javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Selasa, 29 Mei 2012

Pantau Retakan, Kerahkan Ahli Geoteknik

Jalan Tol Semarang-Solo

SEMARANG- Retakan pada pilar ke-5 Jembatan Penggaron di ruas tol Semarang-Ungaran harus terus dipantau. Pasalnya, retakan tanah seluas 10 sentimeter saja dapat merobohkan tiang jalan tol.

”Ahli geoteknik harus dikerahkan untuk menyelesaikannya. Kalau mengubah rute jalan tol atau desain menghabiskan banyak dana, yang sekarang dipertahankan dengan pengawasan ketat,” kata pakar Undip, Dr Robert Kodoatie, kemarin.

Untuk mecegah tanah gerak dipelukan pengeboran hingga menembus tanah keras yang menurut peta hingga 400 meter. Namun biaya yang diperlukan mahal dan membuat pengerjaan proyek dapat terhambat. Sebelumnya, bore pile yang dibor belum dapat maksimal membantu mengatasi tanah gerak.

Robert mengatakan, untuk pemantauan harus terus dilakukan pada tanah yang bergerak kembali. Pasalnya, bulan lalu dia melihat di stasiun 5,5 tol ruas Gedawang-Pengaron tidak bergerak.

Tanah Labil

Robert menambahkan tanah gerak yang terjadi bukan disebabkan beban, tetapi kondisi tanah yang labil. Berdasar identifikasinya, tanah itu merupakan formasi kerek. Tanah gerak di sekitar stasiun 5,5 jalan tol pada ruas Gedawang-Penggaron menurut peta geologi yang ada, sebetulnya diapit oleh tiga patahan.

Jika dari arah Semarang, patahan sebelah kiri ada satu, dan dua patahan lagi di kanan jalan. Dia menduga tanah gerak itu akibat air hujan yang meresap ke dalam tanah. Dimungkinkan juga tanah bergerak merupakan lanjutan dari temuan bulan lalu, tetapi melebar akibat gerakan tanah.

Sementara itu, berita retaknya jembatan tidak menyurutkan minat pengguna jalan tol. Kasubsi Divisi Pelayanan Lalu Lintas PT Trans Marga Jateng

Sabilillah mengatakan, arus lalu lintas tetap seperti biasa tanpa ada penurunan kepadatan. Setiap harinya kendaraan yang melintas di ruas jalan tersebut antara 12.200 unit dan 12.500 unit. Pada hari libur bahkan meningkat hingga 17.000 unit.

Dia menjelaskan, penurunan jembatan itu terjadi sudah lama, yakni November 2010. Pihaknya kemudian meminta saran para ahli dan sudah melakukan perbaikan secara cepat. Hasilnya jembatan telah stabil dan tidak ada lagi retakan baru.

Pimpinan proyek tol Semarang-Bawen Indriyono berjanji akan memperketat pengawasan pada jembatan untuk memantau kemungkinan adanya pergerakan tanah. ’Saat ini sudah tidak masalah,” tandasnya.(H74,H68,J17-71)

sumber :
suaramerdeka 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar