016, Arie menjawab, bisa tidaknya digunakan lebih bergantung pada kapan lahan yang belum terbebaskan itu bisa clean and clear 100 persen. Dan semestinya, mau tidak mau pada pertengahan April 2016 ini sudah terselesaikan dan tidak ada masalah. “Jikapun dibuka untuk jalur Lebaran tahun ini, sifatnya dibuka sementara. Yang perlu menjadi perhatian adalah, kondisi ruas belum ideal 100 persen,” terangnya.

Artinya, lanjut dia, bagaimanapun juga aspek keselamatan jalan harus dipenuhi. Jangan sampai ada problem. “Idealnya, kami butuh waktu paling cepat tiga bulan setelah lahan bebas 100 persen untuk mengerjakan sisa pengerjakan fisiknya,” imbuh Arie.

Dari catatan PT TMJ, progres pengerjakan konstruksi fisik pada ruas Bawen-Salatiga masih tersisa lebih kurang 35 persen. Tanah kas desa yang belum dibebaskan mencapai lima persen. Hanya saja sudah dapat dilaksanakan konstruksi dengan memberikan Uang Ganti Rugi (UGR) Garapan atau kompensasi. Itu dilakukan sembari Tim Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) Tol Seksi III melakukan pembayaran.

“Secara umum, total tanah kas daerah yang belum bebas sekitar 44 bidang dan lahan warga sekitar 35 bidang,” tuturnya. (Ranin Agung/CN38/SM Network)

sumber :

Idul Fitri 2016, Tol Bawen-Salatiga Dibuka Sementara


PINDAHKAN BATU: Warga Desa Kandangan, Bawen, 
Kabupaten Semarang memindahkan batu pondasi rumah yang terkena 
proyek tol Semarang-Solo seksi III Bawen-Salatiga untuk digunakan 
membangun rumah kembali, Jumat (15/4). 
(suaramerdeka.com/Ranin Agung)


UNGARAN, suaramerdeka.com - PT Trans Marga Jateng (TMJ) selaku operator dalam pembangunan megaproyek sekaligus pengelola Tol Semarang-Solo sampai pertengahan April 2016 masih berupaya menyelesaikan pembangunan tol seksi III Bawen-Salatiga.

Direktur Teknik dan Operasi PT TMJ, Arie Irianto memaparkan, kondisi pembebasan lahan di ruas Bawen-Salatiga masih sama dengan progres terakhir pada 31 Desember 2015. “Yakni 92,7 persen lahan yang sudah bebas. Sisanya ada sekitar 7,3 persen lahan yang belum bebas,” katanya, Jumat (15/4).

Ketika ditanya apakah memungkinkan digunakan untuk akses mudik-balik Idul Fitri 2016, Arie menjawab, bisa tidaknya digunakan lebih bergantung pada kapan lahan yang belum terbebaskan itu bisa clean and clear 100 persen. Dan semestinya, mau tidak mau pada pertengahan April 2016 ini sudah terselesaikan dan tidak ada masalah. “Jikapun dibuka untuk jalur Lebaran tahun ini, sifatnya dibuka sementara. Yang perlu menjadi perhatian adalah, kondisi ruas belum ideal 100 persen,” terangnya.

Artinya, lanjut dia, bagaimanapun juga aspek keselamatan jalan harus dipenuhi. Jangan sampai ada problem. “Idealnya, kami butuh waktu paling cepat tiga bulan setelah lahan bebas 100 persen untuk mengerjakan sisa pengerjakan fisiknya,” imbuh Arie.

Dari catatan PT TMJ, progres pengerjakan konstruksi fisik pada ruas Bawen-Salatiga masih tersisa lebih kurang 35 persen. Tanah kas desa yang belum dibebaskan mencapai lima persen. Hanya saja sudah dapat dilaksanakan konstruksi dengan memberikan Uang Ganti Rugi (UGR) Garapan atau kompensasi. Itu dilakukan sembari Tim Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) Tol Seksi III melakukan pembayaran.

“Secara umum, total tanah kas daerah yang belum bebas sekitar 44 bidang dan lahan warga sekitar 35 bidang,” tuturnya. (Ranin Agung/CN38/SM Network)

sumber :

Rabu, 13 April 2016

Tiga Hari Lagi, Tarif Tol Semarang – Bawen Naik


(suaramerdeka.com / Bambang Isti)

SEMARANG, suaramerdeka.com - PT Trans Marga Jateng (TMJ) memastikan terjadi penyesuaian tarif jalan tol Semarang – Ungaran – Bawen, per Sabtu (16/4) mulai pukul 00.00 WIB.

Kenaikan tarif itu menurut Manager Teknik dan Operasi TMJ, Arie Irianto, sebagai konsekuensi dampak inflasi yang terjadi per dua tahun. “Bukan itu saja, karena memang sudah dijadwalkan penyesuaian tarif itu terjadi setiap dua tahun sekali,” kata Arie Irianto, Rabu (13/4).

Penyesuaian tarif untuk kendaraan Golongan I naik Rp 500, dan untuk Golongan II, III, IV an V kenaikan dalam varian antara Rp 1.000 – Rp 1.500. Sejauh ini pihak PT TMJ sudah melakukan sosialisasi terutama melalui selebaran untuk pengguna tol.

“Dalam persentase kisarannya akan naik sekitar 10 persen. Jadi misalnya tarif semula Rp 7.000, maka akan menjadi Rp 7.700, tentu ini akan ada pembulatan menjadi Rp 7.500. Begitu untuk golongan lain akan menyesuaikan,” kata Arie Irianto.

Kenaikan tarif tol itu mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No 5 tahun 2015 tentang Jalan Tol. “Bahwa kami telah dinilai oleh Badan Pemeriksa Jalan Tol (BPJT) dalam evaluasi per semester dan kami lolos telah memenuhi standar palayanan minimum (SPM). Kenaikan tentu akan dibarengi dengan pelayanan pengguna tol,” kata Arie Irianto.

sumber :

Harus Rampung Sebelum Lebaran, Proyek Tol Semarang-Salatiga Dikebut


Ilustrasi Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo, khusus seksi III sepanjang 18,2 kilo meter dari Bawen-Salatiga ditargetkan rampung H-7 Lebaran 2016. Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk (JSMR) Adityawarman mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan sejumlah upaya percepatan agar target tersebut bisa dicapai.

"Semarang itu karakternya agak unik karena berbukit-bukit sehingga banyak pekerjaan tanah yang luar biasa. Kemudian ada batu-batu yang besar-besar, sebesar rumah. Jadi pekerjaan land clearing itu ekstra sekali," kata dia ditemui di sela HUT Kementerian BUMN di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Bila ruas ini selesai, kata Adit, maka akan melengkapi 2 seksi Jalan Tol Semarang-Solo yang sudah beroperasi sebelumnya yakni Seksi I sepanjang 16,3 km dari Tembalang-Ungaran dan seksi II sepanjang 11,3 km dari Ungaran-Bawen di bawah pengelolaan PT Transmarga Jateng yang 60% sahamnya dikuasai Jasa Marga.

Artinya, bila jalan ini rampung, maka pengguna jalan tol bisa menerus menggunakan tol masuk di Semarang dan keluar di Salatiga.

Sekedar catatan, proses pembebasan lahan Jalan Tol ini masih terkendala di beberapa titik. Salah satunya pembebasan tanah di Desa Delik, Kecamatan Tuntang yang warganya meminta penggantian tanah dan fasilitas jalan lingkungan.

"Memang ada beberapa bidang tanah yang belum bebas, kita usahakan kalau bisa sebelum akhir April sudah selesai. Sehingga bisa mengerjakan Bawen sampai Salatiga," sambung dia.

Bila melihat data teknis yang dimiliki BPJT, total progres fisik Jalan Tol ini termasuk yang sudah beroperasi telah mencapai 31,43%. Sembari melakukan pekerjaan konstruksi, saat ini tengah dilakukan upaya untuk menuntaskan proses pembebasan lahan.

Diharapkan ada dukungan dari Pemerintah daerah untuk mempercepat proses pembebasan lahan tersebut. Mengingat, jalan tol ini ditarget selesai sebelum tahun 2019.

Pemerintah sendiri memperkirakan dibutuhkan dan sekitar Rp 927 miliar untuk proses pembebasan lahan dan biaya konstruksi sekitar Rp 3,11 triliun. Total kebutuhan investasi jalan tol ini ditaksir mencapai Rp 7,3 triliun.
(dna/ang)

sumber :

Tol Batang-Semarang Punya Investor Baru, Pembangunan Dikebut


Ilustrasi Foto: Tya Eka Yulianti
Jakarta -Pemerintah lewat Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) telah menunjuk investor baru hasil lelang investasi untuk pembangunan Jalan Tol Batang-Semarang 75 kilo meter (km). Pemenangnya adalah konsorsium dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

"Sudah ada pengumuman dari pemerintah bahwa yang kerjakan kita (Jasa Marga) dengan Waskita. Kita sedang bentuk anak usaha patungan, akhir April selesai, Mei masuk ke lapangan," ujar Direktur Utama Jasa Marga, Adityawarman, ditemui di sela acara HUT Kementerian BUMN ke 18 di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Kegiatan konstruksi sendiri kata dia, akan dimulai dengan pembebasan lahan yang saat ini tercatat baru sekitar 20% dari total kebutuhan lahan. Kebutuhan biaya pembebasan lahan total mencapai Rp 554 miliar.

"Jadi pertama lahan dulu kita kejar. Ini masih sisa 8 bulan lagi sampai Desember. Ini kita kejar betul supaya awal tahun 2017 sudah masuk konstruksi. Kalau lahan sudah, konstruksi cepat. Paling 1,5 tahun selesai," tuturnya.

Pembangunnannya sendiri kata Adit, akan diserahkan kepaka rekanannya yakni PT Waskita Karya. 

"Dalam kontrak kan memang kontraktor sudah harus ditetapkan sejak awal. Kebetulan partner kita Waskita Karya itu kontraktor juga. Jadi nanti dia yang kerjakan," ungkap Adit.

Di tempat yang sama, Direktur Utama Waskita Karya M Choliq mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah melakukan persiapan kegiatan konstruksi.

Terkait pembebasan lahan, pihaknya berencana menalangi dulu biaya pembebasan lahan dari dana internal perusahaan. 

"Dari keputusan Rapat Kabinet kan dana pembebasan lahan yang habis akan ditambah pakai BLU di Kementerian Keuangan, tapi prosesnya lama bisa bulan Mei. Sementara kita tanah harus cepat. Jadi tanah akan kita talangi dulu, nanti baru BLU cari, dana kita yang keluar diganti pakai BLU itu," kata Choliq.

Pemerintah memang mencari investor baru untuk membangun Jalan Tol Batang-Semarang yang telah lama mangkrak. Investor yang sebelumnya memegang saham PT Marga Setia Puritama sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) alias pengelola jalan tol ini tak kunjung melaksanakan proses pembangunan dan tak melakukan kewajibannya membayar perpajangan jaminan pelaksanaan kerj selaku pemegang konsesi proyek tersebut.

Seperti diketahui, untuk membangun Jalan tol Batang-Semarang, diperlukan dana investasi sebesar Rp 7,23 triliun. Sementara biaya pembebasan tanah sebesar Rp 554 triliun dan Rp 4,21 triliun untuk keperluan konstruksi.

Saat ini Pemerintah tengah melanjutkan proses pembebasan tanah yang saat ini perkembangannya sudah mencapai 20,17%.
(dna/ang)

sumber :

Tol Semarang-Salatiga Ditarget Rampung H-7 Lebaran 2016


Foto: Ilustrasi (Agung Pambudhy-detikcom)

Jakarta -Tak mau ketinggalan dengan pembangunan ruas jalan tol Trans Jawa lainnya, pembangunan jalan tol Semarang-Solo sepanjang 72,64 kilometer (km) juga terus dikebut.

Dua dari lima seksi yang ada yakni Seksi I sepanjang 16,3 km dari Tembalang-Ungaran dan seksi II sepanjang 11,3 km dari Ungaran-Bawan telah beroperasi, di bawah pengelolaan PT Transmarga Jateng yang 60% sahamnya dikuasai PT Jasa Marga Tbk (JSMR).

Saat ini, pembangunan konstruksi tengah difokuskan pada seksi III sepanjang 18,2 km dari Bawen-Salatiga. 

"Targetnya sampai Salatiga, H-7 lebaran 2016 ini sudah bisa dilewati," ujar Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna, kepadadetikFinance, Rabu (13/4/2016).

Bila melihat dari teknis yang dimiliki BPJT, total progres fisik jalan tol ini termasuk yang sudah beroperasi telah mencapai 31,43%. Sembari melakukan pekerjaan konstruksi, saat ini tengah dilakukan upaya untuk menuntaskan proses pembebasan lahan.

Sekadar catatan, proses pembebasan lahan jalan tol ini masih terkendala di beberapa titik. Salah satunya pembebasan tanah di Desa Delik, Kecamatan Tuntang, yang warganya meminta penggantian tanah dan fasilitas jalan lingkungan.

Diharapkan ada dukungan dari pemerintah daerah untuk mempercepat proses pembebasan lahan tersebut. Mengingat, jalan tol ini ditarget selesai sebelum tahun 2019.

Pemerintah sendiri memperkirakan dibutuhkan dana sekitar Rp 927 miliar untuk proses pembebasan lahan dan biaya konstruksi sekitar Rp 3,11 triliun. Total kebutuhan investasi jalan tol ini ditaksir mencapai Rp 7,3 triliun.
(dna/drk)

sumber :

Selasa, 12 April 2016

Proses Pembebasan, Tol Solo Kesandung Masalah Lahan



Ilustrasi (Foto: Dok)

BOYOLALI (KRjogja.com) – Tanah kas desa di Desa Denggungan, Kecamatan Banyudono, yang menjadi salah satu hambatan pembangunan titik pertemuan ruas Tol Solo – Semarang dan Solo – Kertosono saat ini masih dalam proses pembebasan dan akan segera selesai. Khusus untuk lahan kas atau aset desa, pembebasan lahan tidak dengan ganti rugi, melainkan dengan mencari lahan pengganti.

Kades Denggungan, Junaedi, Selasa (12/04/2016) menjelaskan, pihaknya sudah mengajukan surat pembebasan lahan ke Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) lahan untuk mendapat persetujuan agar proses pembebasan lahan bisa segera diselesaikan. Tanah aset desa di Denggungan yang terkena imbas proyek tol sendiri mencapai seluas 14.531 m2, terdiri dari tanah makam seluas 2.925 m2, sisa lungguh 3.688 m2, lungguh sekdes 2304 m2, dan tanah lungguh kades 424 m2 serta tanah kas desa seluas 3.700 m2.

Pihak desa, lanjutnya, sudah menemukan lahan pengganti dengan luasan yang sama dengan lahan kas dan aset desa yang terimbas proyek tol yang diproyeksikan akan menjadi lokasi pemindahan lahan kas dan aset desa. Khusus untuk lahan makam akan diganti dengan lahan yang bersebelahan dengan makam lama. Namun untuk pelepasan lahan mesti menunggu persetujuan gubernur melalui bupati.

“Setelah ada persetujuan baru nanti dilanjutkan dengan pelepasan tanah serta pencarian tanah pengganti,” imbuhnya. (M-9)

sumber :

Tol Diragukan Selesai sebelum Lebaran

Masih Butuh Waktu Enam Bulan

ilustrasi foto (foto : pojok soklin)

SRAGEN- Tol Solo-Kertosono ruas Colomadu-Sidoharjo, kemungkinan belum bisa dijadikan jalur alternatif sementara untuk arus mudik Lebaran mendatang. Dibutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk bisa menyambung ruas jalan yang saat ini tengah dibangun.

Padahal, waktu efektif yang tersisa sebelum Lebaran hanya sekitar satu bulan. Pekerjaan membutuhkan alat berat, yang mobilisasinya tidak bisa cepat karena harus diangkut, tidak bisa berjalan sendiri.

Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Solo-Kertosono (Soker), Aidil Fikri mengatakan, ruas tol Soker untuk jalur alternatif sementara arus mudik Lebaran adalah target Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Karena ada kendala, target untuk fisik jalan akan disesuaikan.

sumber foto : skyscrapercity
”Kalau beton tidak bisa tercapai, bisa dalam bentuk kerikil, atau kalau tetap tidak keburu, bisa dalam bentuk tanah dipadatkan. Tergantung waktu, karena sekarang kami belum bisa bekerja. Ada banyak masalah, seperti pembebasan lahan yang belum beres,” kata Aidil.

Rencananya, tol Soker yang bakal dioperasionalkan sepanjang sekitar 35 km, melintang dari Colomadu, Karanganyar, hingga Sidoharjo, Sragen. Karena kondisi, yang boleh melintasi jalan bebas hambatan penghubung Jawa Tengah dan Jawa Timur itu hanya kendaraan ringan. Aidil mengungkapkan, bila sudah dibeton, tol Soker bisa dioperasionalkan.

”Masalah lain adalah masih ada ruas yang belum menyambung, karena lahan belum dibebaskan karena belum ada dana,” tandasnya.

Jalur sepanjang 35 km ruas Colomadu- Sidoharjo itu melintasi Karanganyar, Boyolali, Solo, dan Sragen. Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen, Hutomo Ramelan, mengatakan, bila tol Soker dioperasionalkan sebagai jalur alternatif sementara saat arus mudik Lebaran, pasti sangat mengurangi kepadatan lalu lintas. ”Kalau tol Soker jadi jalur alternatif sementara, kemungkinan Sragen tidak macet,” kata Hutomo. (H53-43)

sumber :

Senin, 11 April 2016

TOL SOLO-KERTOSONO : Ini Kendala Penyelesaian Kartasura Junction


Tol Solo-Kertosono, ada tiga bidang tanah yang belum dibebaskan.
Seorang pekerja sedang beraktivitas di proyek Kartasura 
Junction yang merupakan pertemuan dua ruas tol yaitu 
Semarang-Solo dan Solo-Kertosono (Soker), Senin (11/4/2016). 
Proyek tersebut terkendala tiga bidang lahan yang belum bebas. 
(Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI–Pembangunan Kartasura Junction (Jc) yang merupakan pertemuan dua ruas tol yaitu Semarang-Solo dan Solo-Kertosono (Soker) terkendala pembebasan lahan.

Dari informasi yang dihimpun Solopos.com, masih ada tiga bidang tanah yang hingga saat ini belum bebas. Ketiga bidang tanah itu merupakan tanah kas Desa Bangak dan Desa Denggungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali.

Manager Teknis Pelaksana Pembangunan dari Kerjasama Operasi (KSO), Daniel Resdianto, mengatakan jika tiga tanah itu tak segera dibebaskan pelaksana proyek jalan tol harus berpikir ulang mengenai desain Kartasura Junction tersebut.

Pelaksana proyek harus melewati lahan yang belum bebas itu untuk tetap melaksanakan pengerjaan proyek Kartasura Junction. Menurut Daniel, dalam proyek nasional itu semestinya semua lahan yang akan dipakai harus sudah bebas.

“Kebutuhan lahan harus sesuai dengan DED gambar yang ditentukan oleh kementerian,” kata Daniel, kepada Solopos.com, Senin (11/4/2016).

Belum bebasnya tiga lahan itu, mengakibatkan beberapa infrastruktur saluran irigasi sawah rusak. Seperti diketahui, proyek jalan tol tidak hanya masalah pembangunan fisik jalan tol tetapi harus memperhatikan infrastruktur yang lain.

Untuk itu, Daniel meminta pejabat pembuat komitmen (PPK) segera menyelesaikan pembebasan lahan agar pelaksanaan proyek nasional ini berjalan dengan lancar.

Anggota staf PPK pengadaan tanah Jalan Tol Ruas Solo-Mantingan I, Omaruzzaman, membenarkan adanya tiga bidang lahan di Denggungan dan Bangak yang belum bisa dibebaskan hingga saat ini. Menurut dia, pembebasan tiga lahan milik kas desa itu terkendala belum adanya tanah pengganti.

“Informasi terakhir, saat ini Pemerintah Desa Denggungan sudah mencari tanah pengganti,” kata Omaruzzaman.

Terkait tanah kas desa yang terkena jalan tol, PPK tidak perlu memberikan uang ganti rugi kepada pemerintah desa terkait. “Hanya memberikan rekomendasari dari bupati atau gurbernur untuk mengganti tanah kas desa yang terkena tol,” kata dia.

sumber :

Jumat, 08 April 2016

TOL SEMARANG-BOYOLALI : Proyek Tol di Ngargosari Membuat Jalan Kampung Buntu


Ilustrasi tol proyek pembangunan tol Solo-Kertosono 
(Oriza Vilosa/JIBI/Solopos)

Tol Semarang-Boyolali, proyek tol di Ngargosari, Ampel membuat masalah baru.

Solopos.com, BOYOLALI–Pembangunan jalan tol Semarang-Solo ruas Salatiga-Boyolali tepatnya di Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, kembali memunculkan masalah baru.

Warga merasa proyek tol telah mengganggu aktivitas masyarakat karena akan ada beberapa jalan kampung yang menjadi buntu karena terhalang jalan tol. Belum lama ini, warga Dukuh Ngasemrejo, Desa Ngargosari, yang mengatasnamakan Paguyuban Warga Terdampak Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo menggelar pertemuan. Dalam pertemuan tersebut warga menyampaikan beberapa permasalahan serta tuntutan kepada pelaksana proyek.

Menurut Ketua Paguyuban Warga Terdampak Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo, Pama, menyampaikan sedikitnya ada tiga jalan kampung di dua RT yakni RT 002 dan RT 003/RW VIII yang bakalan buntu. Lingkungan RT 003 terbelah menjadi dua oleh jalan tol dan saat ini belum ada kejelasan dari pemerintah untuk jalan penghubungnya.

Terkait hal itu, warga Dukuh Ngasemrejo meminta beberapa kompensasi antara lain pembangunan jalan lingkar tol untuk mengaktifkan jalan-jalan kampung yang buntu. Warga juga meminta pembangunan jalan penghubung antara Dukuh Ngasemrejo yang terbelah akibat proyek tol. Pembangunan jalan menuju makam dan sarana milik warga seperti sumur umum, pos kamling apabila terjadi kerusakan akibat pembangunan ini untuk bisa diperbaiki sesuai fungsi dan bentuknya semula.

“Kalau tidak dibuat jalan lingkar atau jalan penghubung, warga Ngasemrejo yang akan ke kota atau jalan besar akan kesulitan. Bahkan kalau mau ke makam, harus memutar lewat Dukuh Jambean, jaraknya jauh sekali.”

Warga sudah menyurati Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Boyolali terkait pembangunan jalan penghubung tersebut tetapi dari DPU dan ESDM menyatakan itu bukan kewenangannya. “Kemudian kami layangkan surat ke Satker Jalan Tol tetapi sampai saat ini belum ada tanggapan.”

Selain itu, warga yang rumahnya berada pada radius 50 meter dari batas jalan tol juga meminta penggunaan alat berat di lingkungan kampung maksimal pukul 17.00 WIB. “Pengendalian debu mohon mendapat perhatian serius. Kemudian, jika dalam pengerjaan jalan tol mengakibatkan kerusakan bangunan milik warga harapannya bisa diperbaiki sesuai bentuk dan fungsinya semula,” kata dia.

Kepala Desa Ngargosari, Pomo, membenarkan warga Ngasemrejo telah menyampaikan beberapa tuntutan terkait dampak pembangunan jalan tol. “Ya, beberapa hari lalu ada pertemuan warga, mereka membahas masalah tuntutan dan kompensasi. Proposal terkait pembangunan jalan lingkar, jalan penghubung, hingga jalan ke makam sebenarnya sudah kami sampaikan dan tim sudah cek ke lokasi terkait aset-aset desa yang terdampak proyek tol,” kata Pomo.

Warga menyampaikan tuntutan itu kepada pelaksana proyek tol PT Wijaya Karya (Wika). Namun semestinya, kata Pomo, alangkah baiknya jika tuntutan itu disampaikan kepada pejabat pembuat komitmen (PPK) atau kepada Bupati Boyolali. “Memang ini sudah waktunya percepatan untuk pembangunan jalan tol sehingga proyek jalan tol tetap berjalan meskipun hingga saat ini banyak tuntutan warga yang belum dipenuhi,” kata Pomo.

sumber :

Minggu, 03 April 2016

Jalan Tol Bawen-Salatiga Bisa Dilalui Pemudik

ilustrasi : pengecoran rigid pavement tol semarang solo paket 3.3A
(foto : Pojok Soklin)
TRIBUNJOGJA.COM, SEMARANG – Pembangunan fisik jalan tol Semarang-Solo seksi III untuk ruas Bawen-Salatiga masih 30 persen.

Namun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memastikan, pada Lebaran 2016 nanti, jalan tersebut sudah dapat dilalui sebagai jalan alternatif mudik.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah, Sri Puryono, Minggu (3/4/2016) mengatakan, untuk ruas Bawen-Salatiga dipastikan sudah bisa dilewati, namun pelaksana proyek diminta bekeja keras agar cepat selesai.

Seksi III ini dibagi menjadi tiga paket, yakni paket I untuk ruas Bawen-Polosiri sepanjang 3,49 kilometer. Paket II untuk ruas Polosiri-Sidorejo sepanjang 6,8 kilometer. Sedangkan untuk paket tiga Sidorejo-Tengaran sepanjang 7,309 kilometer.

Di ruas tersebut masih terdapat kendala pembebasan lahan, namun kata Puryono, jumlahnya tidak banyak.

Tanah tersebut berupa tanah wakaf, tanah milik PLN dan PJKA. Ia memperkirakan Mei 2016 mendatang sudah selesai.

Adapun untuk Seksi tol Solo-Mantingan baru mencapai 26 persen. Persoalannya pembebasan lahan yang berstatus tanah kas desa harus memperoleh persetujuan Mendagri. Sembari proses ke Mendagri berproses, terdapat solusi lain yaitu pemberian kompensasi.

“Desa diberi kompensasi, misalnya lahan mereka dihitung seperti lahan pertanian. Misalnya ditanami, per hektare dalam sekali panen dapat berapa, maka itu yang harus dibayarkan ke desa,” ujarnya.

Sedangkan untuk ruas lain, lanjutnya, juga sedang proses pengerjaan fisik. Ruas Pejagan-Brebes proses pembangunanya sudah mencapai 89 persen, ruas Brebes-Tegal Barat mencapai 94,8 persen.

“Tapi untuk ruas Batang-Semarang pembangunan fisiknya masih nol persen, karena masih dalam tahap pembebasan lahan,” katanya. (tribunjogja.com)

sumber :

Proyek Tol Soker Masih Terkendala Pembebasan Lahan


Foto: suaramerdeka.com/Arie Widiarto
SRAGEN, suaramerdeka.com - Berdasar data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera), ruas tol Solo-Kertosono (Soker) adalah salah satu dari 9 ruas jalan tol bagian dari Trans Jawa yang mendapatkan prioritas utama.

Kesembilan ruas itu merupakan jalan bebas hambatan yang terbentang dari Jawa Barat hingga ke Jawa Timur. Ruas tol itu diharapkan sudah selesai dan beroperasi penuh paling lambat 2018 mendatang. Kesembilan ruas tol itu adalah tol Cikampek-Palimanan, tol Pejagan-Pemalang, tol Pemalang-Batang, tol Batang-Semarang, tol Semarang-Solo, tol Solo-Ngawi, tol Ngawi-Kertosono, tol Mojokerto-Jombang-Kertosono dan tol Surabaya-Mojokerto.

Kesembilan ruas tol itu memiliki panjang total 615 km. Untuk tol Soker yang bakal menjadi penghubung utama Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki panjang total 181 km, termasuk beberapa jalan akses, seperti akses menuju Bandara Adisoemarmo Solo.

Asisten Pelaksana pada Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Solo-Kertosono, Azis Purnomo mengatakan, setidaknya masih dibutuhkan Rp 1,2 triliun untuk tol Soker. “Pekerjaan yang masih terus dilakukan adalah pembangunan main road atau jalan utama, overpass dan underpass, baik yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ” kata Azis ketika ditemui.

Menurut Azis, salah satu yang masih menjadi masalah dalam pembangunan adalah masih adanya tanah-tanah yang belum bisa dibebaskan. Hal
ini tidak hanya terjadi untuk ruas tol Soker di Jawa Tengah saja, juga terjadi yang ada di wilayah Jawa Timur.

Saat ini salah satu ruas yang terus dikebut adalah ruas Colomadu hingga Kebakkramat, Karanganyar, yang menyelesaikan spot-spot yang belum selesai. Diharapkan ruas Colomadu-Karanganyar ini bisa dilewati dan difungsikan akhir tahun ini. Namun ini semua juga tergantung pada pembebasan lahan.

“Kalau semua lahan sudah bebas, mungkin jalan utama ruas Colomadu-Karanganyar ada yang sudah bisa dilewati, bahkan tidak menutup kemungkinan saat arus mudik Lebaran bisa untuk pengalihan arus sementara,” tandas Azis.

Sementara itu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengadaan Tanah Jalan Tol Solo-Mantingan II Sihono didampingi Kepala Tata Usaha Joko Siyono mengatakan, untuk pembebasan lahan di Sragen yang belum tuntas adalah tanah kas desa (TKD). Untuk pembebasan TKD memang membutuhkan persetujuan Gubernur Jawa Tengah.

“Untuk pembebasan tanah proyek tol Soker di Sragen memang cuma tinggal masalah TKD dan sebagian lokasi penggantinya sudah dapat,” kata Joko.

sumber :

Sabtu, 02 April 2016

Jasa Marga (JSMR) Fokus Genjot Investasi Anak Usaha



Bisnis.com, JAKARTA--- Pengelola jalan tol milik negara, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. menggenjot investasi untuk anak usaha perseroan menjadi Rp11,34 triliun pada 2016.

Berdasarkan laporan tahunan 2015, biaya investasi pada 2016 itu untuk 13 anak usaha yang mengelola jalan tol di berbagai kota di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara dan Bali.

Investasi terbesar dialokasikan untuk anak usaha Jasa Marga yang menggarap ruas tol Solo-Ngawi yaitu PT Solo Ngawi Jaya senilai Rp2,86 triliun, diikuti oleh PT Trans Marga Jateng Rp1,54 triliun, PT Ngawi Kertosono Rp1,6 triliun, PT Jasamarga Kualanamu Tol Rp1,44 triliun, PT Marga Trans Nusantara Rp1,4 triliun.

Selain itu, investasi lainnya untuk PT Jasamarga Bali Tol senilai Rp37,35 miliar, PT Marga Lingkar Jakarta Rp20,97 miliar, PT Jasamarga Pandaan Tol Rp930 juta, PT Marga Sarana Jabar Rp106,45 miliar, PT Marga Nujyasumo Agung Rp810 miliar, PT Marga Kunciran Cengkareng Rp299 miliar dan PT Cinere Serpong Rp164,67 miliar.

Sebagai gambaran, ruas Solo-Ngawi sepanjang 90,1 kilometer merupakan bagian dari jaringan tol Trans Jawa yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur serta melewati wilayah Kabupaten Boyolali, Karanganyar, Sragen dan Ngawi.

Jalan tol tersebut menghubungkan ruas jalan tol Semarang-Solo yang sudah beroperasi sebagian dengan jalan tol Ngawi-Kertosono. Ruas Solo-Ngawi diharapkan rampung seluruhnya pada 2017 setelah proses konstruksi dimulai pada 2015.

Di samping itu, emiten berkode saham JSMR itu menargetkan beroperasinya 3 ruas jalan tol pada 2016 antara lain Semarang-Solo seksi Bawen-Salatiga (17,5 km), ruas Solo-Sragen seksi Kartasuro-Sragen (35,5 km) dan ruas Surabaya-Mojokerto seksi Krian-Mojokerto (18,5 km).

sumber :