JAKARTA (IFT) – Saham Badan Usaha Milik Negara karya belum menarik bagi investor karena kapitalisasi pasar yang kecil dan profitabilitas yang relatif rendah dibandingkan sektor lainnya. Untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut, menurut Departemen Riset IFT, rencana pelepasan saham perdana (IPO) bukan satu-satunya cara. BUMN karya dapat melakukan merger, mencari partner strategis, dan atau mendiversifikasi bisnisnya.
Kapitalisasi pasar BUMN karya yang sudah masuk bursa relatif kecil dibandingkan perusahaan lainnya di Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia. Apalagi dibandingkan perusahaan sejenis di regional. Wijaya Karya yang memiliki kapitalisasi terbesar yaitu Rp 3,66 triliun masuk dalam urutan 107 di Indeks. Sedangkan PT PP (Persero) di urutan kedua hanya memiliki kapitalisasi Rp 2,86 triliun. Bila dibandingkan dengan regional, kapitalisasi pasar Wijaya Karya masih berada di bawah Gamuda Bhd yang sebesar US$ 2,54 triliun.
Perusahaan negara yang bergerak di jasa konstruksi adalah Adhi Karya, Wijaya Karya, PTPP, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Nindya Karya, PT Istaka Karya. Sedangkan di jasa konsultan konstruksi, yaitu PT Bina Karya, PT Virama Karya, PT Yodya Karya, PT Indra Karya, PT Indah Karya.
Merger bisa menjadi pilihan untuk mengkonsilidasikan BUMN karya dengan kompetensi sejenis bersaing dalam pasar yang sama. Dampaknya, ukuran perusahaan akan semakin besar sehingga daya tawar perusahaan akan semakin tinggi. Kemampuan perusahaan untuk menguasai pasar semakin kuat. Merger akan meningkatkan sinergi dan kinerja perusahaan baru untuk menciptakan comparative advantage dalam menghadapi persaingan global.
Departemen IFT melihat bahwa pilihan untuk merger juga merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk melakukan diversifikasi bisnis. Karena itu, target perusahaan yang dimerger, selain memiliki kesamaan bisnis juga harus memiliki usaha yang beragam. Semakin terdiversifikasinya suatu bisnis, maka semakin berkurangnya peluang jatuhnya perusahaan akibat satu unit usaha tertentu.
Pilihan untuk meningkatkan volume dapat pula dilakukan melalui diversifikasi bisnis seperti yang dilakukan Wijaya Karya. Perusahaan yang melakukan IPO pada Oktober 2007 tersebut memiliki inti bisnis dibidang konstruksi maupun infrastruktur dengan didukung oleh beberapa anak perusahaan yang memiliki bisnis saling terintegrasi, seperti PT Wijaya Karya Beton, PT Wijaya Karya Realty, dan PT Wijaya Karya Intrade. Kontribusi dari masing-masing anak usaha tersebut dari tahun ke tahun semakin tinggi.
Selain memiliki anak perusahaan yang memiliki bisnis yang saling terintegrasi, Wijaya Karya juga telah merambah ke sektor engineering, procurement and construction (EPC) dengan mengerjakan proyek petrokimia di Tuban pada 2003. Masuknya perseroan ke EPC menghasilkan margin yang tinggi.
Skenario Merger
Kementerian BUMN sebelumnya merencanakan Waskita Karya dan Hutama Karya melakukan IPO tahun ini. Rencana tersebut kemungkinan besar ditunda karena berbagai persoalan. Aria Bima, anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, meminta pemerintah membenahi kinerja BUMN karya dengan akuisisi, merger, atau regrouping.
“Lebih baik mencari solusi bagaimana BUMN konstruksi kecil itu dapat lebih berkembang dari pada hanya memikirkan untuk mempercepat sebagian perusahaan untuk IPO,” katanya.
Seandainya pilihannya adalah menggabungkan Waskita dan Wijaya Karya, maka berdasarkan data keuangan perseroan pada 2010, aset perusahaan akan menjadi Rp 16,771 triliun. Besarnya aset ini akan meningkatkan kemampuan dan peluang perusahaan untuk mendapatkan kontrak. Di sisi lain, tingkat persaingan yang berkurang akan menekan cost sehingga laba tumbuh menguntungkan bagi pemegang saham.
Selain itu, BUMN karya pasca-merger dapat bersaing dengan kontraktor regional. Pasar yang relatif terbatas di dalam negeri dan tingginya persaingan membuat pilihan ekspansi ke luar negeri menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Fenomena ini terlihat dari ekspansi kontraktor dari negara tetangga ke negara yang mempunyai pasar konstruksi besar.
Sumaryanto Widayatin, Deputi Menteri BUMN Bidang Infrastruktur dan Logistik, berjanji akan melakukan program restrukturisasi BUMN konstruksi melalui restrukturisasi sektoral sehingga dicapai jumlah perusahaan negara yang ideal.
Danny Koestanto, Direktur Keuangan PT Waskita Karya, mengatakan tetap mengusulkan agar IPO perusahaan tetap dilakukan tahun ini karena target laba akan melampaui proyeksi perusahaan sebesar Rp 201 miliar. Ekspansi perusahaan juga akan semakin mudah untuk masuk ke bisnis pembangunan pembangkit tenaga listrik.
“Bila rencana IPO terealisasi, akan memberikan tambahan laba bersih bagi Waskita Karya sebesar Rp 36 miliar, sehingga secara keseluruhan laba bersih 2011 bisa sekitar Rp 237 miliar,” katanya.
David Manurung, Arif Dwi Cahyono
Sumber :
http://www.indonesiafinancetoday.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar