menteri PU |
TRIBUNNEWS.COM SEMARANG,- Penyelesaian megaproyek pembangunan jalan tol trans Jawa diperkirakan mundur dari target semula tahun 2014, yaitu pada tahun 2015. Proses pembangunan masih terkendala pembebasan lahan, terutama untuk ruas Brebes-Semarang di Jawa Tengah. Karena itu, kepala daerah diminta untuk bekerja sama dalam proses pengadaan lahan itu.
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Sabtu (19/10/2013), seusai Dies Natalis Universitas Diponegoro Semarang, Jateng, mengatakan optimistis ruas Jakarta-Cirebon serta Semarang-Solo-Surabaya dapat selesai tepat waktu. Namun, untuk ruas Brebes-Semarang masih belum ada perkembangan karena sulitnya pembebasan lahan.
Mengenai kesulitan pembebasan lahan dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur, Djoko mengatakan, tidak ada pendekatan khusus untuk mengatasi masalah tersebut. Semua proses yang dilalui sesuai dengan ketentuan yang ada, sosialisasi, penaksiran harga, negosiasi harga, hingga konsinyasi jika tidak juga dicapai kesepakatan.
Karena itu, Djoko meminta Gubernur Jateng membantu proses pembebasan lahan tersebut. Jika Gubernur tidak serius, kata dia, sulit untuk dapat menyelesaikan proyek itu tepat waktu. Padahal investor dan bank sudah bersedia mendanai.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan akan segera berkomunikasi dengan kepala daerah yang wilayahnya dilalui jalan tol tersebut. Tol Semarang-Solo ruas Bawen-Solo saat ini sudah dalam proses pengadaan tanah, dan segera setelah itu pembangunan fisik dimulai.
Total panjang ruas jalan tol trans Jawa sekitar 616,1 kilometer, yang membutuhkan lahan seluas 5.150,53 hektar. Tol yang mulai dibangun pada 2007 ini terdiri dari sembilan ruas, yaitu Cikopo-Palimanan, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Semarang-Solo, Solo-Mantingan, Mantingan-Kertosono, Kertosono-Mojokerto, dan Mojokerto-Surabaya.
Berdasarkan catatan Kompas, dana pembangunan tol ini, antara lain, dibiayai sindikasi 22 perbankan dan institusi keuangan yang memasok Rp 8,8 triliun bagi PT Lintas Marga Sedaya yang disebut sebagai perusahaan patungan Indonesia-Malaysia. Alasan pembangunan infrastruktur jalan tol ini adalah untuk mendukung peningkatan sistem logistik nasional.
Mengenai pembangunan infrastruktur, Ganjar mengatakan, kondisi infrastruktur di Jateng sangat kurang memadai. Karena itu, Pemprov Jateng pada 2014 mengalokasikan dana sebesar
Rp 1,5 triliun khusus untuk pembenahan infrastruktur, terutama jalan, jembatan, dan bendungan.
”Infrastruktur yang baik menjadi daya ungkit ekonomi masyarakat. Aktivitas ekonomi, pariwisata, dan investasi sangat bergantung pada kondisi infrastruktur ini,” kata Ganjar.
Selain perbaikan jalan, jembatan, dan bendungan, Pemprov Jateng juga mendorong revitalisasi Pelabuhan Tanjung Emas, serta Bandara Ahmad Yani Semarang. (uti)
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Sabtu (19/10/2013), seusai Dies Natalis Universitas Diponegoro Semarang, Jateng, mengatakan optimistis ruas Jakarta-Cirebon serta Semarang-Solo-Surabaya dapat selesai tepat waktu. Namun, untuk ruas Brebes-Semarang masih belum ada perkembangan karena sulitnya pembebasan lahan.
Mengenai kesulitan pembebasan lahan dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur, Djoko mengatakan, tidak ada pendekatan khusus untuk mengatasi masalah tersebut. Semua proses yang dilalui sesuai dengan ketentuan yang ada, sosialisasi, penaksiran harga, negosiasi harga, hingga konsinyasi jika tidak juga dicapai kesepakatan.
Karena itu, Djoko meminta Gubernur Jateng membantu proses pembebasan lahan tersebut. Jika Gubernur tidak serius, kata dia, sulit untuk dapat menyelesaikan proyek itu tepat waktu. Padahal investor dan bank sudah bersedia mendanai.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan akan segera berkomunikasi dengan kepala daerah yang wilayahnya dilalui jalan tol tersebut. Tol Semarang-Solo ruas Bawen-Solo saat ini sudah dalam proses pengadaan tanah, dan segera setelah itu pembangunan fisik dimulai.
Total panjang ruas jalan tol trans Jawa sekitar 616,1 kilometer, yang membutuhkan lahan seluas 5.150,53 hektar. Tol yang mulai dibangun pada 2007 ini terdiri dari sembilan ruas, yaitu Cikopo-Palimanan, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Semarang-Solo, Solo-Mantingan, Mantingan-Kertosono, Kertosono-Mojokerto, dan Mojokerto-Surabaya.
Berdasarkan catatan Kompas, dana pembangunan tol ini, antara lain, dibiayai sindikasi 22 perbankan dan institusi keuangan yang memasok Rp 8,8 triliun bagi PT Lintas Marga Sedaya yang disebut sebagai perusahaan patungan Indonesia-Malaysia. Alasan pembangunan infrastruktur jalan tol ini adalah untuk mendukung peningkatan sistem logistik nasional.
Mengenai pembangunan infrastruktur, Ganjar mengatakan, kondisi infrastruktur di Jateng sangat kurang memadai. Karena itu, Pemprov Jateng pada 2014 mengalokasikan dana sebesar
Rp 1,5 triliun khusus untuk pembenahan infrastruktur, terutama jalan, jembatan, dan bendungan.
”Infrastruktur yang baik menjadi daya ungkit ekonomi masyarakat. Aktivitas ekonomi, pariwisata, dan investasi sangat bergantung pada kondisi infrastruktur ini,” kata Ganjar.
Selain perbaikan jalan, jembatan, dan bendungan, Pemprov Jateng juga mendorong revitalisasi Pelabuhan Tanjung Emas, serta Bandara Ahmad Yani Semarang. (uti)
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar