ilustrasi |
SEMARANG – DPRD memprediksi proyek pembangunan Jalan Tol Bawen-Solo akan molor. Indikasinya, masih alotnya pembebasan lahan di tiga daerah, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Boyolali.
Anggota DPRD Jateng Hadi Santoso mengatakan, pembangunan pasti menunggu selesainya pembebasan tanah. Ketika pembebasan tanah melebihi target yang dicanangkan, maka waktu mulainya pembangunan pun akan molor. “Implementasi fisik Jalan Tol Bawen-Solo sepertinya akan molor lagi karena proses pembebasan tanah belum selesai sehingga perlu dipercepat,” kata di Semarang, Kamis (9/10).
Hadi menyatakan tidak mengetahui secara pasti luas tanah yang belum dibebaskan. Tapi berdasar pengalaman, luas yang belum terbebaskan pasti lebih dari 20 persen. “Karena kalau sudah di bawah 20 persen pengerjaan fisik sudah dilakukan,” ujarnya.
Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera itu mengungkapkan, proses pembebasan tanah selalu menjadi kendala beberapa proyek pembangunan di Jateng. Solusinya harus ada kerja sama yang lebih baik antara panitia pengadaan tanah (P2T), Dinas Bina Marga Jateng, dan pemda setempat.
Hadi meminta P2T untuk segera menuntaskan tanah-tanah yang sudah disepekati harganya. Untuk yang belum sepakat, pendekatan persuasif harus lebih masif. Hadi mendapat informasi di Kecamatan Mojosongo, Boyolali, ada beberapa pemilih tanah yang mengeluhkan lambatnya pembayaran meskipun sudah ada kesepakatan harga ganti rugi sebelumnya.
Akhir Tahun
Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo menargetkan proses pembebasan tanah selesai akhir 2014. “Targetnya tahun ini pembebasan lahan bisa beres sehingga pembangunannya dimulai pada 2015 dan pertengahan 2016 sudah dibuka untuk umum,” katanya.
Konstruksi Jalan Tol Bawen-Solo sepanjang sepanjang 49,81 kilometer itu terbagi dalam tiga seksi serta sembilan paket pengerjaan. Ruas Jalan Tol Bawen-Salatiga sepanjang 17,57 kilometer, Salatiga-Boyolali 24,5 kilometer, dan Boyolali-Kartasura 7,74 kilometer.
Catatan terakhir Suara Merdeka, untuk di Kabupaten Semarang, dari 267 hektare lahan yang dibutuhkan, realisasinya masih nol persen. Di Salatiga, dari 14,17 hektare sudah terbebaskan 10,06 hektare atau 71%. Sementara di Boyolali dari 151,45 hektare lahan telah dibebaskan 13,76 hektare (9,09%). Total Bawen-Solo membutuhkan 432,94 hektare, namun baru dibebaskan 23,82 hektare (5,5%).
Terkait hal ini, Kepala Dinas Bina Marga Jateng Bambang Nugroho menilai kesimpulan Dewan terlalu dini. Namun, pihaknya belum bisa menyampaikan kondisi terakhir sebelum rapat tim gabungan pada Senin pekan depan. “Senin baru rapat, sepertinya sudah ada progres signifikan,” tegasnya. (H68,J8-71)
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar