ilustrasi |
Menurut Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Provinsi Jateng, Yuni Astuti, puluhan perusahaan itu memang belum secara resmi berinvestasi ke Jateng.
Akan tetapi, Yuni mengaku hampir setiap pekan pihaknya selalu melayani lima hingga enam perusahaan yang datang ke kantornya untuk mencari informasi terkait iklim investasi di Jateng dan profil daerah-daerah yang dibidik.
“Tidak semuanya relokasi. Karena, tidak semuanya menutup pabrik yang lama. Kebanyakan justru perluasan usaha atau ekspansi,” kata Yuni,, Jumat (1/3/2013).
Dia mengatakan, untuk sementara ini wilayah Semarang dan sekitar Solo menjadi wilayah yang paling banyak dibidik investor. “Sekitar Semarang misalnya Kabupaten Semarang, Kendal dan Grobogan. Kemudian sekitar Solo adalah Boyolali, Sragen dan Klaten.”
Terpisah, Pimpinan Wilayah BNI Semarang, Iwan Abdi, juga mengakui beberapa perusahaan mitra BNI yang ada di luar wilayah Jateng, tepatnya Jabodetabek memiliki rencana pindah atau relokasi ke Jateng.
“Hampir setiap hari ada rekanan kami yang datang, mencari lahan yang bagus untuk kawasan industri. Selain Semarang, Soloraya juga termasuk wilayah yang dibidik,” kata Iwan saat dihubungi terpisah.
Menurutnya, wilayah Jateng saat ini tengah menjadi daerah tujuan utama investasi. Jateng dinilai memiliki banyak potensi. Dari sisi infrastruktur, kata Iwan, sudah cukup memadai dengan diselesaikannya jalur tol Semarang-Solo.
Selain itu Jateng juga memiliki beberapa kawasan pelabuhan yang representatif. “Proyek pemerintah untuk ketersediaan sarana prasarana listrik juga terus dibangun.”
Dari sisi upah minimum regional (UMR), Iwan menjelaskan bahwa di daerah Jabodetabek telah terjadi kenaikan UMR yang cukup signifikan. Kenaikan UMR itu menjadi beban tinggi bagi pengusaha.
Selain dari infrastruktur, faktor keamanan juga dinilai cukup kondusif. “Ini yang lebih penting. Jateng dinilai lebih kondusif untuk bekerja. Karena tidak seperti kawasan industri di Jabodetabek yang sering terjadi demo buruh.”
Dari latar belakang ini, maka banyak perusahaan asal Jabodetabek yang memilih untuk merelokasi pabrik mereka ke luar Jabodetabek. “Mereka tentunya akan cari wilayah yang kondusif, upah rendah dan infrastrukturnya memadai.”
Bagi perbankan sendiri, lanjut Iwan, siap mendukung tingginya iklim investasi dengan menyediakan fasilitas pembiayaan untuk investasi agar industri ini bisa berkembang di Jateng.
Gejala ini, menurutnya, sudah terlihat sejak tahun lalu dibuktikan dengan pertumbuhan kredit investasi di BNI yang rata-rata mencapai lebih dari 20%.
Yuni kembali menambahkan pihaknya terus mendorong agar investasi di wilayah Jateng terus tumbuh.
“Kami menyambut baik rencana masuknya sejumlah industri itu ke Jateng. Harapannya bisa mendorong target pencapaian investasi tahun ini senilai Rp110 triliun, atau tumbuh 18,2% dari realisasi investasi tahun 2012 senilai Rp93 triliun.” (JIBI/Solopos/Hijriyah Al Wakhidah/dba)
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar