ilustrasi |
SEMARANG– Investasi pemerintah di tol ruas Semarang-Solo terancam merugi jika kerusakan yang terjadi di Jembatan Penggaron tidak kunjung selesai.
Setiap tahunnya, tanah di kawasan jembatan tersebut bergerak sehingga menyebabkan kerusakan struktur pilar. Pergerakan tanah seringkali terdeteksi karena konstruksi jembatan dibangun di atas formasi kerek.Kepala Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Unika Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno berpendapat,APBN berinvestasi di jalan tol tentunya juga mengkaji dari sisi bisnis.
Namun jika pembangunan jalan tol terganggu dengan kerusakan jembatan, dalam jangka panjang bisa merugikan pemerintah sendiri.Potensi kerusakan jembatan ke depan ini bisa menyebabkan PT TMJ terus terseok-seok. “Maunya negara ingin untung berinvestasi di jalan tol. Tapi uang yang didapat (dari pemasukan pengguna jalan), tidak sebanding dengan perbaikan akibat terjadi kerusakan,”ungkap Djoko,kemarin.
Pihaknya tidak bisa memastikan berapa kerugian yang akan dialami oleh pemerintah. Namun dengan melihat besarnya konstruksi jembatan, proses perbaikan ulang ini membutuhkan biaya yang besar.“Kalau rutenya dialihkan, kan jelas tidak mungkin wongsudah jadi, “ bebernya. Sejak awal, pihaknya sudah berupaya memberi masukan kepada PT Trans Marga Jateng (TMJ) agar mengindari rute Semarang-Ungaran karena rawan longsor.
“Sejak 2005 sudah kami ingatkan,agar tidak lewat jalur itu.Karena Belanda saja ketika membuat rel kereta api pilih menghindar, dan memilih rute Semarang-Kedungjati-Ambarawa,” tandas Djoko,sembari tertawa kecil. Dirinya meminta, sejumlah pihak yang merencanakan dan memberi rekomendasi untuk melewati ruas tersebut sebaiknya juga ikut bertanggungjawab. Pembangunan tol direncanakan sejak era Gubernur Mardiyanto.
Seperti diketahui, tanah di pondasi Jembatan Penggaron diketahui bergerak sejak 2010. Gerakan tanah pada Maret- April 2011 bahkan menyebabkan pilar ke 4, 5 dan 6 mengalami retak-retak. Gerakan tanah juga terdeteksi pada Januari- Februari 2012 sepanjang 4-8 centimeter (cm). Pakar Hidrologi Undip Semarang Prof Robert J Kodoatie menyatakan, formasi kerek ini akan berbahaya jika musim hujan.
Batuan lempung ini posisinya sangat keras saat berada di dasar tanah ketika tidak terkena gangguan apapun. “Namun jika jika terekspose air dan sinar matahari,bisa jadi sepihan dan sangat licin,”kata Robert.
Ketua Tim Evaluasi Engineering tol Semarang-Solo Prof Paulus Pramono Rahardjo PhD mengakui, retaknya pilar jembatan ini disebabkan oleh pergerakan tanah di formasi kerek (batuan lempung serpih). arif purniawan
Setiap tahunnya, tanah di kawasan jembatan tersebut bergerak sehingga menyebabkan kerusakan struktur pilar. Pergerakan tanah seringkali terdeteksi karena konstruksi jembatan dibangun di atas formasi kerek.Kepala Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Unika Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno berpendapat,APBN berinvestasi di jalan tol tentunya juga mengkaji dari sisi bisnis.
Namun jika pembangunan jalan tol terganggu dengan kerusakan jembatan, dalam jangka panjang bisa merugikan pemerintah sendiri.Potensi kerusakan jembatan ke depan ini bisa menyebabkan PT TMJ terus terseok-seok. “Maunya negara ingin untung berinvestasi di jalan tol. Tapi uang yang didapat (dari pemasukan pengguna jalan), tidak sebanding dengan perbaikan akibat terjadi kerusakan,”ungkap Djoko,kemarin.
Pihaknya tidak bisa memastikan berapa kerugian yang akan dialami oleh pemerintah. Namun dengan melihat besarnya konstruksi jembatan, proses perbaikan ulang ini membutuhkan biaya yang besar.“Kalau rutenya dialihkan, kan jelas tidak mungkin wongsudah jadi, “ bebernya. Sejak awal, pihaknya sudah berupaya memberi masukan kepada PT Trans Marga Jateng (TMJ) agar mengindari rute Semarang-Ungaran karena rawan longsor.
“Sejak 2005 sudah kami ingatkan,agar tidak lewat jalur itu.Karena Belanda saja ketika membuat rel kereta api pilih menghindar, dan memilih rute Semarang-Kedungjati-Ambarawa,” tandas Djoko,sembari tertawa kecil. Dirinya meminta, sejumlah pihak yang merencanakan dan memberi rekomendasi untuk melewati ruas tersebut sebaiknya juga ikut bertanggungjawab. Pembangunan tol direncanakan sejak era Gubernur Mardiyanto.
Seperti diketahui, tanah di pondasi Jembatan Penggaron diketahui bergerak sejak 2010. Gerakan tanah pada Maret- April 2011 bahkan menyebabkan pilar ke 4, 5 dan 6 mengalami retak-retak. Gerakan tanah juga terdeteksi pada Januari- Februari 2012 sepanjang 4-8 centimeter (cm). Pakar Hidrologi Undip Semarang Prof Robert J Kodoatie menyatakan, formasi kerek ini akan berbahaya jika musim hujan.
Batuan lempung ini posisinya sangat keras saat berada di dasar tanah ketika tidak terkena gangguan apapun. “Namun jika jika terekspose air dan sinar matahari,bisa jadi sepihan dan sangat licin,”kata Robert.
Ketua Tim Evaluasi Engineering tol Semarang-Solo Prof Paulus Pramono Rahardjo PhD mengakui, retaknya pilar jembatan ini disebabkan oleh pergerakan tanah di formasi kerek (batuan lempung serpih). arif purniawan
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar