javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Senin, 04 November 2013

Indonesia Ketergantungan Impor Aspal Untuk Bangun Jalan

Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Selesaikan Jalan Tol: Sejumlah alat berat selesaikan pembangunan
jalan tol Semarang-Solo sesi II Ungaran-Bawen kilometer 19-100,
di Kelurahan Lemahireng, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang,
Jateng, Selasa (2/7/2013). Jalan tol Semarang-Solo sesi II
Ungaran-Bawen masih tersisa 1.000 meter pengerjaan yakni 700 meter
di Kelurahan Lemahireng dan 300 meter Kelurahan Kandangan.
Jalan tol tersebut ditargetkan selesai sebelum lebaran 2013.
(Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan jalan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun dan membutuhkan material jalan yang lebih besar. Kebutuhan aspal 5 tahun terakhir sekitar 1,2 juta ton per tahun. Aspal yang dibutuhkan akan semakin meningkat dimasa mendatang, mengingat program pembangunan infrastruktur semakin banyak.

"Mengingat produksi aspal dalam negeri yang hanya sekitar 400 ribu ton per tahun, kita harus mengimpor sisa kebutuhan tersebut dari luar," ujar Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, Senin (4/11/2013).

Hermanto menyatakan terdapat beberapa isu mengenai aspal yang terdapat di Indonesia, seperti permasalahan kualitas aspal, harga aspal yang tidak menentu. Masalah kelangkaan aspal yang terjadi beberapa tahun yang lalu menurut Hermanto menyebabkan terhambatnya penyelesaian proyek-proyek jalan.

"Besarnya potensi aspal alam di Indonesia yaitu Asbuton, yang akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap aspal impor," ujarnya.

Dengan melemahnya nilai rupiah, Hermanto menyebutkan material utama konstruksi lainnya seperti aspal dan besi baja yang masih diimpor akan mempengaruhi biaya konstruksi.

“Pengaruh melemahnya rupiah ada, dalam arti ada komponen material dari luar. Nah besi baja ini yang masih banyak impor juga, terutama yang high strength steel," jelas Hermanto.

Kendati begitu, Hermanto mengungkapkan tidak akan ada penyesuaian pada kontrak konstruksi yang sedang berjalan. Dia berharap para penyelenggara proyek konstruksi dapat melakukan optimasi dan efisiensi dalam menghadapi peningkatan biaya tersebut.

“Sampai sekarang kita tidak ada penyesuaian lah. Ini pinter-pinternya yang melaksanakan di lapangan melakukan optimasi dan efisiensi,” jelas Hermanto. 
 
sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar