Oleh Hartopo
Pimpinan Proyek Jalan Tol Ungaran-Bawen Indriyono mengatakan, selama pengerjaan belum rampung, ruas jalan tol itu belum bisa dilalui kendaraan. Dia menjawab
pertanyaan sejumlah orang tentang solusi mengatasi kemacetan parah sehubungan pengerjaan jalan nasional kontrak berbasis kinerja (KBK) dari Banyumanik Kota Semarang hingga Bawen Kabupaten Semarang (SM, 11/9/13).
Banyaknya permintaan itu menunjukkan betapa pengoperasian jalan tol Ungaran-Bawen ini sangat ditunggu-tunggu masyarakat, utamanya pengguna jalan jalur Ungaran-Bawen. Pengoperasian ruas tol itu mereka yakini mampu mengurangi volume kendaraan di ruas jalan nasional Banyumanik-Bawen.
Indriyono tak hanya mendasarkan belum selesainya proyek semata mengingat masih ada mekanisme kajian dari Kementerian Pekerjaan Umum yang menjadi dasar pengoperasian jalan tol. Adapun wacana pemanfaatan ruas tol Ungaran-Bawen terkait solusi mengatasi kemacetan akibat imbas proyek jalan dari Banyumanik hingga Bawen mendasarkan pada sejumlah persolan.
Pengecoran rigid pavement di sekitar pertigaan Bawen menyebabkan kemacetan luar biasa. Publik melihat pada saat dibuka sementara waktu untuk keperluan arus mudik/balik Lebaran 2013, jalan tol Semarang-Bawen terbukti mampu mengatasi kemacetan di ruas jalan nasional Banyumanik-Bawen, termasuk kemacetan pada jaringan jalan di kota Ungaran,
Pembukaan sementara tol Ungaran-Bawen, membuat pengelola proyek KBK jalan nasional Banyumanik-Bawen lebih mudah merampungkan pekerjaan. Masyarakat juga mendapat ’’yurisprudensi’’ lain, yakni saat terjadi kecelakaan di depan Pasar Babadan Ungaran (24/9/13), ruas jalan tol itu menjadi penyelamat mengatasi kemacetan.
Publik tahu pada saat kecelakaan, lalu lintas di depan Pasar babadan lumpuh total. Antrean kendaraan mengular hingga lebih dari 5 kilometer, baik dari arah Bawen maupun Banyumanik. Waktu itu Polres Kabupaten Semarang, dan PT Trans Marga Jateng (TMJ) selaku pemilik proyek, memutuskan membuka sementara ruas jalan tol Ungaran-Bawen.
Persoalannya, karena situasinya serbadarurat, pembukaan ruas tol itu berdampak pada kemacetan parah di jalan lokal Ungaran. Kemacetan itu akibat bertumpuknya arus dari berbagai arah di perempatan Sidomulyo (Jalan Letjen Soeprapto) Ungaran.
Akses Utama
Kapasitas Jalan Letjen Soeprapto sebagi akses keluar/masuk tol Ungaran tidak mampu menampung volume kendaraan pada saat pengalihan arus lalu lintas di jalan nasional. Karena itu, pelebaran jalan di Ungaran itu menjadi sebuah keniscayaan, dan bagian yang tak terpisahkan dari rencana pengoperasian jalan tol Semarang-Bawen secara menyeluruh.
Terlebih lagi, dari pemkab ada informasi detail engineering design (DED) pelebaran Jalan Letjen Soeprapto dan pendanaannya sudah siap. Realisasi proyek itu tinggal menunggu hasil kajian amdal yang disusun Pemkab Semarang. Secara tidak langsung, jalan tol Semarang-Bawen menjadi jalur alternatif manakala jalan nasional Banyumanik-Bawen lumpuh.
Pelebaran Jalan Letjen Soeprapto Ungaran menjadi sebuah keniscayaan dengan mendasarkan pada berbagi pertimbangan. Pertama; pada saat ruas jalan tol Ungaran-Bawen dibuka dan menjadi satu kesatuan dengan ruas tol Semarang-Ungaran maka seluruh jenis kendaraan roda empat diperbolehkan lewat ruas tol Semarang-Bawen, tidak terkecuali kendaraan berat.
Realitas itu sangat memungkinkan kendaraan berat akan keluar melalui pintu tol Ungaran, dan ini butuh kapasitas jalan yang lebih besar. Kedua; pada saat jalan nasional Ungaran- Bawen mengalami gangguan, semisal ada kecelakaan maka ruas jalan tol Ungaran-Bawen menjadi jalur alternatif untuk mengurai kemacetan.
Konsekuensinya adalah Jalan Letjen Soeprapto menjadi akses utama menuju jalan tol bagi semua jenis kendaraan (termasuk roda empat atau lebih). Karena itu, ada asa terkait dengan rencana pengoperasian ruas tol Ungaran-Bawen, yakni pelebaran Jalan Letjen Soeprapto. Semoga. (10)
— Ir Hartopo MT, Dekan Fakultas Teknik Universitas Darul Ulum Islamic Center (Undaris) Ungaran Kabupaten Semarang
ilustrasi |
pertanyaan sejumlah orang tentang solusi mengatasi kemacetan parah sehubungan pengerjaan jalan nasional kontrak berbasis kinerja (KBK) dari Banyumanik Kota Semarang hingga Bawen Kabupaten Semarang (SM, 11/9/13).
Banyaknya permintaan itu menunjukkan betapa pengoperasian jalan tol Ungaran-Bawen ini sangat ditunggu-tunggu masyarakat, utamanya pengguna jalan jalur Ungaran-Bawen. Pengoperasian ruas tol itu mereka yakini mampu mengurangi volume kendaraan di ruas jalan nasional Banyumanik-Bawen.
Indriyono tak hanya mendasarkan belum selesainya proyek semata mengingat masih ada mekanisme kajian dari Kementerian Pekerjaan Umum yang menjadi dasar pengoperasian jalan tol. Adapun wacana pemanfaatan ruas tol Ungaran-Bawen terkait solusi mengatasi kemacetan akibat imbas proyek jalan dari Banyumanik hingga Bawen mendasarkan pada sejumlah persolan.
Pengecoran rigid pavement di sekitar pertigaan Bawen menyebabkan kemacetan luar biasa. Publik melihat pada saat dibuka sementara waktu untuk keperluan arus mudik/balik Lebaran 2013, jalan tol Semarang-Bawen terbukti mampu mengatasi kemacetan di ruas jalan nasional Banyumanik-Bawen, termasuk kemacetan pada jaringan jalan di kota Ungaran,
Pembukaan sementara tol Ungaran-Bawen, membuat pengelola proyek KBK jalan nasional Banyumanik-Bawen lebih mudah merampungkan pekerjaan. Masyarakat juga mendapat ’’yurisprudensi’’ lain, yakni saat terjadi kecelakaan di depan Pasar Babadan Ungaran (24/9/13), ruas jalan tol itu menjadi penyelamat mengatasi kemacetan.
Publik tahu pada saat kecelakaan, lalu lintas di depan Pasar babadan lumpuh total. Antrean kendaraan mengular hingga lebih dari 5 kilometer, baik dari arah Bawen maupun Banyumanik. Waktu itu Polres Kabupaten Semarang, dan PT Trans Marga Jateng (TMJ) selaku pemilik proyek, memutuskan membuka sementara ruas jalan tol Ungaran-Bawen.
Persoalannya, karena situasinya serbadarurat, pembukaan ruas tol itu berdampak pada kemacetan parah di jalan lokal Ungaran. Kemacetan itu akibat bertumpuknya arus dari berbagai arah di perempatan Sidomulyo (Jalan Letjen Soeprapto) Ungaran.
Akses Utama
Kapasitas Jalan Letjen Soeprapto sebagi akses keluar/masuk tol Ungaran tidak mampu menampung volume kendaraan pada saat pengalihan arus lalu lintas di jalan nasional. Karena itu, pelebaran jalan di Ungaran itu menjadi sebuah keniscayaan, dan bagian yang tak terpisahkan dari rencana pengoperasian jalan tol Semarang-Bawen secara menyeluruh.
Terlebih lagi, dari pemkab ada informasi detail engineering design (DED) pelebaran Jalan Letjen Soeprapto dan pendanaannya sudah siap. Realisasi proyek itu tinggal menunggu hasil kajian amdal yang disusun Pemkab Semarang. Secara tidak langsung, jalan tol Semarang-Bawen menjadi jalur alternatif manakala jalan nasional Banyumanik-Bawen lumpuh.
Pelebaran Jalan Letjen Soeprapto Ungaran menjadi sebuah keniscayaan dengan mendasarkan pada berbagi pertimbangan. Pertama; pada saat ruas jalan tol Ungaran-Bawen dibuka dan menjadi satu kesatuan dengan ruas tol Semarang-Ungaran maka seluruh jenis kendaraan roda empat diperbolehkan lewat ruas tol Semarang-Bawen, tidak terkecuali kendaraan berat.
Realitas itu sangat memungkinkan kendaraan berat akan keluar melalui pintu tol Ungaran, dan ini butuh kapasitas jalan yang lebih besar. Kedua; pada saat jalan nasional Ungaran- Bawen mengalami gangguan, semisal ada kecelakaan maka ruas jalan tol Ungaran-Bawen menjadi jalur alternatif untuk mengurai kemacetan.
Konsekuensinya adalah Jalan Letjen Soeprapto menjadi akses utama menuju jalan tol bagi semua jenis kendaraan (termasuk roda empat atau lebih). Karena itu, ada asa terkait dengan rencana pengoperasian ruas tol Ungaran-Bawen, yakni pelebaran Jalan Letjen Soeprapto. Semoga. (10)
— Ir Hartopo MT, Dekan Fakultas Teknik Universitas Darul Ulum Islamic Center (Undaris) Ungaran Kabupaten Semarang
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar