Menyusuri Tol Semarang-Ungaran
SORE itu sekitar pukul 16.00, Kris Bagus (28) beserta istri dan anaknya sebenarnya tidak ada rencana untuk keluar rumah. Mereka ingin menikmati liburan di rumah memanfaatkan akhir pekan.
Namun, dia sepertinya tidak sabar setelah membaca berita jalan tol Semarang-Ungaran telah dibuka. Warga Jalan Usman Janatin, Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang itu pun berkemas dan meluncur ke arah jalan tol menggunakan mobil van.
Dia mengaku penasaran dengan jalan tol Semarang-Ungaran yang masih dibuka gratis. Terlebih lagi, pembangunan jalan tol ini sudah lama didengarnya, namun medan jalur tersebut belum pernah dirasakannya. Di gerbang tol Banyumanik yang memiliki sembilan gardu, sementara yang aktif enam gardu. Petugas tampak memberi aba-aba kepada pengendara untuk jalan terus, tanpa harus membayar tiket. “Menggunakan mobil bersama keluarga, saya mencoba melintasi jalan tol dari Semarang menuju Ungaran. Jalanan cukup lancar saat awal melintasi jalan tol. Namun di tengah perjalanan ternyata pengendara harus menerjang debu karena masih ada pengerjaan proyek,” katanya.
Ya, debu tersebut muncul dari alat berat dan truk proyek yang mengangkut tanah di beberapa titik. Aktivitas pekerja itu terlihat KM 4,5 hingga KM 5,5. Jalanan mulus yang semula terasakan begitu nyaman dengan memacu kecepatan mobil sekitar 80 km/jam, sedikit terganggu.
Laju kendaraan harus dikurangi karena ada penyempitan jalur di sisi kiri. Lajur dari Semarang dipasangi gaslon sehingga hanya berfungsi satu lajur di sepanjang 200 meter. Sejumlah alat berat masih beroperasi untuk menyelesaikan pengerjaan jalan yang semula retak-retak.
Tak pelak, debu pun beterbangan di sekitar lokasi. Hal ini bisa membahayakan pengguna jalan tol karena debu agak mengganggu pandangan. Meskipun demikian, pengguna merasakan maanfaat jalan tol bisa mempersingkat waktu tempuh saat bepergian dari Semarang menuju Ungaran, Kabupaten Semarang.
Tak jarang pengguna mobil yang membuka lebar-lebar jendela kaca. Mereka tampak menikmati panorama alam dengan latar Gunung Ungaran di sisi barat. Sementara di arah timur terlihat pemandangan Semarang bagian bawah yang indah.
‘’View-nya tampak indah ya,’’ kata Yanti (31), warga Jl Soekarno-Hatta, Semarang yang mengendarai mobil Toyota Avanza biru. Dia juga baru sekali itu melintas dari pintu tol Banyumanik hingga Ungaran. Sebelumnya, dia pernah menikmati jalan tol itu saat mengikuti sepeda santai beberapa bulan lalu, namun baru sampai di KM 2,5.
Secara umum, keluhan pengguna jalan tol terjadi di jalur akses pintu keluar tol Ungaran. Sebab, mereka harus antre dan bersabar untuk bisa melewati pintu keluar yang baru dibangun dua lajur dan dua jalur tersebut. Pada uji coba hari kedua, Minggu (21/8), antrean panjang kendaraan masih terlihat dari akses pintu keluar tol Ungaran hingga perempatan Sidomulyo, Ungaran.
Kecewa Macet
SM/Yoseph Hary W MENYEMUT: Antrean mobil pengguna tol menyemut keluar dari gerbang tol Ungaran di Kalirejo, kemarin. Iring-iringan mobil ini berakhir di perempatan Sidomulyo atau Jl Letjen Soeprapto. (65) |
Antrean itu kira-kira sepanjang satu kilometer, selama waktu lampu merah menyala. Akibatnya, kondisi tol tersebut belum memuaskan pengguna jalan. Pengguna jalan tol asal Cirebon, Yusuf (35) mengaku sedikit kecewa. Setelah menempuh perjalanan lancar di sepanjang jalur tol, akhirnya harus terjebak kemacetan panjang di pintu keluar di Ungaran. “Sepanjang tol memang lancar. Tapi ternyata setelah keluar gerbang di Ungaran macet,” ujarnya.
Kasat Lantas Polres Semarang AKP Matrius mengungkapkan, kecenderungan macet karena terjadi penumpukan di perempatan Sidomulyo. Jalur keluar tol yang melalui wilayah Kalirejo juga dibuka. Itu untuk mengurai penumpukan kendaraan di sepanjang jalur ke Sidomulyo.
Dibukanya jalur yang melewati Kalirejo untuk mengalihkan kendaraan ke Jalan MT Haryono, kemudian tembus ke Jalan A Yani. “Kami menambah rambu penunjuk jalan agar pengendara tidak kebingungan,” katanya.
Kondisi jalur pintu tol Ungaran memang tidak sepadat dan semrawut seperti pada hari pertama uji coba. Satlantas terus mengevaluasi untuk menentukan penerapan jalur keluar tol secara tepat. Harapannya, ketika arus mudik dan balik Lebaran mulai padat, tidak terjadi kemacetan parah.
Penjaga tol Banyumanik Tetty Megasari mengatakan, sudah menjalani pelatihan selama dua minggu sebelum bertugas di gerbang tol. “Training dilakukan di gerbang tol Tembalang dan Gayamsari,” tandasnya.
Gardu tol yang ditempati untuk bertugas itu sesuai standar pelayanan, yakni dilengkapi air conditioner (AC), radio, dan perlengkapan karcis tol. Di bawah sembilan gardu tol Banyumanik, juga dibuat semacam terowongan. Hal ini untuk memberikan pengamanan saat membawa uang hasil pemanfaatan jalan tol, sekaligus meminimalisasi petugas wira-wiri di kawasan gerbang tol. Mereka lebih aman karena berjalan di terowongan sepanjang 24 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 3 meter.
Sebelumnya, Gubernur Jateng Bibit Waluyo berharap penggalan ruas tol itu bisa memberikan manfaat, kemudahan, dan kenyamanan bagi masyarakat. Semua persyaratan sudah dipenuhi, termasuk pemasangan rambu-rambu lalu lintas. “Selanjutnya, mari kita jaga bersama supaya semuanya lancar,” katanya.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng Sasmita menyampaikan, jalan tol itu sudah siap dan layak dilewati kendaraan roda empat. Namun, pembersihan di titik-titik tertentu, terutama di kawasan proyek perlu segera dilakukan. Sebab, pengerjaan proyek itu mengakibatkan munculnya banyak debu. Selama uji coba, pelaksana proyek masih terlihat melakukan pemasangan bore pile atau pondasi paku bumi.
Menurut dia, pondasi ini sudah terealisasi 34 dari rencana semula 60 unit. Pondasi itu dipasang di antara KM 4,5 hingga KM 5,5 yang dulunya mengalami kerusakan. Meskipun jumlah bore pile lebih sedikit dari rencana semula, tim laik jalan sudah bisa memastikan jalur tersebut sudah layak digunakan. (Royce Wijaya, Yoseph Hari W-65)
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar