javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Jumat, 19 Oktober 2012

Walau Merugi, Wijaya Karya Anggap Penting Akuisisi Sarana Karya

Eben Ezer Siadari
Kebutuhan aspal di Indonesia sebesar 1,5 juta MT/tahun, sedangkan 
sebanyak 1,2 juta MT/tahun masih dipasok melalui impor.

JAKARTA, Jaringnews.com - Walau PT Sarana Karya terus merugi, PT Wijaya Karya (Persero) yang ditugaskan oleh Pemerintah mengakuisisi perusahaan tersebut beralasan bahkan penting. Soalnya, Pemerintah akan menggenjot kebutuhan aspal nasional sampai 1,5 juta metrik ton per tahun. Di sisi lain, produksi aspal yang dilakukan PT Pertamina hanya sebesar 300 ribu MT/tahun sehingga impor per tahun mencapai 1,2 juta MT. Kebutuhan itulah yang diharapkan kelak dapat ditutupi oleh PT Sarana Karya yang produksinya adalah aspal alam atau biasa disebut aspal Buton.

"Kebutuhan aspal di Indonesia sebesar 1,5 juta MT/tahun, sedangkan sebanyak 1,2 juta MT/tahun masih dipasok melalui impor," kata Direktur Utama WIKA, Bintang Perbowo dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta hari ini(18/10).

Masih tingginya impor aspal oleh Indonesia, dalam hemat Bintang Perbowo, cukup ironis mengingat Indonesia merupakan satu dari tiga negara produsen aspal alam di dunia."Aspal alam dunia hanya terdapat di tiga lokasi, yaitu di Trinidad Amerika, Gilsonite (Canada) dan Buton (Indonesia)," ujarnya.

PT Sarana Karya hingga saat ini terus merugi. Menurut analisis Kementerian BUMN, permasalahan utama BUMN ini adalah keterbatasan modal kerja serta peralatan yang sudah sangat tua. Selain itu berkurangnya lahan tambang karena kebijakan otonomi daerah turut menyebabkan Sarana Karya kian terpinggirkan. Apalagi melalui Perda Kabupaten No 11 tahun 2007, melarang perdagangan antarpulau dan ekspor aspal curah.

Di lain pihak, sasaran pasarnya dinilai masih terbatas sedangkan permintaan pasar nasional masih rendah.

Dalam rangka melakukan peningkatan kinerja, pada 10 April 2008 BUMN ini melakukan Kerjasama Operasi (KSO) dengan PT Timah Tbk dimana PT Timah Tbk memberikan pendanaan sebesar Rp31,7 miliar untuk pembangunan pabrik dengan jangka waktu KSO lima tahun dengan sistem bagi hasil 50:50. Sayangnya, KSO itu tidak juga membuat kinerja Sarana Karya membaik sehingga dihentikan pada 2010.

Karena Pemerintah tidak memungkinkan memberikan dana untuk menyelamatkan PT Sarana Karya, maka pada 2010 Pemerintah memasukkan PT Sarana Karya ke dalam Program Tahunan Privatisasi (PTP) dengan melakukan penjualan saham seluruh negara RI pada BUMN tersebut kepada BUMN lain yang bidang usahanya aberkaitan. PT Wijaya Karya dinilai memiliki teknologi pengolahan aspal Buton. Selain itu, dengan masuknya PT Wijaya Karya, diharapkan akses pasar bagi PT Saran karya menjadi lebih luas.
sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar