javascript:void(0)

your direction from here


View tol semarang ungaran in a larger map
happy chinese New Year 2021

cari di blog ini

Senin, 30 Mei 2016

Pembebasan Lahan Tol Semarang-Solo Ditarget Rampung Juli 2016



Ridwan Aji Pitoko/Kompas.comBeberapa alat berat seperti ekscavator 
masih bekerja di lokasi pembangunan Seksi III Tol Semarang Solo 
Ruas Bawen-Salatiga, Selasa (26/4/2016).



SEMARANG, KOMPAS.com - Proses pembebasan lahan tol Semarang - Solo, terutama pembebasan jalur Bawen - Solo saat ini baru mencapai 63 persen.

Pembebasan seutuhnya atau 100 persen, ditargetkan pada Juli mendatang.

Direktur Utama PT Trans Marga Jateng Djadjat Sudrajat mengatakan, saat ini proses pembebasan masih 63 persen.

Namun demikian, pihaknya menargetkan seluruh tanah bisa dibebaskan pada Juli mendatang.

"Mudah-mudahan nanti nyambung," kata Djadjat, Senin (30/5/2016).

Anggaran pembebasan lahan pun kini telah tersedia melalui dana talangan.

Total dana talangan untuk Salatiga - Solo mencapai Rp 500 miliar.

Dana talangan, ujar dia, bisa digunakan secara bertahap untuk pembebasan semua lahan.

Sementara jalur Bawen - Salatiga yang tengah dibangun saat ini akan dioperasionalkan pada November 2016.

Artinya, seluruh pengerjaan akan selesai dalam beberapa bulan ke depan.

Direktur teknik dan operasi PT Trans Marga Jateng Ari Irianto mengatakan, di sepanjang jalur Semarang - Solo nantinya akan dibangun 9 tempat peristirahatan, atau rest area.

Tempat itu akan dibangun dengan pembagian di sebelah kanan maupun kiri badan jalan.

"Rest area saat ini baru dibangun satu, itupun belum jadi. Nanti ada 9 rest area yang dibangun," ujar Ari.

Terkait jalur Bawen -Salatiga yang akan dijadikan alternatif mudik, akan disiapkan sejumlah lampu penerangan.

Dalam perlintasan sebidang, PT Trans Marga juga akan menyediakan petugas penjaga.

"Kalau untuk arus mudik nanti disiapkan lampu penerangan. Di sana juga ada 12 perlintasan sebidang, nanti akan dikasih penjaga 24 jam," imbuh dia.

sumber :

Tol Solo-Sragen Dibuka, Bawen-Salatiga Belum Pasti

Jalur Mudik Lebaran 2016

GARDU SEMENTARA : Pekerja menyelesaikan pekerjaan perkuatan 
dinding tebing dan menyiapkan titik gardu tol sementara di bawah 
persimpangan tol Bawen-Salatiga, kemarin. (88)SM/Ranin Agung

SEMARANG – Meski belum seratus persen jadi, jalan tol Solo- Sragen sudah pasti akan dibuka untuk jalur mudik dan balik Lebaran 2016. Pembukaan ini untuk mengurangi kepadatan arus kendaraan yang melintas di jalur tengah.

Kepala Dishubkominfo Jateng, Satriyo Hidayat, menjelaskan kondisi fisik jalan tol Solo-Sragen nantinya mirip jalan tol Pejagan-Pemalang saat digunakan untuk arus mudik Lebaran tahun 2015. Perkerasan jalan dan penerangan belum maksimal. Penggunaannya juga searah, yakni dua jalur akan digunakan ke arah Sragen saat arus mudik, sedangkan semua jalur digunakan ke arah Solo saat arus balik.

”Sudah pasti dibuka, tapi kondisinya hampir sama dengan tol Pejagan-Pemalang tahun lalu,” kata Satriyo seusai rapat koordinasi angkutan Lebaran di kantor Dishubkominfo Jateng, pekan lalu. Sementara jalan tol Bawen- Salatiga, lanjut dia, belum bisa dipastikan.

Satu-satunya kendala adalah belum selesainya pekerjaan jembatan Kali Tuntang di Desa Delik, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Jika sampai tenggat waktu yang ditentukan jembatan belum jadi dan tol tidak bisa dibuka, disiapkan jalur alternatif. Dari tol Bawen, pemudik diarahkan menuju jalan nasional Bawen- Salatiga. Selanjutnya mereka masuk tol lagi melalui jalan Tlogo, Tuntang, untuk menghindari jembatan. ”Tapi jalan di Tuntang itu nanti searah,” jelasnya.

Dibuka atau tidaknya tol Bawen-Salatiga saat mudik Lebaran akan menjadi salah satu pembahasan dalam rapat koordinasi kesiapan Jateng, Senin (30/5), di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang.

Selain itu, Dishubkominfo juga telah memetakan titik rawan kemacetan saat arus mudik dan balik. Di wilayah pantura, titik rawan pertama dan paling berpotensi menimbulkan kemacetan adalah pintu tol Pejagan-Pemalang di Brebes timur.

Pemasangan Rambu

Saat liburan 5-8 Mei lalu, kepadatan arus di jalan tol tersebut meningkat dan terjadi kemacetan di pintu keluar hingga 11 jam. Kapasitas jalan di pantura 7.000 satuan mobil penumpang (SMP)/ jam. Jika angka itu tercapai artinya sudah terjadi kemacetan.

Sementara kapasitas kendaraan di jalan tol lebih dari 10.000 SMP/jam. Kedua, adanya perlintasan kereta api di Pejagan. Ketiga, jalur Pejagan-Prupuk-Bumiayu yang sempit. Keempat, jalan lingkar (ring road) Bumiayu yang masih sering digunakan untuk beraktivitas warga sekitar. ”Jalur Pejagan-Slawi, jika terjadi kepadatan akan dibelokkan melalui Pangkah.

Atau bisa diteruskan ke jalan provinsi. Tapi itu lihat kondisi nanti. Saat ini sejumlah alternatif sudah disiapkan. Berkoordinasi dengan kepolisian untuk rekayasa lalu lintas,” ujarnya.

Potensi kemacetan di jalur selatan tidak begitu parah jika dibandingkan di pantura. Namun potensi itu tetap ada, salah satunya di Congot. Saat sampai di sana, kebanyakan pengendara akan meneruskan perjalanan ke Purworejo sehingga kepadatan akan meningkat.

Ia juga mengingatkan pada pemudik yang melalui Karang Bolong untuk berhati-hati, lantaran jalan tersebut berkelok. Saat ini, Dishubkominfo sudah memasang sejumlah rambu di titik-titik yang rawan macet dan pemberitahuan jalur alternatifnya. Sejumlah penerangan jalan juga sudah ditambah, namun belum maksimal.

Keterbatasan dana APBD dan APBN menyebabkan sejumlah jalan masih gelap. Salah satunya di Aji Barang-Bumiayu, Randudongkal, dan Purbalingga.

Kepala Bidang Bina Teknik Dinas Bina Marga Jateng, Hanung Triyanto, mengatakan kondisi jalan di jalur pantura sudah lebih siap jika dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu. Hampir semua jalan yang dibangun berupa cor beton. Sementara jalur Semarang-Gubug (Grobogan) sudah siap dilewati pemudik. ”Saat ini memang masih ada pembangunan. Namun akan dihentikan H-10 Lebaran,” kata Hanung. (H81,J8-94)

sumber :

Sabtu, 28 Mei 2016

Jelang Mudik, Petugas Disiapkan di 12 "Crossing" Sebidang Tol Bawen-Salatiga


Salah satu underpass Tol Bawen-Salatiga

BAWEN, KOMPAS.com - Ruas tol Bawen-Salatiga sepanjang 17,57 kilometer diperkirakan belum sepenuhnya rampung pada masa Idul Fitri 2016 ini. Meski demikian, penggal seksi III dari Tol Semarang-Solo itu direncanakan tetap dilalui kendaraan pemudik, sehingga PT Trans Marga Jateng (TMJ) sebagai operator akan menyiapkan berbagai hal untuk kenyamanan pemudik.

Salah satunya adalah menyiapkan petugas khusus yang mengatur lalu lintas di persimpangan sebidang yang berhubungan langsung dengan jalan desa atau kampung.

"Ada 12 crossing itu masih sebidang dan kita akan siapkan petugas 24 jam di sana. Tugasnya mengatur lalu lintas, tapi prioritas untuk kendaraan yang melintas di tol," kata Direktur Teknik dan Operasi PT Trans Marga Jateng (TMJ), Arie Irianto, Jumat (28/5/2016).

Selain menyiapkan petugas khusus di 12 perlintasan sebidang, PT TMJ juga akan menyiapkan rambu-rambu petunjuk dan peringatan guna memudahkan dan memperlancar pengguna jalan tol.

Kondisi ini, kata Arie, sama persis ketika jalan tol Ungaran-Bawen digunakan sementara untuk arus mudik lebaran beberapa tahun lalu.

"Tetap searah, artinya waktu arus mudik hanya dari Bawen ke Salatiga saja. Sebaliknya, ketika arus balik hanya bisa dilalui dari Salatiga ke Bawen. Tidak bisa bolak-balik karena yang kami siapkan baru lajur ke selatan saja," ujarnya.

Sementara itu, terkait keberadaan rest area yang sedang dibangun di ruas tol KM 22+200 A Semarang-Bawen, pihaknya memastikan, pada masa mudik lebaran tahun 2016 ini sudah dapat digunakan.

Berbagai fasilitas yang ada di rest area ini seperti 24 toilet, 24 urinoir, masjid, foodcourt, restoran, play ground, dan lahan parkir yang sangat representatif dapat digunakan oleh masyarakat pengguna jalan tol yang melintas.

"Sepekan sebelum dan sesudah Idul Fitri, rest area bisa dimanfaatkan pemudik," imbuhnya.

sumber :

Jumat, 27 Mei 2016

Proyek Tol Semarang-Demak Dilelang Akhir Tahun ini


Foto: Agung Pambudhy
Salatiga - Proyek pembangunan jalan tol Semarang-Demak yang sempat mangkrak beberapa tahun akan segera berjalan. Lelang akan dilakukan dalam waktu dekat.

Kepala Badan Pengaturan Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna, mengatakan prosesnya sama dengan proyek tol lainnya, yaitu mulai pembebasan lahan dan berikutnya tender.

"Kalau bermasalah (lahan), ada relokasi. Masih berjalan," kata Herry, saat mendampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, meninjau tol Bawen-Salatiga, Jumat (27/5/2016).

"Tender mungkin agak di belakang, diupayakan tahun ini. Kalau tender butuh 5 bulan, terus konstruksi dalam kurun waktu ini juga," imbuhnya, tanpa menyebut target penyelesaian.

Jalan tol sepanjang 30 km itu nantinya akan melalui beberapa desa di Kecamatan Sayung, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Wonosalam, dan Kecamatan Demak Kota.

"Ini masih berjalan terutama yang di daerah Semarang, kalau Demaknya malah sudah siap," pungkas Herry.

Jalan tol Semarang-Demak juga bisa berpotensi sebagai tanggul penahan rob, sehingga air laut tidak sampai masuk ke jalan nasional. Peristiwa rob kadang terjadi di Pantura Semarang, tepatnya wilayah Terboyo dan Genuk.

"Belum ke arah sana (sebagai tanggul). Kalau kaitannya perlu tanggul, bisa memanfaatkan lingkar atas," terang Herry.

Jika tol Semarang-Demak sudah rampung, maka akan bisa terkoneksi dengan tol Semarang-Solo dan juga tol Batang-Semarang. "Nantinya bisa tol to tol," tandas Herry.
(alg/wdl)

sumber :

Ini Skema Arus Mudik via Tol Semarang-Solo

Tol Bawen-Salatiga siap dilengkapi rambu dan penerangan jalan.

Proyek Tol Semarang-Solo yang akan membentang sepanjang 49,54 
kilometer sedang dalam pengerjaan, Selasa (26/4/2016) 
(VIVA.co.id/Bayu Nugraha)

VIVA.co.id – Ruas tol seksi III Semarang-Solo yakni Bawen-Salatiga dipastikan akan menjadi jalur alternatif pada mudik Lebaran 2016 mendatang. Namun kontruksi yang belum rampung mengharuskan adanya skema khusus agar jalur tersebut bisa dilewati dengan aman.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengaku masih terus mempercepat pengerjaan tol sepanjang 17 kilometer tersebut. Menurut dia, tol Bawen-Salatiga akan beroperasi sementara untuk mudik pada H-7 Lebaran hingga H+7 lebaran nanti.

"Untuk yang di sini (Bawen-Salatiga) idenya memecah arus lalu lintas yang ke Jogja dan Solo di Bawen. Kalau keluar dari Bawen saja belum bisa pecah arus itu. Khawatirnya kalau masih macet di pintu tol Bawen,” tutur Basuki saat meninjau kontruksi tol Bawen-Salatiga, Jumat 27 Mei 2016.

Meski bersifat jalur sementara, Basuki mengaku tingkat keamanan dari jalur tol ini tetap aman bagi pemudik. Seperti halnya penggunaan beton ringan (wet lean concrete) pada ruas jalan agar tidak berdebu. "Jadi kalau pakai lean concrete ini tidak seperti saat di Pejagan-Pemalang lalu. Dia tidak berdebu dan tidak licin kalau hujan,” kata dia.

Selanjutnya, jika jalur yang melewati jembatan kali Tuntang sepanjang 370 meter dan tinggi 56 meter tak selesai, pihaknya telah menyiapkan opsi jalur lain. Ada jalur alternatif yang bisa dibuka sementara. Kendaraan akan diarahkan ke jalan Nasional arah Salatiga melewati perkebunan milik PTPN IX di Dusun Mengkelang, Desa Asinan, Bawen, Kabupaten Semarang.

Kini jalur di lokasi itu masih cukup sempit yakni empat meter. Sehingga Basuki telah memerintahkan petugas terkait untuk memperlebar jalur. Termasuk meminta izin Menteri BUMN, Rini Soemarno untuk bisa menggunakan lahan yang kini berupa perkebunan kopi milik PTPN IX.

"Jadi nanti keluar dulu ke jalan Nasional, terus masuk lagi di (tol) Tuntang. Pelebaran jalur itu menjadi tujuh meter," katanya.

Direktur Teknik dan Operasi Trans Marga Jateng, Arie Irianto, mengatakan penggunaan tol Bawen-Salatiga nantinya juga dilengkapi fasilitas rambu-rambu dan lampu penerangan jalan. Hal itu mengingat progres jalur tol itu kini mencapai 40 persen.

"Penerangan utamanya di simpang susun dan gerbang tol. Ada 12 persimpangan sebidang. Kita juga taruh petugas di situ,” tutur dia.

sumber :

Jelang Arus Mudik, Ruas Tol Bawen-Salatiga Dikebut

Ditinjau Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Tol Salatiga-Bawen
VIVA.co.id – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono meninjau langsung pengerjaan tol Semarang-Solo seksi III Bawen-Salatiga yang disiapkan untuk menyambut arus mudik Lebaran 2016.

Dalam tinjauan itu, Basuki melihat langsung sejumlah konstruksi yang kini masih terus dikerjakan. Ia memulai pengecekan di Dusun Mengkelang, Desa Asinan, Bawen, Kabupaten Semarang. Di kawasan itu masih terjadi pengerukan tanah di sejumlah ruas serta pembangunan dua jembatan utama.

Masing-masing, jembatan Tuntang sepanjang 370 meter dengan tinggi 56 meter dan jembatan Senjoyo sepanjang 160 meter tinggi 30 meter. Kedua jembatan itu kini terus dikebut pengerjaannya untuk bisa dilalui para pemudik nanti.

Basuki memastikan, tol seksi III sepanjang 17 kilometer itu siap dipergunakan untuk jalur alternatif para pemudik pada H-7 Lebaran nanti. Meskipun saat ini pengerjaannya baru mencapai 35 persen.

"Salah satunya fokus kami (untuk arus mudik) adalah di sini (tol Bawen-Salatiga), karena ini jalur ke Solo dan Jogja untuk mengurai kemacetan di pintu tol Bawen," kata Basuki di sela peninjauan jembatan tol Tuntang, Salatiga, Jawa Tengah, Jumat, 27 Mei 2016.

Terkait konstruksi jembatan yang masih dalam pengerukan, Basuki mengaku tak memaksakan agar jembatan Tuntang setinggi 56 meter itu bisa digunakan. Kementerian PU dan PR menyiapkan opsi alternatif lain, yakni dengan membuat jalur masuk baru tak melewati jembatan terpanjang di tol seksi III itu. 

"Kalau tak lewati jembatan itu, maka bisa lewat jalur baru yang diperlebar. Saya sudah telepon menteri BUMN minta izin tanah PTPN IX digunakan, sudah diizinkan," kata Basuki didampingi Direktur Trans Marga, Djajat Sudradjat. 

Jalur alternatif tersebut akan disambungkan dengan jalan nasional Semarang-Solo. Dengan demikian, jalan tol yang masih dalam proses pengerjaan masih akan bisa dipergunakan hingga Salatiga.

"Jembatan diupayakan terus, kalau bisa, ini bisa terus ke Salatiga, keluarnya di Suruh, Karanggede jadi tidak lewat Kota Salatiga, sehingga bisa mengurai kemacetan di Salatiga," tutur dia.

Sementara itu, Direktur Teknik dan Operasi Trans Marga Jateng, Arie Rianto manambahkan, khusus arus mudik nanti, jalan yang kini berupa tanah itu akan dilapisi beton ringan atau Wet Lean Concrete (WLC). Tujuannya agar menghindari debu, kuat, dan tak licin ketika hujan turun.

"Tapi, ruas Tol Bawen-Salatiga saat mudik nanti akan digunakan satu jalur saja," kata dia. 

Selain itu, ruas seksi III ini selama mudik hanya bisa dilalui mobil golongan I non bus dan gratis. "Buat mobil golongan I dan free, bagian dari layanan kami saja untuk pengguna jalan," katanya. 

Menurut rencana, jalur itu akan digunakan pertama pada 29 Juni 2016, tapi sebelum itu akan ada tim dari lintas sektoral yang mengecek ulang untuk kesiapan tol tersebut.

"Nanti dari tim gabungan ada Kakorlantas, PUPR, Bina Marga, Dirjen Perhubungan Darat, nanti tentukan secara safety bisa tidak," kata Arie.

Sebagai informasi, tol Semarang-Solo terdiri atas lima seksi, seksi I ruas Semarang-Ungaran sepanjang 10,8 km dan seksi II ruas Ungaran-Bawen sepanjang 12 km sudah dioperasikan.

Sementara itu, seksi III Bawen-Salatiga sepanjang 17,5 km, seksi IV Salatiga-Boyolali sepanjang 24,4 km, dan seksi V Boyolali-Solo masih dalam pengadaan lahan dan konstruksi.

sumber :

Kamis, 26 Mei 2016

Tol Semarang – Demak Digeser ke Wilayah Pesisir


Pembebasan Lahan Baru 25,28%

rencana tol semarang demak
(foto :http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=528985&page=25)
SEMARANG – Pembebasan lahan tol yang melintas di wilayah eks Karesidenan Semarang hingga 2 Mei 2016 baru sekitar 56,04 persen atau 5.510 bidang tanah. Total kebutuhan adalah 9.677 bidang tanah dan meliputi Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga.

Pencapaian pembebasan lahan itu belum termasuk wilayah Kabupaten Demak, lantaran ada pergeseran lokasi. Hingga akhir April 2016, pembebasan lahan baru 25,28 persen dari total panjang jalan tol yang direncanakan 25,26 kilometer (Km). Penyebabnya, ada perubahan lokasi yang akan digunakan.

“Jika semula jalan tol akan memotong kawasan industri Terboyo maka nantinya akan bergeser ke sisi utara sekitar 1,5 Km. Jalan tol akan melintasi kawasan tambak di pesisir pantai utara,” jelas Kepala Bina Marga Jateng, Bambang NK, kemarin.

Menurutnya, pembebasan lahan yang masih sedikit tak akan mengubah target pembebasan lahan selesai pada Juli 2016. Saat ini tinggal menunggu penetapan lokasi untuk ruas Semarang-Demak.

Untuk ruas Batang-Semarang yang melintas di Kabupaten Kendal totalnya ada 3.873 bidang tanah yang dibutuhkan. Dari jumlah itu, 162 bidang sudah dilakukan musyawarah antara PPK dengan pemilik lahan. Sebanyak 34 bidang sudah dibayar ganti ruginya dan 26 bidang sudah diajukan pembayarannya namun belum dapat dibayar karena masih menunggu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Sisa lahan 3711 bidang masih dalam proses. Yakni, 430 bidang tahap pengumuman, 299 bidang tahap persiapan pengumuman, 2.370 tahap inventarisasi dan 41 bidang diajukan permohonan pengukurannya.

Di ruas yang sama dan melintas di Kota Semarang membutuhkan 2.555 bidang tanah. Saat ini 954 bidang dalam tahap persiapan appraisal dan 1.597 bidang tahap validasi.

Dibuka Searah

Untuk ruas Semarang-Solo sepanjang 79,3 Km dan kebutuhan lahan 6,38 juta meter persegi. Semua lahan yang melintas di Kota Semarang, yakni 564 bidang seluas 491.992 meter persegi sudah selesai 100 persen pembebasannya.

Seksi I dan II yang melintas di Kabupaten Semarang dengan kebutuhan 2.124 bidang seluas 1,87 juta meter persegi pembebasannya juga sudah rampung. Untuk seksi III, dari kebutuhan 1.514 bidang sudah 1.460 bidang (96,6%) yang sepakat uang ganti rugi. Lahan yang sudah dibayar ganti rugi 1.497 bidang (92,2%). Seksi IV, dari kebutuhan 1.369 bidang sudah 967 bidang (70,64%) yang sepakat ganti rugi.

Lahan yang sudah dibayar ganti ruginya 845 bidang (51,6%). Untuk lahan di Salatiga sebanyak 233 bidang sudah selesai 100 persen. Bambang mengatakan, meski pembangunan jalan tol seksi Bawen-Salatiga belum selesai seratus persen namun rencananya akan tetap dibuka pada arus mudik Lebaran nanti. Tol akan dibuka searah, ke arah timur saat mudik dan ke barat saat arus balik. Sebagaimana yang diterapkan pada ruas tol Pejagan- Pemalang pada Lebaran 2015.(H81-74)

sumber :

Selasa, 24 Mei 2016

TOL SOLO-KERTOSONO : Warga Duwet Blokade Proyek Jalan Tol


ilustrasi

Tol Solo-Kertosono, warga Duwet, Masaran, memblokade proyek jalan tol.

Solopos.com, SRAGEN–Puluhan warga dari RT 024 dan RT 025 Dukuh Duwet, Desa Jati, Kecamatan Masaran, Sragen memblokade jalan tol yang membelah Dukuh Duwet dengan memasang pagar dan poster di proyek jalan tol Solo-Kertosono (Soker), Selasa (24/5/2016).

Mereka menuntut tambahan akses untuk komunikasi warga antara Duwet sebelah barat jalan tol dan sebelah timur jalan tol berupa terowongan atau underpass setinggi minimal 2 meter.

Aksi spontanitas warga itu digelar dengan membuat pagar dari bambu. Batang bambu dipasang membujur dari barat ke timur di tengah jalan tol yang rencananya bakal dibuka pada mudik Lebaran 2016 mendatang. Mereka juga menata kursi plastik sedemian rupa. Mereka duduk santai di kursi-kursi itu dengan membawa payung untuk berteduh dari sengatan panas mentari. Dua spanduk berisi tuntutan harga mati tertempel di pagar bambu itu.

Aparat Polsek Masaran didampingi Koramil Masaran dan Pemerintah Kecamatan Masaran sempat berdialog dengan warga di dua RT tersebut. Dalam kesempatan itu, warga menghendaki adanya kesepakatan bersama antara warga dan PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) sebagai salah satu jaminan atas tindak lanjut aspirasi 80 orang warga Dukuh Duwet itu. Mereka menuntut kepada otoritas jalan tol untuk membangun jalan akses Dukuh Duwet di sisi barat dukuh yang memanjang dari selatan hingga ujung utara dukuh. Mereka juga meminta agar dibangunkan terowongan untuk akses komunikasi warga dukuh tidak terputus.

Koordinator aksi yang juga anggota Badan Pemusyawaratan Desa Jati, Joko Sulistyo, 46, mengatakan tuntutan warga Dukuh Duwet sudah menjadi harga mati. Bila tuntutan warga tidak dikabulkan, Joko mengancam tetap memblokade jalan tol sampai tuntutan warga dikabulkan otoritas jalan tol. Dia menyampaikan jumlah warga di Dukuh Duwet itu hanya 80 kepala keluarga yang terbagi di RT 024 dan 025.

Bila tidak ada tambahan akses berupa terowongan, Joko mengatakan akses warga di Duwet sebelah barat jalan harus harus menempuh perjalanan 2,5 km untuk sampai ke Dukuh Duwet timur jalan tol. Dengan adanya akses terowongan, jelas dia, komunikasi antarwarga menjadi lebih dekat yakni hanya selebar jalan tol saja.

Tuntutan yang disampaikan Joko sebagai wakil warga Dukuh Duwet sudah diajukan sejak sebelum jalan tol dibangun. Namun tuntutan tersebut hingga kini belum terealisasi. Joko sudah mengirim surat permintaan itu kepada Bupati Sragen, PT SNJ, PT Waskita Karya, hingga kepada Badan Penyelenggara Jalan Tol (BPJT).

Tuntutan warga itu dibahas di rumah Ketua RT 008, Dukuh Duwet, Jati, Sukardi. Dalam pembahasan itu, Joko kembali mengulangi tuntutannya agar didengarkan Pemimpin Proyek Jalan Tol PT SNJ, Iwan Rosa, dan timnya dari PT Waskita dan DPU Sragen.

“Kami sudah audiensi dengan DPRD agar satu dukuh ini tidak terbelah dengan jalan tol. Kami tidak mau menjadi korban jalan tol. Akses ke makam saja dibuat bagus, kenapa akses untuk orang hidup tidak diperhatikan. Kami merasa diremehkan. Padahal tuntutan kami sederhana, yakni kesepakatan pembuatan akses di barat dukuh dimulai dan dibuatkan terowongan setinggi 2 meter dan lebar 3 meter. Kalau kedua tuntutan kami dikabulkan, blokade kami buka,” ujarnya.

Ketua RW 008, Sukardi, juga menegaskan pendapatan yang disampaikan Joko Sulistyo. Camat Masaran Joko Suratno juga kembali memperjelas aspirasi warga. Sementara, Pimpro Jalan Tol PT SNJ, Iwan Rosa, mengatakan selama ini ada informasi yang terputus antara kontraktor sebelumnya dengan kontraktor jalan tol yang sekarang. Kesepakatan adanya akses jalan di barat Dukuh Duwet itu baru kali pertama didengar Iwan dan timnya. Kendati demikian, Iwan menyanggupi pembangunan akses jalan cor itu segera dimulai dalam waktu dekat.

Terkait dengan desakan pembuatan terowongan, Iwan tak memiliki wewenang untuk memgambil kebijakan. Kebijakan tambahan pekerjaan besar itu, kata dia, berada di tangan BPJT di Jakarta.

“Permintaan underpass itu tidak hanya di Duwet ini tetapi di banyak tempat. Kami sudah keliling dengan Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno untuk menginventarisasi aspirasi warga di sisi timur Sragen. Nah, aspirasi dari Duwet ini pun akan kami masukan ke daftar yang disusun DPU untuk diajukan oleh Bupati ke BPJT. Prosesnya seperti yang terjadi di Singopadu,” tambah dia.

Iwan pun memberi jaminan kepada warga dengan membuat berita acara kesepakatan kepada warga bahwa aspirasi warga benar-benar dibawa DPU ke BPJT lewat Bupati Sragen. Iwan juga mengambil kebijakan untuk meninggalkan pekerjaan di lokasi terowongan sepanjang 5-10 meter untuk tidak di rigid beton agar pembongkarannya mudah bila aspirasi dikabulkan.

Setelah menyurvei lokasi, Iwan optimistis aspirasi warga pun akan dikabulkan BPJT lewat prosedur yang ada. Lokasinya cukup memungkinkan untuk underpass dan tidak berdampak gelombang pada jalan tol. Akhirnya, setelah berita acara ditandatangani bersama, warga pun membuka blokade jalan tol itu.

sumber:

Senin, 16 Mei 2016

Daerah Menunggu Koordinasi Terkait Rencana Pengoperasian Ruas Tol Soker

Tol Soker Jadi Jalur Mudik
foto: tol Soker pengoperasiannya menunggu koordinasi.
(suaramerdeka.com/ doc)

SRAGEN, suaramerdeka.com – Hingga saat ini daerah seperti Sragen belum diajak koordinasi terkait rencana pengoperasian ruas tol Solo-Kertosono (Soker), sebagai jalur alternatif mudik saat Lebaran mendatang. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Heru Martono mengatakan, meski sudah beberapa kali disebutkan kalau ruas tol bakal dijadikan jalur alternatif saat arus mudik Lebaran, tapi pihaknya belum pernah diajak koordinasi.

“Hingga saat ini kami masih menunggu diajak koordinasi pihak terkait. Kalau kami pasti mendukung dipergunakannya ruas tol Soker untuk jalur mudik karena bakal membuat Sragen lebih lancar,” papar Heru kepada Suara Merdeka,

Senin (16/5). Dengan dipergunakannya ruas tol Soker saat Lebaran nanti, diperkirakan jalur yang biasa dipergunakan pemudik di ruas jalan Sumberlawang dan Gemolong bakal berkurang dan lebih memilih jalan tol Soker. Hal ini dirasa lebih menguntungkan, karena ruas jalan Gemolong-Tanon-Sidoharjo itu banyak titik yang mengalami kerusakan dan saat ini mendapat perbaikan.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarmo mengatakan, ruas tol Soker dipastikan bakal difungsikan sebagai jalur alternatif mudik Lebaran 2016. Hal ini dikemukakan, saat Menteri Rini mengadakan kunjungan ke ruas tol Soker yang ada di Desa Karangmalang, Kecamatan Masaran, Minggu (15/5).

Saat itu disampaikan paparan oleh pihak pelaksana, bahwa Lebaran tahun 2016 jalur tol Soker yang dapat difungsikan sebagai jalur alternatif mudik Lebaran 2016 adalah dari Ngesrep Kabupaten Boyolali sampai Desa Jetak, Kecamatan Sragen sepanjang 30 kilometer. Pembangunan jalan tol Solo – Kertosono (Soker) terus dikebut dan mendapat percepatan agar sudah bisa beroperasi penuh pada arus mudik Lebaran atau Idul Fitri 2017 mendatang. Hal ini lebih cepat dari target semula, yakni pada akhir 2017 nanti.

sumber :

Minggu, 15 Mei 2016

Proyek Tol Solo Kertosono : Dana Pembebasan Lahan Habis, Pembangunan Tol Terancam Molor

ilustrasi : Tol Solo Kertosono Paket SN-1A (photo : soklin)
BOYOLALI – Upaya mempercepat pelaksaan proyek tol Solo-Kertosono menemui kendala. Pasalnya, dana pembebasan lahan dari APBN 2016 telah habis.

Hingga saat ini masih terdapat 37 bidang tanah di wilayah Kabupaten Boyolali, belum dibebaskan. Lahan tersebut berada di wilayah Kecamatan Banyudono dan Ngemplak. Jumlah tersebut masih akan terus bertambah menyusul bertambahnya bangunan yang akan dibuat untuk infrastruktur masyarakat. ”Kami belum tahu solusinya seperti apa, masih dibahas di Jakarta,” kata staf PPK Lahan Tol Soker, Omaruzzaman.

Dijelaskan, rapat tersebut akan membahas dana pinjaman dari Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) agar pembebasan lahan dengan konsinyasi dapat segera dilaksanakan. Sebab, jika menunggu dana dari APBN Perubahan, maka pembebasan lahan semakin molor. ”Padahal kami juga terus dikejar oleh pelaksana teknis untuk segera menyelesaikan lahan yang akan dimulai pengerjaannya,” kata dia.

Batas Waktu

Ditambahkan, dana yang dibutuhkan untuk pembebasan lahan melalui konsinyasi di wilayah Kecamatan Ngemplak mencapai Rp 7 miliar. Dana itu untuk melakukan konsinyasi 16 bidang tanah. Saat ini, pihaknya tengah dikejar waktu untuk pembebasan lahan di Ngemplak. ”Tujuh miliar rupiah itu belum termasuk lahan di wilayah Kecamatan Banyudono. Kami masih konsentrasi dengan Kecamatan Ngemplak,” tuturnya.

Omar menyebutkan, semua tahapan untuk pembebasan lahan sudah habis. Karena memang secara Undang-undang (UU) yang baru ini hanya memberikan batas waktu sampai 14 hari setelah pengumuman harga tanah. ”Selama 14 hari itu, pemilik lahan diberikan hak untuk melakukan banding ke Pengadilan (PN), tapi harus dengan penasihat hukum,” katanya.

Namun hingga waktu yang telah ditentukan, pemilik lahan juga belum menerima harga yang ditawarkan. Di sisi lain, mereka juga tidak melakukan upaya banding. Karena itu, mau tak mau harus konsinyasi.

Diakui, pembebasan lahan untuk kepentingan negara tak semudah membalikkan tangan. Dalam membebaskan lahan harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Padahal, ada beberapa masyarakat yang memanfaatkan momentum untuk menaikkan harga di luar kewajaran.

”Harga tanah yang dibayarkan kepada pemilik lahan sudah lebih dari cukup, sehingga kami yakin harga itu tidak menyusahkan masyarakat atau pemilik lahan,” tandasnya. (G10-76)

sumber :