* Beredar SMS soal Indikasi Ketidakberesan Struktur Tol
Jakarta, CyberNews. Kepala Badan Pengembangan Jalan Tol (BPJT) Ahmad Ghani Gazali mengatakan, sampai saat ini pemerintah juga belum memastikan penyebab dari retaknya Tol Semarang-Ungaran.
Namun tim ahli dari BPJT, Bina Marga, Litbang PU dan termasuk dari perguruan tinggi sudah dilapangan untuk mendeteksi dan penyebabnya dan juga solusi yang akan digunakan kedepan untuk tol ini. "Belum ada, masih dalam kajian, tim ahli sudah di lapangan untuk mengecek," kata Ghani di Jakarta, Senin (14/3).
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menegaskan, pihaknya belum memutuskan apakah proyek jalan tol tol yang amblas di Semarang-Ungaran itu, akan dirubah trasenya atau menggunakan teknologi lain seperti bentang panjang. Karena hasil penelitian dari Libtang PU dan para ahli belum ada laporan.
Sementara itu, muncul SMS yang mengatakan proyek Jalan Tol Semarang-Ungaran Seksi I pada ruas Semarang-Solo milik PT Trans Marga Jateng( TMJ) ini diindikasikan tidak sesuai dengan perencanaan dan desain awal.
Hal itu menyusul ambles dan retak jalan tol yang baru selesai dan belum diresmikan itu sepanjang 200 meter di Gedowang, Semarang, tepatnya pada KM STA 5 + 500 hingga STA 5+700. “Ada indikasi ketidakberesan sejak awal, yakni dalam perencanaan dan studi Amdal Tol Semarang-Solo pada 2003-2004,” begitu bunyi sms tersebut.
Disebutkan, bahwa berdasarkan pembuatan studi kelayakan, studi amdal (analisis dan dampak lingkungan) dan detail engineering desain (DED) dibuat oleh satu perusahaan BUMN bidang kekaryaan dan konsultan. Sehingga diduga tenaga ahli studi amdalnya asli, tetapi palsu sehingga amdalnya amburadul.
Ada Keanehan
Proyek itu masih ada keanehan, karena saat itu pernah disebutkan, bahwa untuk biaya studi kelayakan ruas tol Semarang-Solo sepanjang 75 km adalah Rp 20 juta per km atau mencapai Rp1,6 miliar, sedangkan dalam laporan disampaikan Rp 3,8 miliar.
Artinya, diduga ada potensi korupsi sekitar Rp 2 miliar lebih. Namun, masih kata sms tersebut, secara teknis proyek tersebut tetap dapat diselesaikan dengan pembuatan jembatan bentang panjang atau pengalihan rute. Namun harus dihitung ulang biaya yang diperlukan, apakah masih layak.
Jika tidak, harus dicari alternatif lain, seperti melebarkan jalan non tol atau dibuat sejajar dengan rel Semarang-Solo. Tapi yang terpenting adalah DPRD Jateng harus dapat meminta pertanggungjawaban perencana dan tim teknis, bukan kontraktor yang selalu disalahkan selama ini.
Sementara, Direktur Utama PT Jasa Marga, Frans S Sunito mengatakan, baru menadapatkan kabar adanya dugaan salah desain dan perencanaan atas proyek tol Semarang-Solo tersebut. “Terima kasih infonya dan pihaknya menyakinkan bahwa Jasa Marga selalu bekerja dengan landasan Good Corporate Governance (GCG),” jelasnya.
Menurut dia, semua keputusan dan langkah dalam pembangunan jalan tol baru semata-mata dibuat untuk kepentingan perusahaan dan negara dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur.
sumber:
suaramerdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar