Wakil Menteri (Wamen) Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak minggu lalu melakukan peninjauan pembangunan ruas jalan tol Semarang-Solo seksi I (Semarang-Ungaran) Kilometer 17 yang sempat mengalami longsor pada bulan April kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, Hermanto mengingatkan bahwa penanganan jalan tol di daerah longsoran yang memiliki jenis tanah khusus tersebut perlu dilakukan rekayasa teknik (drainase) untuk menjaga moisture (kelembapan), dengan mengatur aliran air baik yang berasal dari permukaan maupun bawah tanah dari sisi bukit agar menjauhi area tersebut. “Guna mengatasi longsor akibat jenis tanah dan kemiringan, perlu segera dilakukan perkuatan tebing dengan faktor keamanan memadai,”ujarnya.
Ruas tol Semarang-Ungaran Kilometer 17 sendiri memiliki posisi badan jalan yang berada di lembah dan memiliki kontur tanah lunak, sehingga dalam upaya mengurangi gerakan lateral, badan jalan yang semula dibangun di atas urukan tanah dikurangi pada ruas sepanjang 800 meter. Pengurangan disesuaikan dengan pemenuhan geometric gradient dari ruas jalan tersebut agar tetap memenuhi spesifikasi jalan ekspres tol.
Wamen PU juga sempat mengunjungi Bendungan Jatibarang yang dibangun di Sungai Kreo (anak Sungai Garang) di Semarang Barat. Bendungan yang memiliki daerah tangkapan seluas 54 kilometer persegi, luas genangan 110 hektar, dan volume tampungan total sebesar 20 juta meter kubik tersebut saat ini sedang dalam tahap penyelesaian pembangunan terowongan pengelak dan memulai pembangunan spillway.
Hermanto sempat meninjau terowongan pengelak (diversion tunnel) sepanjang lebih dari 420 meter yang berfungsi membelokkan aliran Sungai Kreo selama masa pembangunan bendungan. Terowongan tersebut digali sejak 30 Juni 2010 dan saat dini dalam tahap pengerjaan lapis terakhir permukaan beton.
Pembangunan Waduk Jatibarang sendiri secara keseluruhan diharapkan selesai awal tahun 2014, sehingga dapat mengurangi permasalahan banjir kota Semarang bagian barat dan pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum wilayah Kota Semarang, sehingga pada gilirannya dapat mengurangi intrusi air laut. Bendungan Jatibarang telah mengadopsi pula strategi non-struktural berkaitan peningkatan kelestarian fungsi konservasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang. Strategi pendekatan non-fisik/non-struktural tersebut sangat penting demi menjaga keberadaan sumber daya air, dari segi jumlah maupun kualitasnya termasuk upaya menjaga DAS di hulu sungai.
Minggu sebelumnya, Wamen PU meninjau pula pembangunan terowongan terbuka di Nagrek untuk memperbaiki geometrik jalan lingkar di Nagrek tidak melebihi 10%. Di lokasi tersebut, peralatan penggali telah beroperasi dan ditargetkan sebelum lebaran pekerjaan konstruksi sudah dapat diselesaikan untuk mendukung kelancaran arus mudik lebaran 2011. (isni)
Pusat Komunikasi Publik
120511
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar