PT Wijaya Karya Tbk masih menunggu valuasi harga saham PT Sarana Karya sebelum menuntaskan akuisisi. (IFT/MELLY RIANA SARI) |
Achiran Pandu Djajanto, Deputi Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian Badan Usaha Milik Negara, mengatakan pihaknya telah menuntaskan kajian mengenai rencana pelaksanaan restrukturisasi sebanyak 141 badan usaha milik negara.
“Kajian sudah tuntas, di antaranya kami putuskan Sarana Karya akan diakuisisi oleh Wijaya Karya. Kami harapkan Februari bisa dituntaskan pelaksanaannya. Juga untuk PT Istaka Karya (Persero) yang akan diakuisisi PT Waskita Karya (Persero), saat ini sedang dalam penyelesaian,” ujarnya.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara juga menargetkan rencana kerjasama pemanfaatan aset oleh empat perusahaan lainnya dapat dituntaskan sebelum pertengahan tahun ini, yaitu antara PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dengan PT Industri Sandang serta PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dengan Perum Produksi Film Negara (PFN).
“Untuk empat badan usaha milik negara ini bukan akuisisi, melainkan pemanfaatan aset nonproduktif. PT PP akan memanfaatkan aset-aset nonproduktif Industri Sandang, jadi asetnya dikerjasamakan. Begitu juga Adhi Karya dengan PFN, tetapi sampai saat ini masih terkendala beberapa settlement asset-nya,” kata dia.
Natal Agrawan, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan valuasi saham Sarana Karya. Perusahaan juga berencana melakukan uji tuntas (due dilligence) dengan tim independen terkait proses akuisisi tersebut.
“Penugasan sudah kami terima dari Menteri Badan Usaha Milik Negara. Untuk itu, kami bersama Sarana Karya dan tim independen akan lakukan due dilligence. Mudah-mudahan pada kuartal pertama tahun ini proses akuisisi perusahaan tersebut bisa dituntaskan,” ungkapnya.
Lantaran seluruh saham Sarana Karya milik pemerintah, kata Natal, Wijaya Karya harus menunggu hasil valuasi harga dan jumlah saham yang akan dilepas pemerintah kepada perusahaan.
“Jika perusahaan dan pemegang saham sudah menemui kesepakatan, maka proses bisa dilanjutkan ke proses legal,” kata Natal.
Menurut dia, Wijaya Karya telah mengalokasikan dana sebesar Rp 35 miliar untuk proses akuisisi Sarana Karya. Namun, dia menegaskan kebutuhan dana tersebut masih bisa berubah, tergantung dari hasil pelaksanaan valuasi terhadap Sarana Karya.
Sementara itu, Betty Ariana, Sekretaris Perusahaan PT PP, menyatakan perusahaan telah menyelesaikan kajian bisnis dengan PT Industri Sandang. Rencananya, kedua perusahaan pelat merah itu akan melakukan kerjasama pemanfaatan aset non produktif.
“Dari kajian bisnis, dibicarakan kemungkinan besar tidak akuisisi dan Industri Sandang tetap berjalan di core business-nya, tapi pemanfaatan lahan-lahan mereka untuk dikembangkan PT PP. Namun, tetap saja yang memutuskan Kementerian Badan Usaha Milik Negara,” imbuhnya.
Berdasarkan kajian tersebut, ungkap Betty, rencananya perusahaan akan mengembangan dua lahan milik PT Industri Sandang yang berlokasi di kawasan Jabodetabek dan Karawang untuk proyek properti. Namun, ia menolak untuk mengungkapkan lebih detial terkait rencana kerjasama tersebut.
“Dari kajian yang kami lakukan, hanya dua lahan ini yang paling memungkinkan untuk dikembangkan melihat lokasinya yang cukup strategis untuk proyek properti. Sebetulnya ada lahan-lahan lain yang ditawarkan untuk dikembangkan, tapi lokasinya sulit untuk dikembangkan,” tandasnya.(*)
Christina Natalia Sihite
Tidak ada komentar:
Posting Komentar