JAKARTA (IFT) – Perusahaan konstruksi milik negara, PT Waskita Karya (Persero), akan mengantisipasi penyelesaian proyek-proyek milik PT Istaka Karya (Persero) setelah perusahaan itu diputuskan pailit oleh Mahkamah Agung karena tidak bisa membayar utang kepada PT Japan Asia Investment Company (JAIC) senilai US$ 7,645 juta. Tujuannya agar Istaka tidak terkena penalti akibat terbengkalainya proyek tersebut.
“Kita ditunjuk (pemerintah) karena memang spesifikasi pekerjaaan Istaka dan Waskita tidak jauh berbeda. Peran Waskita adalah memberikan dukungan agar Istaka meski sedang dilanda masalah tetap bisa menyelesaikan paket pekerjaan yang ditanganinya,” kata Danny Koestanto, Direktur Keuangan Waskita Karya, Jumat.
Japan Asia Investment Company mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung karena Istaka Karya dinilai tidak kunjung melaksanakan putusan Mahkamah Agung yang menghukum perseroan melunasi total utang tertunggak sebesar US$ 7,645 juta. Perusahaan investasi itu mengajukan pengajuan pailit yang kemudian dikabulkan Mahkamah Agung.
Saat ini, Istaka masuk dalam program restrukturisasi PT Perusahaan Pengelola Aset dan rencananya akan memperoleh suntikan dana senilai Rp 400 miliar. Dana tersebut ditargetkan cair pada tahun ini. “Perusahaan Pengelola Aset akan memberikan dukungan kepada Istaka agar pulih kembali,” ungkap Danny.
Istaka Karya saat ini sedang mengerjakan sejumlah proyek seperti pembangunan Kantor Pusat Astra (Jakarta), jalan tol seksi III Semarang-Bawen (Jawa Tengah), paket 2 konstruksi Bandar Udara Hasanudin (Makassar), dan pembangunan Kantor Wilayah Imigrasi Jakarta Selatan.
Proyek lainnya adalah paket pengendali banjir di Sungai Bengawan Solo, irigasi di Langkat, paket pekerjaan jalan Panti (Sumatera Utara), pengembangan jaringan transmisi 150 KV Galang-Namorambe (Sumatera Utara), pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Anyer di Pangkal Pinang, jalan Sukanegara-Sindangbarang, dan konstruksi jalan Simpang Sugihwaras–Baturaja (Sumatera Selatan).
Budi Hartono, Sekretaris Perusahaan Istaka Karya, sebelumnya mengatakan masalah pailit tersebut tidak mempengaruhi kinereja operasional perseroan. Perusahaan pada tahun ini menargetkan pendapatan sebesar Rp 1 triliun dengan laba bersih sekira Rp 20 miliar - Rp 30 miliar.
Pendapatan perseroan tahun lalu sekira Rp 500 miliar dengan laba bersih Rp 10 miliar. Adapun nilai proyek sepanjang kuartal I 2011 yang berhasil diperoleh perseroan mencapai Rp 800 miliar.
Mengenai pendanaan proyek, Istaka Karya telah mendapatkan komitmen pinjaman dari dua bank, yakni Bank Permata sekitar Rp100 miliar, serta dari PT Bank Jabar Banten Tbk sekitar Rp 60 miliar. Bank Jabar untuk pendanaan proyek tol Semarang-Solo, sedangkan pinjaman dari Bank Permata untuk pendanaan semua proyek.
Puncak Kontrak
Hutama Karya pada kuartal pertama 2011 telah meraih kontrak sekitar Rp 2 triliun. Muhammad Fauzan, Deputi Direktur Bisnis dan Marketing Hutama Karya, mengatakan puncak perolehan kontrak akan terjadi pada Juli tahun ini karena banyak proyek pemerintah yang sudah mulai ditetapkan pememangnya. “Pada kuartal I perolehan kontrak baru sekitar 15%. Pada kuartal II dan III itu merupakan puncak atau sekitar 60%,” ungkapnya.
Saat ini, Hutama Karya mendapatkan kontrak pembangunan jalan dari badan usaha milik negara dan pemerintah, dan dua pembangkit listrik berupa proyek engineering, procurement and construction di Kendari dan Jene Ponto.
Hutama memproyeksikan penjualan pada 2011 naik menjadi Rp 4,5 triliun dengan laba Rp 150 miliar. dibandingkan tahun lalu dengan penjualan sekitar Rp 3,1 triliun dan laba Rp 109 miliar. “Perusahaan tengah mengikuti banyak tender seperti konstruksi tol Medan- Kuala Namu dan gedung Dewan Perwakilan Rakyat, bandar udara serta lainnya,” ujarnya.(*)
Arif dwi cahyono
sumber :
http://www.indonesiafinancetoday.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar