javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Jumat, 08 April 2016

TOL SEMARANG-BOYOLALI : Proyek Tol di Ngargosari Membuat Jalan Kampung Buntu


Ilustrasi tol proyek pembangunan tol Solo-Kertosono 
(Oriza Vilosa/JIBI/Solopos)

Tol Semarang-Boyolali, proyek tol di Ngargosari, Ampel membuat masalah baru.

Solopos.com, BOYOLALI–Pembangunan jalan tol Semarang-Solo ruas Salatiga-Boyolali tepatnya di Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel, kembali memunculkan masalah baru.

Warga merasa proyek tol telah mengganggu aktivitas masyarakat karena akan ada beberapa jalan kampung yang menjadi buntu karena terhalang jalan tol. Belum lama ini, warga Dukuh Ngasemrejo, Desa Ngargosari, yang mengatasnamakan Paguyuban Warga Terdampak Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo menggelar pertemuan. Dalam pertemuan tersebut warga menyampaikan beberapa permasalahan serta tuntutan kepada pelaksana proyek.

Menurut Ketua Paguyuban Warga Terdampak Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo, Pama, menyampaikan sedikitnya ada tiga jalan kampung di dua RT yakni RT 002 dan RT 003/RW VIII yang bakalan buntu. Lingkungan RT 003 terbelah menjadi dua oleh jalan tol dan saat ini belum ada kejelasan dari pemerintah untuk jalan penghubungnya.

Terkait hal itu, warga Dukuh Ngasemrejo meminta beberapa kompensasi antara lain pembangunan jalan lingkar tol untuk mengaktifkan jalan-jalan kampung yang buntu. Warga juga meminta pembangunan jalan penghubung antara Dukuh Ngasemrejo yang terbelah akibat proyek tol. Pembangunan jalan menuju makam dan sarana milik warga seperti sumur umum, pos kamling apabila terjadi kerusakan akibat pembangunan ini untuk bisa diperbaiki sesuai fungsi dan bentuknya semula.

“Kalau tidak dibuat jalan lingkar atau jalan penghubung, warga Ngasemrejo yang akan ke kota atau jalan besar akan kesulitan. Bahkan kalau mau ke makam, harus memutar lewat Dukuh Jambean, jaraknya jauh sekali.”

Warga sudah menyurati Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Boyolali terkait pembangunan jalan penghubung tersebut tetapi dari DPU dan ESDM menyatakan itu bukan kewenangannya. “Kemudian kami layangkan surat ke Satker Jalan Tol tetapi sampai saat ini belum ada tanggapan.”

Selain itu, warga yang rumahnya berada pada radius 50 meter dari batas jalan tol juga meminta penggunaan alat berat di lingkungan kampung maksimal pukul 17.00 WIB. “Pengendalian debu mohon mendapat perhatian serius. Kemudian, jika dalam pengerjaan jalan tol mengakibatkan kerusakan bangunan milik warga harapannya bisa diperbaiki sesuai bentuk dan fungsinya semula,” kata dia.

Kepala Desa Ngargosari, Pomo, membenarkan warga Ngasemrejo telah menyampaikan beberapa tuntutan terkait dampak pembangunan jalan tol. “Ya, beberapa hari lalu ada pertemuan warga, mereka membahas masalah tuntutan dan kompensasi. Proposal terkait pembangunan jalan lingkar, jalan penghubung, hingga jalan ke makam sebenarnya sudah kami sampaikan dan tim sudah cek ke lokasi terkait aset-aset desa yang terdampak proyek tol,” kata Pomo.

Warga menyampaikan tuntutan itu kepada pelaksana proyek tol PT Wijaya Karya (Wika). Namun semestinya, kata Pomo, alangkah baiknya jika tuntutan itu disampaikan kepada pejabat pembuat komitmen (PPK) atau kepada Bupati Boyolali. “Memang ini sudah waktunya percepatan untuk pembangunan jalan tol sehingga proyek jalan tol tetap berjalan meskipun hingga saat ini banyak tuntutan warga yang belum dipenuhi,” kata Pomo.

sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar