TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemberlakuan 100 persen transaksi non tunai di sejumlah ruas jalan tol di Indonesia berpotensi mengurangi jumlah karyawan Jasa Marga yang biasanya bertugas di gerbang tol.
Hal tersebut terjadi akibat dari sistem transaksi elektronik dengan memberlakukan gerbang tol otomatis (GTO).
Meski begitu, VP Operation Management Layanan Jasa MargaRaddy R Lukman menegaskan tidak akan serta merta melakukan pemecafan kepada 1.351 karyawan yang bekerja di ruas gerbang tol.
"Artinya komitmen direksi tidak ada phk bagi karyawan gerbang tol," kata Raddy saat acara diskusi di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2017).
Adapun sebanyak 577 orang masih akan dipekerjakan di Gardu Semi Otomatis (GSO).
Raddy menyatakan, mereka akan ditugaskan di luar gardu guna membantu pengguna jalan tol yang mengalami masalah saat membayar menggunakan uang elektronik.
"Jadi kami bertahap. Kami tempatkan petugas di GSO yang hanya mengerahkan petugas di luar. Jadi petugasnya ada. Tahap pertama ini sekitar 577 orang," ujarnya.
Kemudian sebagian dari mereka juga sudah memasuki masa pensiun lantaran tol jasa marga sudah beroperasi sejak tahun 1986.
Sedangkan karyawan yang lain akan dialihfungsikan ke sejumlah cabang maupun anak perusahaan milik Jasa Marga yang masih membutuhkan staf.
"Anak-anak perusahaan Jasa Marga terbagi menjadi 2, ada anak perusahaan jalan tol yang baru mengoperasikan jalan tol seperti di Semarang - Solo, ada juga Surabaya - Mojokorto. Itu masih membutuhkan karyawan. Kemudian anak perusahaan yang non tol, seperti Jasa Marga Pemeliharaan. Nantinya akan kami beri pembekalan. Bahkan yang mendaftarkan diri sudah melebihi dari kuotanya," tutur Raddy
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar