SEMARANG – Kalangan DPRD Jateng menyayangkan operasional tol Semarang-Solo seksi I (Semarang-Ungaran) yang terus saja molor.
Dewan semakin prihatin lantaran selalu saja ada kendala teknis di ruas ini, seperti longsornya tebing tol, Minggu (24/4). Menurut Ketua Komisi D DPRD Jateng Rukma Setyabudi, ketidaklengkapan analisa mengenai dampak lingkungan (amdal) diduga memicu masalah yang timbul akhirakhir ini. Amdal berfungsi mengantisipasi masalah sejak awal dengan menyertakan alternatif solusi bila timbul persoalan dalam pengerjaan proyek.“ Kontur tanah tidak jelas. Selain itu,rute tanah juga tidak dijelaskan detail, termasuk alternatif bila terjadi permasalahan,” katanya kemarin. Pihaknya mendesak agar ruas ini bisa diselesaikan sesuai tenggat waktu yang dijanjikan.
“Dijanjikan akhir April selesai,tapi sampai saat ini masih saja ada masalah seperti ambles dan tebing tol ambrol,” ucapnya,kemarin. Sementara itu, Komisaris PT Trans Marga Jateng (TMJ) Danang Atmodjo mengatakan, longsor terjadi di tebing bagian bawah badan jalan. “Longsor bukan pada badan jalan, karena tebing memang berpotensi terjadi seperti itu,”ucapnya.
Warga Tolak Tawaran P2T
Di Desa Lemahireng,Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, para pemilik 74 bidang tanah sampai kemarin belum juga bersedia melepaskan lahannya untuk proyek Tol Semarang–Solo.Warga ngotot minta nilai ganti untung bisa dinaikkan lagi.
Sementara Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Kabupaten Semarang bersikukuh tidak bisa menaikkan harga karena yang sudah ditetapkan sudah nilai tertinggi. Sebagian besar masyarakat yang masih ngotot mempermasalakan nilai ganti rugi terendah sebesar Rp65.000/m2 untuk tanah di ring empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar