SURAT PEMBACA
Mengingat jalur Semarang-Solo sangat padat, jelas jalan tol sangat dibutuhkan, tetapi izinkan saya selaku wakil dari warga Perum Gedawang Permai III RT 07 RT II Kelurahan Gedawang, Banyumanik, Semarang, menyampaikan unek-unek yang sudah lama kami simpan.Selama pembangunan jalan tol, yakni sekitar satu tahun kami sangat tersiksa karena tanpa kompromi jalan masuk kompleks satu-satunya dipotong oleh proyek tol tanpa pemberitahun ke warga. Setelah itu kami dialihkan melalui jalan alternatif yang tidak layak karena licin waktu hujan dan berdebu jika panas.
Kami merasa menderita, bahkan anak saya yang masih SD sampai membuat poster di kertas karena protes. Kalau pulang sekolah dengan jalan kaki butuh waktu lebih lama, dan kalau mau main dengan temannya harus pakai tenaga ekstra.
Selama pembangunan jalan tol, kami yang hanya bersebelahan dengan pagar jalan tol tidak dapat kompensasi apa pun, padahal terdampak polusi debu, suara, getaran. Semua itu sangat mengganggu.
Untuk itu kami mohon perhatian pengelola tol Semarang-Solo. Jalan masuk kami yang sekarang sudah jadi jembatan tol, tadinya ada lampunya, mengapa sekarang tidak ada penerangan sehingga kami swadaya seadanya.
Jembatan tol itu dihiasi corat-coret, saluran air menganga dan membahayakan pejalan kaki. Bahkan karena kurang penerangan kalau malam jadi ajang pacaran dan rawan terjadi tindak kriminal.
Di wilayah kami sedang ada pembangunan Posyandu Serbaguna dan tamanisasi. Sudilah kiranya semua kerugian warga ‘’ditebus’’ dengan menyisihkan sebagian kecil keuntungan pengelola untuk beramal demi manfaat warga dan amal ibadah.
Agung Prasetyo, S.Psi, MPd.Psi
Ketua RT 07 RW II Kel Gedawang
Banyumanik, Semarang
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar