javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Senin, 05 Maret 2012

Nasib Korban Lumpur Jalan Tol Semarang-Solo

Syahrul Munir Minggu (4/3/2012) Rusmanto, 
salah satu warga Beji Ungaran Tumur masih
 mebersihkan lumpur akibat banjir dari 
jalan tol Semarang-Solo
 
SEMARANG, KOMPAS.com - Pembangunan jalan tol Semarang-Solo mungkin kelak akan membawa manfaat bagi banyak orang, namun saat ini adalah mimpi buruk bagi Rusminto (43) warga RT 01 RW 08 kelurahan Beji Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Pasalnya, sejak jalan bebas hambatan itu dibangun, di belakang rumahnya sudah tiga kali ini ia mendapat kiriman banjir lumpur.

Dari pantauan Kompas.com di lapangan, titik penyebab banjir adalah jebolnya tanggul penahan aliran sungai yang tengah dialihkan. Pengalihan aliran sungai kadang diperlukan ketika membuat terowongan atau jembatan baru, di mana jalur tol terpaksa memangkas aliran sungai. Sedimentasi akibat gerusan dari tanah urugan jalan tol juga bisa membuat parit di sekitarnya meluap.

"Jumat sore banjir datang lagi, tingginya kira-kira selutut. Tapi kali ini kami sempat menyelamatkan perabotan ke tempat yang lebih tinggi," ungkapnya di sela-sela membersihkan sisa lumpur di bagian dapur rumahnya, Minggu (4/3/2012).

Pada banjir pertama tanggal 24 Desember 2011, menurut Rusminto sedikitnya empat rumah terendam banjir. Sedangkan dalam peristiwa yang kedua hanya rumahnya yang terkena. Dari kedua peristiwa itu pihak kontraktor, PT Waskita sudah memberikan tali asih kepada para korban sesuai dengan besar kecilnya kerusakan.

"Untuk banjir pertama dan kedua saya dapat tali asih Rp 16 juta untuk ganti rugi perabot dan barang elektronik yang rusak. Yang terakhir kemarin cuma rumah saya dan rumah Pak Agus Arifin yang kena. Kami sudah lapor ke Waskita dan berjanji akan segera ditindaklanjuti," ujarnya.

Kini bapak dua anak yang berprofesi sebagai penjaga SDN 01 Beji itu berharap pihak PT Waskita dapat memberinya bantuan material untuk meninggikan lantai rumahnya. Ia tak pernah membayangkan sebelumnya, rumah yang dibangun di atas tanah warisan orangtuanya itu sewaktu-waktu bisa mengancam jiwa keluarganya"Dapur, bagian terendah dari rumah sebelumnya sudah kami tinggikan, tapi tetap kebanjiran juga,'' keluhnya. Kini, kejadian demi kejadian membuat Rusminto dan warga lainnya selalu waspada. Sebab banjir lumpur tak pernah mengumumkan kapan ia akan datang. 
 
sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar