ilustrasi : tol semarang ungaran |
Anggota Komisi D DPRD Jawa Tengah Sri Praptono mengatakan, kondisi geografis yang ada membuat lintasan jalan tol menjadi menanjak dan menurun. Hal ini menuntut kehati-hatian pengguna jalan dalam menjalankan kendaraan baik kendaraan kapasitas kecil maupun berat. “Tikungan tajam, tanjakan maupun jalan menurun menyebabkan rawan kecelakaan,” katanya,kemarin. Menurutnya, meski kondisi geografis yang menyertai lintasan jalan tol tidak bisa diubah tapi tentunya bisa diantisipasi.“ Kontur jalan tol yang melewati lembah dan bukit bisa diatasi supaya tidak membahayakan masyarakat sebagai pengguna jalan,”ucapnya. Politisi dari PKS ini menambahkan, pelaksana proyek harus memperhatikan setiap ruas tanah yang akan dibangun jalan tol.
Pengalaman membangun ruas-ruas jalan tol yang pendek seperti Krapyak-Sukun belum tentu bisa diterapkan dalam penggarapan jalan tol Semarang-Solo (SS). Setiap kilometer jalan, lanjut dia, pasti memiliki karakteristik tersendiri dan membutuhkan penanganan berbeda. Sebagai contoh, ruas jalan tol Semarang- Ungaran dengan kontur tanah bergerak sempat menyebabkan ambles.“Kemungkinan untuk terjadi lagi (ambles) sangat terbuka lebar,”ujarnya. Oleh sebab itu,pihak pelaksana proyek harus mampu mengantisipasi hal tersebut dengan memasang alat pemantau pergeseran tanah (bore pile).
Pemasangan di 16 titik bore pile bisa pula ditambah melihat ruas jalan tol berikutnya. Sri meminta,pelaksana proyek harus memiliki pilihan yang tepat sesuai konstruksi jalan. “Penggarapan berikutnya Ungaran-Bawen tidak lebih mudah dari ruas sebelumnya. Jadi pelaksanaan proyek harus memahami betul supaya tidak kembali terulang,”ujarnya. Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Djoko Setijowarno mengatakan, ketersediaan perlengkapan jalan harus diperhatikan, baik rambu-rambu lalu lintas dan penerangan jalan sebagai panduan bagi pengguna jalan.
“Konstruksi jalan tol di kawasan terbuka (pegunungan) memungkinkan ada tiupan angin yang dapat mengganggu pengguna jalan dan menyebabkan lepas kendali,”ujarnya. Olehsebabitu,imbuhdia,pelaksana proyek juga harus memasang rambu- rambu yang dapat terlihat jelas oleh pengguna jalan. “Jangan sampai terhalang dan menyebabkan pengguna jalan tidak dapat melihat. Di samping itu, penerangan jalan juga harus diperhatikan,” tambahnya. Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jateng Danang Atmodjo mengklaim, kondisi jalan tol di wilayahnya relatif aman. “Tidak ada tanjakan dan turunan melebihi enam persen, artinya relatif landai,”ujarnya.
Di samping itu, imbuh dia, daerah blind spot (titik buta) tidak ada di seluruh jalan tol. Titik buta merupakan daerah tikungan yang tampak tibatiba yang menyebabkan pengemudi kehilangan konsentrasi. “Secara visual clear (pemandangan mata jelas) dan tidak menganggu pengguna jalan,” tuturnya. hendrati hapsari
Sumber :
Judulnya Lumayan Provokativ...
BalasHapusMenurut saya, namanya orang berkendara, dimanapun harus slalu hati2, dan menyiapkan fisik, serta kendaraan yang prima...
btw, moga bisa dijadikan Tantangan bagi Pelaksana, untuk berkarya lebih baik...