javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Kamis, 28 April 2011

Reaktivasi Jalur KA Lebih Baik dari Jalan Tol

Semarang, CyberNews. Reaktivasi atau mengaktifkan lagi jalur kereta api di wilayah Jateng yang mati suri jauh lebih baik daripada membangun ruas jalan baru seperi jalan tol Semarang-Solo. Bila dibandingkan dengan kendaraan pribadi dan angkutan bus yang memiliki tingkat polusi tinggi, dampak polusi moda transportasi kereta api jauh lebih rendah.

Demikian disampaikan Ketua Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah, Arief Zayin dalam Diskusi Semangat Membangun Transportasi Kereta Api di Jateng yang diselenggarakan Pusat Studi Eko Permukimam Unika di Lawangsewu, Rabu (27/4).

Dia mengatakan, untuk menghidupkan kembali jalur KA pemerintah harus memiliki kajian sistem transportasi yang bersifat ekologis dan ekonomi kemasyarakatan. Jalur-jalur KA yang dihidupkan tak hanya dilihat dari keuntungan karena ada aset wisata semata, tapi juga harus bisa ikut mengembangkan perekonomian di wilayah sekitar jalur tersebut.

"Fungsi KA dapat dikembalikan seperti zaman Belanda yakni untuk mengangkut hasil bumi para petani yang akan dijual ke kota," ujarnya.
Menurut dia, selama ini kenaikan harga bahan pokok salah satunya dipicu oleh mahalnya biaya transportasi yang harus dikeluarkan. Jalan rusak dan macet, menambah biaya produksi. Akibatnya keuntungan yang diterima petani pun lebih sedikit.

"Jika KA bisa digunakan untuk mengangkut hasil bumi, paling tidak akan membantu petani meningkatkan taraf hidupnya, karena biaya transportasi jauh lebih murah," tuturnya.
Data Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan menyebutkan, dibanding bus, kendaraan pribadi dan sepeda motor, risiko kematian penumpang kereta api hanya 0,02 setiap satu juta penumpang. Sementara bus 0,05, kendaraan  pribadi 0,06, dan sepeda motor 9 tiap satu juta penumpang.

Dari segi konsumsi bahan bakar, dengan kapasitas angkut 1.500 orang kereta api hanya membutuhkan BBM 3 liter per kilometer dan konsumsi BBM per orang 0,002 liter per kilometer. Bus dengan kapasitas angkut 40 orang, butuh 0,5 liter per kilometer dan 0,0125 liter per kilometer per orang.

Sepeda motor dengan kapasitas angkut 2 orang, mengkonsumsi 0,08 liter per kilometer, dan 0,04 liter per kilometer per orang. Sementara biaya polusi yang harus dikeluarkan untuk angkutan jalan raya adalah US$ 16.300 juta, sedang perkeretaapian hanya US$ 60 juta.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan, pemerintah seharusnya melihat kereta api bukan dari segi keuntungan yang didapat, tapi bagaimana melayani masyarakat. Program Bali Ndeso Mbangun Deso yang dicanangkan harusnya bisa merespon masalah ini.

Dengan reaktivasi jalur KA, stasiun kecil yang ada di pelosok desa akan aktif kembali. Perekonomian rakyat desa di sekitar stasiun akan ikut terangkat.
"Di negara manapun, kereta api penumpang tak akan menghasilkan keuntungan. Keuntungan hanya bisa diperoleh dari kereta barang," katanya.
( Fani Ayudea / CN27 / JBSM )

Sumber :
suaramerdeka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar