javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Jumat, 01 April 2011

Amdal Tol Tak Sentuh Peta Geologi

Pakar ITB dan Undip Dipertemukan




SEMARANG - Sekretaris Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Diponegoro Drs Dwi P Sasongko MSi mengungkapkan, potensi terjadi ambles dan retakan pada pekerjaan jalan tol Semarang-Solo Seksi I (Semarang-Ungaran) di stasiun 5 + 500 sampai 5 + 700 di ruas Gedawang-Penggaron, tidak pernah diprediksi dan dievaluasi
dampaknya dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).

Dia membeberkan, dalam dokumen Amdal yang sudah mendapatkan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dari Gubernur Jawa Tengah Nomor 665.1/15/2005 tanggal 5 Oktober 2005, tidak memiliki peta geologi dan geohidrologi yang terkait dengan kerentanan tanah.

Akibatnya, tidak ada prediksi kemampuan tanah untuk mendukung struktur badan jalan tol.
“Bila kondisi geologi lokal di sekitar tapak proyek sudah diketahui sejak awal dan dituangkan dalam Amdal, mestinya perencanaan pembangunan jalan tol memiliki beberapa alternatif rute. Alternatif rute dalam kajian Amdal jalan tol merupakan substansi Amdal sebagai bagian dari studi kelayakan ekologis.

’’Namun, ternyata alternatif rute jalan tol ini tidak ada dalam Amdal, sehingga tidak ada rekomendasi pemilihan alternatif rute terbaik dari perspektif ekologis berdasarkan evaluasi dampak penting hipotetik aspek geologi,” katanya.
Tidak adanya uraian tentang struktur geologi yang terkait dengan jenis tanah/batuan, seperti adanya formasi kerek di lokasi tapak proyek, menurut Sasongko, menyebabkan tidak diketahuinya kohesivitas dan sudut geser dalam material serta daya dukung dan kemantapan lereng.

“Tidak ada analisis kestabilan lereng sehingga prediksi dan evaluasi dampak dalam Amdal tidak memunculkan potensi pergerakan tanah atau longsoran. Akibatnya, tidak ada prediksi dan evaluasi zona kerentanan tanah di lokasi yang dilalui rute jalan tol.”

Bidang Gelincir

Berdasarkan struktur geologi tapak proyek, lanjut dia, seharusnya sudah diketahui adanya retak-retak di sekitar patahan (yang biasa disebut kekar), yang berpotensi menjadi bidang gelincir dan memicu pergerakan tanah bila ada penambahan beban di atasnya.
Dokumen Amdal, ungkap dia, ternyata tidak memuat rekomendasi tentang pemilihan rute alternatif terbaik dan usulan penerapan rekayasa fondasi yang paling sesuai.
“Hal ini bisa terjadi karena dokumen Amdal tidak memuat komponen lingkungan geologi sebagai sumber dampak penting hipotetik.”

Berdasarkan review dokumen Amdal Jalan Tol Semarang-Solo, lanjut Dwi Sasongko, perlu dikaji ulang Amdal untuk merumuskan rekomendasi pengelolaan amblesan dan retakan tanah di ruas Gedawang-Penggaron Sta 5+500 sampai 5+700.

Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Jateng Rukma Setia Budi mengungkapkan, pihaknya Kamis (31/3) ini akan mempertemukan para pakar yang pro dan kontra terhadap langkah yang ditempuh PT Transmarga Jateng dalam mengatasi problem jalan tol Semarang-Ungaran.
“Kami mengundang pakar-pakar Undip yang memiliki pandangan berbeda dengan Transmarga. Dari Dinas Bina Marga Jateng dan Transmarga Jateng pun kami undang.

Transmarga, kabarnya akan menghadirkan pakar-pakar tekniknya dari Institut Teknologi Bandung. Tujuan dari pertemuan ini bukan untuk saling menyalahkan, tetapi guna mencari solusi terbaik,” kata Rukma.

sumber :
suaramerdeka

2 komentar:

  1. waw, Teknik Geologi UNDIP dan ITB dipertemukan...
    semoga solusi yang dikehendaki dapat tercapai guna kesatuan pembangunan daerah Jateng.
    Teknik Jaya !!!

    BalasHapus
  2. lumayan nih blog buat referensi tugas geo fisik.............

    BalasHapus