javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Rabu, 27 April 2011

Hasil geolistrik segera dikomunikasikan pada TMJ

SEMARANG: Pemprov Jateng akan mengkomunikasikan hasil geolistrik pada PT Trans Marga Jateng (TMJ) selaku konsorsium pengelola tol Semarang-Solo, guna mengkaji bersama dalam penanganan longsor yang menggangu pembangunan tol Seksi I.
Melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng pengkajian bisa dilakukan secara bersama untuk menangani agar aliran air tidak mengganggu tanah urukan di sekitar pembangunan tol tersebut.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng Teguh Dwi Paryono mengatakan longsor yang terjadi pada tebing jalan tol Semarang-Solo seksi I (Semarang-Ungaran) km STA 17 tidak berkaitan dengan struktur geologi di lokasi itu.
Dia menjelaskan longsor yang terjadi pada pekan lalu lebih disebabkan oleh aliran air permukaan maupun air bawah tanah.

Namun demikian ia memastikan masalah tanah gerak di jalan tol Semarang-Ungaran ruas Gedawang-Penggaron yang dikerjakan PT Waskita Karya tersebut tidak ada kaitannya dengan formasi batu lempung. “Saya tekankan, jangan mempermasalahkan lempung (formasi kerek) karena sejak zaman nenek moyang, lempung itu sudah ada. Sesar pun waktu itu juga sudah ada. Yang namanya longsor pemicunya pasti air,” tegasnya, kemarin.
Penanganannya, lanjutnya, harus dihitung drawdown-nya (penurunan muka air bawah tanah). Dari drawdown itu, baru bisa menyikapi engineering-nya yang bagaimana untyuk digunakan.

Menurut dia, urukan pada dasarnya membutuhkan waktu untuk konsolidasi. Namun, dia enggan menyebutkan apakah pengelola tol tergesa-gesa membangun konstruksi di atasnya.
Pihaknya juga akan mengkaji apakah teknik uruk yang dilakukan sudah tepat, menyangkut jenis tanah uruk yang digunakan dan ketinggian urukan untuk mencapai waktu konsolidasi.
Pada hasil geolistrik dua dimensi yang dilakukan pihaknya untuk meneliti bagian yang harus diperbaiki di lokasi longsor. Geolistrik merupakan metode geofisika aktif yang menggunakan arus listrik untuk menyelidiki material di bawah permukaan bumi.

Teguh menuturkan dari hasil geolistrik itulah yang kini dikomunikasikan kepada TMJ untuk bersama melakukan pengkajian cara agar aliran air tidak mengganggu tanah urukan.
“Oleh karena itu, harus berpikir hitungan dari aspek kesipilan, latar belakang kegeologian, kemudian tata air untuk pengelaknya. Itu yang harus sinkronkan. Kalau semuanya sinkron, saya rasa semua bisa ditangani dengan baik,” ujarnya.
Sebelumnya, pakar geologi Universitas Diponegoro (Undip) Dwiyanto mengatakan penyebab longsor di Km STA 17 adalah posisi tanah uruk yang berada di lembah dengan kontur tanah lunak, sehingga labil dan bergerak.

Sementara itu, Ketua Komisi D (Bidang pembangunan) DPRD Jateng Rukma Setya Budi menyatakan terjadinya permasalahan dalam pembangunan tol Semarang-Solo, karena adanya kesalahan perencanaanya sejak awal.
“Mulai dari penyusunan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang ternyata banyak bermasalah,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, Komisi D kembali akan memanggil pihak TMJ, Dinas Bina Marga, Dinas ESDM, dan Dinas Lingkungan Hidup untuk memperoleh penjelasan.
“Pekan depan kami akan memanggil TMJ dan pihak terkait lainnya guna membahas permasalahan jalan tol Semarang-Solo,” tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar