Wacana
Tajuk Rencana
Masalah yang melingkupi jalan tol Semarang-Solo seolah tak ada habisnya. Sedemikian banyak masalahnya, sehingga mana yang penting dan tidak strategis berbaur menjadi satu. Kesan yang muncul sampai hari ini hanya satu. Serba lamban. Proses pembebasan lahan, lelang, pengerjakan, pembenahan longsor, sampai dengan lelang lanjutan tidak pernah sesuai jadwal. Bahkan, Gubernur Bibit Waluyo juga terheran-heran, ada apa kok urusan lelang saja nggak beres-beres. Pemandangan seperti ini tentu tak elok untuk dilihat.
Dulu, pernah dijanjikan bahwa proyek tersebut akan selesai dengan lebih cepat, dan siap beroperasi di saat Lebaran 2010. Ternyata meleset, dan akhirnya tertunda terus penyelesaiannya. Lalu, setelah proyek tersebut kelihatan ”selesai” banyak orang sumringah, bahkan sempat pula digunakan untuk fun bike. Tak lama setelah itu diguyur hujan dan terjadilah longsor. Janji segera dalam menuntaskan longsor juga tak kesampaian, dengan alasan sumber air yang diduga menjadi penyebab tidak diketahui persis titiknya. Muncul masalah lagi.
Apa yang sebenarnya terjadi dalam proyek ini. Mulai dari perencanaan, pengerjaan, dan pengendalian tampaknya tidak terkawal dengan baik. Ada beberapa kali perubahan dalam design, sehingga mengubah banyak hal sebagai konsekuensinya. Sumber-sumber air, ketajaman lereng bukit, tingkat kekerasan tanah, dan lain-lain kurang dihitung dengan matang. Ketika muncul di saat pengerjakan, maka kacaulah jadwal keseluruhan. Lalu, ada juga masalah badan jalan yang ambrol, dan dibutuhkan material penambal yang tidak sedikit.
Dengan banyaknya masalah yang melingkupi proyek tol tersebut, apakah tidak perlu dikaji ulang seluruh perencanaan yang telah dibuat dan disepakati. Apakah perlu dibentuk tim task force, atau semacam tim perecepatan pembangunan jalan tol tersebut. Tugas utama dari tim ini adalah melakukan peninjauan secara menyeluruh, dari tahapan awal pekerjaan sampai penuntasan proyek. Mereka melakukan eveluasi atas kinerja, dan dari sini tim akan membuat perencanaan ulang, dengan berbagai konsekuensi yang harus ditanggung.
Tim percepatan itu juga akan bertugas menuntaskan seluruh persoalan yang melingkupi pembangunan jalan tol. Mereka diberikan otoritas tertentu, dengan inti pekerjaan mempercepat semua bidang pekerjaan. Tim ini bertanggungjawab penuh dan melaporkan seluruh hasil pekejeraan kepada pemerintah pusat, provinsi, dan tentu juga pada para pemangku kepentingan proyek tersebut. Tetapi, tentu tidak mudah membentuk tim model ini, dan hanya dengan ”kekuatan ekstra” saja bisa direalisasi. Manakala sangat mendesak, tidak ada salahnya.
Keterlambatan proyek tol Semarang-Solo ini berdampak luas. Perjalanan Semarang-Solo lewat jalan normal sekarang amatlah lamban. Butuh waktu berjam-jam di jalan, sehingga biaya ekonomi barang dan jasa tidak efisien. Tentu amat diharapkan jalan tol ini segera bisa difungsikan, sehingga bisa mengurangi waktu cukup signifikan. Janganlah proyek tol yang hanya ”sekilan” saja penuh dengan masalah yang seolah tak bisa dituntaskan dan menjadikan Gubernur Bibit Waluyo tak berani janji lagi kapan selesainya tol ini.
sumber :
http://suaramerdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar