SEMARANG – Pembangunan jembatan tol sepanjang 899 meter di Desa Lemahireng, Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang harus melibatkan ahli geologi dan hidrologi.
Hal ini perlu dilakukan agar desain yang sudah dirancang sejak awal tidak mengalami perubahan di kemudian hari. Disamping itu,pembangunannya diharapkan tidak mengalami pergeseran atau kerusakan seperti yang terjadi pada jembatan di seksi Semarang-Ungaran.
Pengajar Undip Semarang Prof Dr Robert J Kodoatie merekomendasikan pelibatan ahli geologi dan ahli hidrologi agar tidak terjadi kerusakan jembatan. Jika rusak lagi dan diperbaiki lagi, biaya yang akan dikeluarkan akan ebih besar. ”Seperti di Jembatan Susukan, hanya melibatkan geoteknik. Padahal geoteknik dengan ahli geologi itu berbeda,” ungkapnya,kemarin.
Robert menuturkan, struktur tanah baik itu di Kelurahan Susukan maupun di Desa Lemahireng sama, yakni di kedalaman tertentu terdapat formasi kerek (tanah lendut). Ahli geologi perlu dilibatkan karena menyangkut dasar utama, pada bagian dari bangunan yang ada di atasnya. ”Kalau air terus bergerak (di dalam tanah) ini akan memberikan gerakangerakangravitasi. Dasarnya bisa berubah,”jelasnya.
Menurutnya, pengalaman yang terjadi pada ruas Semarang- Ungaran ini harus dijadikan referensi, jangan sampai terjadi lagi di Lemahireng. Kendati tidak bisa dipungkiri, diakuinya saat ini masih menjadi perdebatan dengan sejumlah kalangan terkait formasi kerek tersebut.
Terpisah,dosen Teknik Sipil Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno mengatakan, jembatan dengan jarak tiang lebih panjang ini dalam ilmu konstruksi masih dibenarkan. Ada banyak teknologi yang bisa diterapkan dalam pembangunan jembatan bentang panjang ini. ”Dalam ilmu konstruksi tidak masalah.Ini untuk menghindari daerah patahan,” ungkapnya.
Dia mengingatkan, dengan bentangan panjang ini pemasangan tiang pancang ini harus diperhatikan dengan benar. Kedalaman tiang pancang ini bisa diketahui dengan memeriksa kondisi tanah, karena kedalamannya tidak sama.”Yang penting ada duitnya tidak?” imbuhnya. Seperti diberitakan tiang jembatan tol di Lemahireng akan dibangun dengan jarak tiang satu dengan yang lainnya sepanjang 120 meter.
Pada desain awal, jarak yang dbuat adalah 30 meter. Dirut Teknik dan Operasi PT Trans Marga Jateng (TMJ) Ari Nugroho mengatakan, tiang pancang jembatan ini akan ditancapkan dengan sistem bor pada tanah yang paling keras, yaknidikedalaman20-30meter. arif purniawan
Hal ini perlu dilakukan agar desain yang sudah dirancang sejak awal tidak mengalami perubahan di kemudian hari. Disamping itu,pembangunannya diharapkan tidak mengalami pergeseran atau kerusakan seperti yang terjadi pada jembatan di seksi Semarang-Ungaran.
Pengajar Undip Semarang Prof Dr Robert J Kodoatie merekomendasikan pelibatan ahli geologi dan ahli hidrologi agar tidak terjadi kerusakan jembatan. Jika rusak lagi dan diperbaiki lagi, biaya yang akan dikeluarkan akan ebih besar. ”Seperti di Jembatan Susukan, hanya melibatkan geoteknik. Padahal geoteknik dengan ahli geologi itu berbeda,” ungkapnya,kemarin.
Robert menuturkan, struktur tanah baik itu di Kelurahan Susukan maupun di Desa Lemahireng sama, yakni di kedalaman tertentu terdapat formasi kerek (tanah lendut). Ahli geologi perlu dilibatkan karena menyangkut dasar utama, pada bagian dari bangunan yang ada di atasnya. ”Kalau air terus bergerak (di dalam tanah) ini akan memberikan gerakangerakangravitasi. Dasarnya bisa berubah,”jelasnya.
Menurutnya, pengalaman yang terjadi pada ruas Semarang- Ungaran ini harus dijadikan referensi, jangan sampai terjadi lagi di Lemahireng. Kendati tidak bisa dipungkiri, diakuinya saat ini masih menjadi perdebatan dengan sejumlah kalangan terkait formasi kerek tersebut.
Terpisah,dosen Teknik Sipil Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno mengatakan, jembatan dengan jarak tiang lebih panjang ini dalam ilmu konstruksi masih dibenarkan. Ada banyak teknologi yang bisa diterapkan dalam pembangunan jembatan bentang panjang ini. ”Dalam ilmu konstruksi tidak masalah.Ini untuk menghindari daerah patahan,” ungkapnya.
Dia mengingatkan, dengan bentangan panjang ini pemasangan tiang pancang ini harus diperhatikan dengan benar. Kedalaman tiang pancang ini bisa diketahui dengan memeriksa kondisi tanah, karena kedalamannya tidak sama.”Yang penting ada duitnya tidak?” imbuhnya. Seperti diberitakan tiang jembatan tol di Lemahireng akan dibangun dengan jarak tiang satu dengan yang lainnya sepanjang 120 meter.
Pada desain awal, jarak yang dbuat adalah 30 meter. Dirut Teknik dan Operasi PT Trans Marga Jateng (TMJ) Ari Nugroho mengatakan, tiang pancang jembatan ini akan ditancapkan dengan sistem bor pada tanah yang paling keras, yaknidikedalaman20-30meter. arif purniawan
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar