javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Senin, 25 April 2011

Tebing Urukan di Gedawang Longsor



  • Proyek Tol Semarang-Ungaran
image
SM/Yunantyo Adi S
URUKAN TEBING: Tebing urukan di sebelah timur jalan tol Semarang-Ungaran pada km 17 yang melintasi RW 2 Kelurahan Gedawang, Banyumanik, Kota Semarang, mengalami longsor. Alat berat dikerahkan untuk memperbaiki sisi tebing tersebut. (35)
SEMARANG - Tebing urukan pada pekerjaan proyek jalan tol Semarang-Ungaran di km 17, tepatnya di RW 02 Kelurahan Gedawang, Banyumanik, Kota Semarang, mengalami longsor pada ketinggian 30 meter. Namun, gerakan tanah tidak berimbas merusak badan jalan tol.
Dua alat berat kemarin dikerahkan untuk memperbaiki tebing tersebut. Longsor terjadi di lokasi yang berjarak beberapa sebelum lokasi tanah gerak di bawah Kampung Karangpucung, Kelurahan Pudakpayung, Kota Semarang, yang masih diperbaiki.
Sekretaris RW 2 Kelurahan Gedawang, Bonyamin, mengungkapkan, peristiwa longsornya tebing urukan di Gedawang tersebut terjadi, Kamis (21/4) lalu. Menurut dia, longsoran itu terjadi bukan lantaran hujan deras, namun dimungkinkan gara-gara drainase yang tidak optimal, sehingga sendang yang dulu ditimbun mengganggu urukan jalan.
”Permukaan tanah di tebing itu berkerak sampai 10-15 meter ke bawah. Tanah itu seakan ngluntung seperti tsunami. Tanah yang jatuh menimpa sawah. Terakhir ada 250 lempeng besi penahan untuk mengerjakan urukan tol itu. Namun sekarang 50 penahan itu sudah ndoyong,” katanya.
Dia menjelaskan, di bawah urukan itu dulunya terdapat tiga sendang. Ketika urukan jalan tol dikerjakan, sendang-sendang itu ditimbun. Dia menduga, akibat drainase tidak optimal, mata air sendang mencari aliran sendiri. ”Otomatis kondisi itu memengaruhi urukan,” katanya.
Sawah Dikontrak
Menurut dia, sejak tahun lalu kontraktor penggarap, yakni Waskita Karya, telah mengganti rugi sawah-sawah penduduk yang terkena imbas, dengan luas total 2 hektare. ”Istilahnya sawah itu dikontrak. Tahun lalu, karena sawah tidak bisa produktif akibat pekerjaan tol itu, kontraktor mengganti hasil panen warga senilai Rp 59 juta.”
Sedianya pada 2011 ini, pemilik tanah akanmendapat ganti 2/3 dari nilai sebelumnya. Namun, setelah negosiasi ulang, pemilik tanah memberi keluasaan untuk dikontrak selama enam bulan dengan kompensasi hasil panen selama 8 bulan, dengan nilai Rp 65 juta.
”Sawah-sawah itu dikontrak sampai Agustus 2011. Kompensasinya pun sudah dibayar. Jika sudah selesai, Waskita Karya bersedia melakukan normalisasi,” ungkapnya.
Menurut dia, para pemilik tanah sudah lega karena tebing sebelah timur tersebut sudah lama mulus, sehingga proses normalisasinya tidak akan ada masalah. ”Namun, ternyata tebingnya yang ambrol,” kata dia.
Komisaris PT Transmarga Jateng Danang Atmodjo hingga semalam belum dapat dimintai keterangan. Pakar geologi Undip, Ir Dwiyanto, mengungkapkan dulu mahasiswanya pernah meneliti daerah urukan di km 17 tersebut. Menurutnya, di lokasi itu tanahnya memang ada yang lunak.
”Daerah situ dulu curam sekali, semacam lembah kecil. Tanah itu berupa sawah, jadi lunak. Yang lunak di sebelah timur saja. Pada perencanaan dulu, tanah lunak itu akan dikeruk dan diganti dengan tanah yang baik, yang memenuhi syarat untuk urukan. Penanganan di lokasi km 17 tersebut lebih sederhana ketimbang masalah tanah gerak di Kampung Karangpucung,” katanya. (H30,H23-35)
sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar