BOYOLALI – Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Waduk Cengklik, masih menunggu keputusan Kementerian Pekerjaan Umum dalam mengkaji desain irigasi tol Solo-Kertosono (Soker) yang mereka nilai tak sesuai. Meskipun demikian, GP3A Waduk Cengklik menyiapkan ancaman bilamana masalah irigasi mereka tak diperhatikan.
“Kami inginnya sama-sama jalan. Jika nanti selesai proyek, saluran tak dijalankan sesuai ketentuan ya kami minta tol juga tak dioperasikan,” tegas Ketua GP3A Waduk Cengklik, Samidi saat ditemui Solopos.com, Jumat (7/12/2012).
Dia mengatakan mestinya dalam proses perencanaan saluran air tol itu terdapat kesepatakan lebih dulu antara Dirjen Sumber Daya Air (SDA) dan Satuan Kerja (Satker) Tol Soker. Samidi mengaku telah menyampaikan hal itu dalam rapat bersama pihak terkait di Semarang, dua pekan lalu. Dalam hal itu, dibahas soal kesesuaian desain irigasi tol dengan desain irigasi sebelumnya, salah satunya di Kecamatan Ngemplak, Boyolali.
Ancaman itu, lanjut dia, bukan tak berdasar. Selain berbekal ketentuan, dia menganggap kepentingan petani dan proyek tol itu sama berbobotnya.
Menurutnya, sawah irigasi teknis di sekitar tol, Kecamatan Ngemplak, merupakan bagian penyangga pangan. Dia mengungkapkan beban petani di wilayah itu bukan semata-mata menjadi dasar tunggal.
“Beban petani di sawah irigasi teknis sudah berbeda, pajak bumi dan bangunan pun beda nilainya. Itu juga perlu dicatat,” imbuhnya.
Meskipun demikian, Samidi menganggap Satker Tol Kertosono menjadi pihak yang kena getah. Dia berharap petugas perencanaan proyek itu mau bertanggung jawab.
Sementara, Satker Tol Soker belum memberikan tanggapan mengenai hal itu. Belum jelas pula perkembangan kabar mengenai nasib keluhan petani itu pasca paparan peninjauan kesesuaian desain irigasi sebelum dan setelah proyek tol berlangsung.
Kepala Satker Tol Soker, Brawijaya pun belum bisa ditemui saat Solopos.com mencoba berkunjung di kantornya di wilayah Manahan, Solo, Jumat.
“Kami inginnya sama-sama jalan. Jika nanti selesai proyek, saluran tak dijalankan sesuai ketentuan ya kami minta tol juga tak dioperasikan,” tegas Ketua GP3A Waduk Cengklik, Samidi saat ditemui Solopos.com, Jumat (7/12/2012).
Dia mengatakan mestinya dalam proses perencanaan saluran air tol itu terdapat kesepatakan lebih dulu antara Dirjen Sumber Daya Air (SDA) dan Satuan Kerja (Satker) Tol Soker. Samidi mengaku telah menyampaikan hal itu dalam rapat bersama pihak terkait di Semarang, dua pekan lalu. Dalam hal itu, dibahas soal kesesuaian desain irigasi tol dengan desain irigasi sebelumnya, salah satunya di Kecamatan Ngemplak, Boyolali.
Ancaman itu, lanjut dia, bukan tak berdasar. Selain berbekal ketentuan, dia menganggap kepentingan petani dan proyek tol itu sama berbobotnya.
Menurutnya, sawah irigasi teknis di sekitar tol, Kecamatan Ngemplak, merupakan bagian penyangga pangan. Dia mengungkapkan beban petani di wilayah itu bukan semata-mata menjadi dasar tunggal.
“Beban petani di sawah irigasi teknis sudah berbeda, pajak bumi dan bangunan pun beda nilainya. Itu juga perlu dicatat,” imbuhnya.
Meskipun demikian, Samidi menganggap Satker Tol Kertosono menjadi pihak yang kena getah. Dia berharap petugas perencanaan proyek itu mau bertanggung jawab.
Sementara, Satker Tol Soker belum memberikan tanggapan mengenai hal itu. Belum jelas pula perkembangan kabar mengenai nasib keluhan petani itu pasca paparan peninjauan kesesuaian desain irigasi sebelum dan setelah proyek tol berlangsung.
Kepala Satker Tol Soker, Brawijaya pun belum bisa ditemui saat Solopos.com mencoba berkunjung di kantornya di wilayah Manahan, Solo, Jumat.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar